Share

Bab 457

Penulis: Danira Widia
Janice berjalan di sepanjang koridor yang terhubung. Sementara itu, di ujung lain koridor yang dipisahkan oleh sebuah kolam kecil, Jason dan rombongannya juga berjalan.

Jason berjalan di barisan paling depan. Seperti biasa, dia mengenakan setelan jas hitam. Tubuhnya tegap dan tinggi dengan wajah tampannya yang tiada duanya.

Jason tampak seperti salju putih yang dingin, tetapi juga seperti aliran air malam yang dalam dan tenang.

Tatapannya tetap dingin dan datar. Langkah kakinya tidak berhenti sedetik pun, bahkan Jason mempercepat langkahnya menuju Rachel.

Bisa bertunangan dengan orang yang disukai, tentu saja dia sudah tidak sabar. Janice dan Jason berjalan ke arah yang berlawanan, tanpa ada lagi hubungan di antara mereka.

Saat suara petasan kembali terdengar di belakangnya, Janice tahu bahwa Jason telah menjemput Rachel.

....

Di aula leluhur, Janice dan Ivy telah menyiapkan semua perlengkapan untuk upacara penghormatan leluhur.

Begitu suara langkah kaki terdengar dari belakang, mereka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 458

    Saat ini, Janice mengenakan sepatu hak tinggi dan berdiri di atas ubin. Dia sedikit kehilangan keseimbangan dan tubuhnya langsung jatuh ke pelukan Landon."Maaf." Janice buru-buru meminta maaf.Saat dia hendak berdiri tegak, Landon mengangkat tangan dan menyentuh kepalanya. "Ada daun yang jatuh."Janice melihat daun yang diambilnya, lalu segera merapikan rambutnya. "Terima kasih.""Apa harus seformal ini?" tanya Landon mengangkat alisnya.Janice hendak menjelaskan, tetapi suara Rachel terdengar dari belakang. "Pantas saja tiba-tiba menghilang, rupanya ada maksud lain."Janice berbalik. Udara dingin sontak menyelimuti sekitarnya. Saat mengangkat pandangan, dia langsung bertemu dengan mata hitam Jason. Tatapan itu membawa kilatan dingin yang tajam.Janice menggigit bibir dan tanpa sadar melangkah mundur. Tak disangka, Landon justru berdiri di depannya dan tersenyum ringan. "Bukankah aku sudah bilang akan memberi kalian waktu berdua? Ayo, semua orang sudah menunggu di aula. Jangan biarkan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 459

    Janice menahan napas, menolak untuk mengeluarkan sepatah kata pun.Tatapan Jason semakin dalam, seperti awan gelap yang bergulung. Tanpa memberi kesempatan, Jason langsung merampas haknya untuk berbicara.Ciuman yang penuh dominasi mendarat di bibir, membawa serta kemarahan yang tak terkendali. Semuanya dicurahkan di antara bibir mereka.Janice berusaha mati-matian untuk melawan. Sayangnya, tidak peduli seberapa keras dia berjuang, dia tidak bisa melepaskan diri. Sampai akhirnya tubuhnya melemah dan matanya dipenuhi air mata kepedihan.Detik berikutnya, lehernya terasa dicekik. Tangan Jason mencengkeramnya dengan erat. Semakin lama semakin kuat.Wajah Jason yang sudah dingin kini dipenuhi dengan aura kejam dan suram. "Cuma demi dia?""Bukan!" Janice akhirnya bersuara, meskipun dengan susah payah. Air mata jatuh membasahi pipinya. "Aku bukan milik siapa pun. Aku nggak perlu melakukan apa pun demi siapa pun. Aku cuma nggak ingin tinggal di sini dan terus terjebak denganmu! Puas sekarang,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 460

    Begitu Ivy mendengar bahwa Anwar memanggilnya, dia mengira akan mendapatkan pujian atas pekerjaannya yang baik. Dengan penuh semangat, dia langsung menarik Janice.Saat Janice memasuki ruang tamu, dia melihat bahwa selain Keluarga Karim, Keluarga Luthan juga hadir di sana.Tatapan mereka semua penuh dengan penghinaan saat melihat ibu dan anak itu. Ketika sampai di tengah ruangan, Janice mendongak dan langsung bertemu dengan tatapan Jason yang dingin dan gelap.Jason duduk di posisi utama, jarinya perlahan memutar cincin giok merah di tangannya. Ekspresi di wajahnya tampak kejam.Janice segera menyadari bahwa sesuatu telah terjadi. Sebelum sempat berdiri tegak, dia melihat puluhan kotak hadiah yang sudah terbuka berserakan di lantai.Sebelum Janice sempat berbicara, Rachel sudah buru-buru mendekatinya. "Janice, sebenarnya apa yang terjadi?"Janice hendak melihat lebih jelas, tetapi Ivy telah menyadari sesuatu dan menyela, "Rachel, apa ada barang yang kurang? Aku bisa segera menelepon or

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 461

    "Ibu," panggil Janice dengan pelan, memberi isyarat agar ibunya tidak berbicara lebih dulu.Namun, Ivy tidak bisa menahan amarahnya. Dia sudah berusaha keras untuk bertahan di keluarga ini, tetapi kini justru dipermalukan oleh orang luar."Barang-barang ini ....""Ibu!" Janice menaikkan suaranya, menghentikan ucapan Ivy.Ivy tidak bodoh. Dia segera menangkap maksud tatapan Janice. Setelah tertegun sesaat, dia buru-buru merebut gelang yang ada di tangan putrinya. "Kenapa bisa? Ini nggak mungkin!"Elaine melirik Ivy dengan tenang dan duduk dengan santai, lalu menyeruput teh dari cangkirnya. "Jadi kamu mengakui bahwa gelang ini palsu?""Ayahnya Rachel masih di luar negeri karena pesawatnya tertunda akibat badai salju, jadi aku mewakili pihak keluarga Rachel untuk menghadiri acara pertunangan ini. Tapi sekarang terjadi insiden begini, gimana aku mau menjelaskannya?""Kalau bukan karena keluarga sendiri yang menyadarinya lebih awal, barang-barang ini pasti sudah dibawa pulang sama tamu. Kam

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 462

    Janice terdiam di tempat. Dia sudah sangat berhati-hati, tetapi tetap saja terkena jebakan ini. Ivy juga segera menyadari sesuatu. Tanpa ragu, dia berdiri di depan Janice untuk melindunginya."Bukan Janice. Dia nggak tahu apa-apa."Anwar menyipitkan mata, nada bicaranya penuh kekesalan. "Kalau begitu, berarti kamu yang melakukannya. Lagian, uang itu masuk ke rekeningmu."Ivy terdiam. Dia tidak bisa membela diri, hanya bisa menangis.Janice mengangkat kepalanya dan menatap mata Anwar. Tatapan pria tua itu penuh kewaspadaan dan ketegasan. Bahkan, rasa jijiknya terhadap Janice tidak ditutupi sama sekali.Janice mengatupkan bibirnya, matanya beralih ke Jason yang duduk di samping. Tatapan Jason penuh dengan kilatan dingin. Dia mengangkat cangkirnya dengan santai dan menyesap teh, tetap tenang seolah-olah ini semua bukan urusannya."Apa masih harus kuajarkan apa yang seharusnya kamu bilang?"Janice menarik napas dalam-dalam. Bibirnya bergetar ingin berbicara, tetapi rasa benci yang memenuhi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 463

    Zachary langsung berdiri di depan mereka untuk menghalangi para pengawal. "Kalau mau pukul, pukul aku! Mereka adalah istri dan anakku.""Anak kurang ajar! Mana pengawal? Cepat seret dia pergi!" Anwar berteriak marah.Hanya dalam sekejap, lebih dari sepuluh pengawal masuk dan menarik Zachary dengan paksa."Ayah! Apa kamu benar-benar mau desak orang sampai mati?!" Mata Zachary memerah karena amarah."Aku ini ayahmu! Keluarga ini masih ada di bawah perintahku! Kalau mereka nggak mengaku hari ini, orang luar akan mengira mereka yang berkuasa di rumah ini! Pukuli mereka!"Begitu perintah itu diturunkan, seorang pengawal bertubuh besar menerima cambuk dari kepala pelayan. Janice tahu, hari ini dia tidak akan bisa lolos dari hukuman ini.Ivy segera mendorongnya menjauh. "Janice, cepat pergi! Biar aku yang terima hukumannya, tapi jangan pernah mengaku bersalah ...."Namun, sebelum Ivy bisa menyelesaikan kata-katanya, Janice sudah menariknya ke samping.Dia menatap Anwar dengan dingin. "Ibuku l

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 464

    Di ruang tamu.Semua orang sudah pergi.Jason meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menyalakan sebatang rokok dengan tenang. Anwar berbalik menatapnya tajam. "Kamu yang manggil Landon ke sini?""Bukan." Suara Jason sangat datar saat berkata, "Bukannya aku sudah melakukan apa yang kamu minta?""Kamu ...." Anwar mengerutkan kening, matanya penuh dengan kecurigaan.Jason mengetukkan abu rokoknya ke asbak, lalu menatap ayahnya dengan dingin. "Ayah, jangan terlalu marah. Jaga kesehatan." Setelah berkata demikian, dia berbalik dan pergi begitu saja.Anwar sangat marah sampai tubuhnya sempoyongan. Untung saja kepala pelayan dengan sigap menahannya. "Tuan, Anda tidak apa-apa?"Anwar mengepalkan tangannya erat dan suaranya dipenuhi kebencian. "Perempuan itu nggak boleh dibiarkan hidup! Cepat lakukan!""Tapi ... bagaimana dengan Tuan Zachary?" tanya kepala pelayan dengan ragu."Kamu belum pernah dengar pepatah 'kalau yang lama nggak pergi, yang baru nggak akan datang’? Semua pria itu sama saja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 465

    "Balas dendam? Hah ...."Zachary tertawa dingin.Di Keluarga Karim, dialah orang yang paling sabar. Setiap hari, dia selalu tersenyum dengan tenang. Bahkan saat dimarahi oleh Anwar sekalipun, dia tidak pernah mengeluh atau menyalahkan keadaan. Namun, senyumnya kali ini terasa sangat sinis, bahkan sedikit menyimpang dari biasanya."Pak Zachary, pada akhirnya, Pak Anwar tetap saja berhati lunak. Kalau nggak, mana mungkin dia datang ke sini untuk melihat Ivy? Jangan buat dia merasa bersalah." Elaine maju untuk menengahi.Namun, Zachary menatapnya dingin. "Ini urusan keluargaku, aku nggak butuh orang luar mengajariku bagaimana menghadapinya."Wajah Elaine menjadi tegang dan kedua tangannya mengepal kuat. Dia menatap Zachary selama beberapa detik sebelum mendengus dingin."Kenapa nggak ada hubungannya denganku? Pak Zachary sudah lupa? Masalah Ivy masih belum terselesaikan dan sekarang dia tiba-tiba jatuh dan koma. Aku cuma merasa ... ini agak mencurigakan.""Elaine!" Zachary menggertakkan g

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 520

    Janice menatap punggung Jason yang menjauh. Tatapannya tiba-tiba menjadi dingin, meskipun ekspresinya tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.Dia memandang langit yang kelabu, senyuman pahitnya terasa begitu hampa. Akhirnya, semua berjalan seperti yang dia duga.Di kehidupan sebelumnya, kecelakaan Ivy dan Zachary pasti berkaitan dengan kerja sama ini. Jason telah membohonginya.Dia bilang kecelakaan itu terjadi karena Ivy dan Zachary membantunya mencari bukti kejahatan Vania. Padahal, itu hanya cara untuk mengalihkan perhatiannya.Dengan demikian, dia tidak menyadari bahwa suami misterius yang dinikahi Elaine adalah Zachary, juga tidak memperhatikan bahwa Jason langsung menjalin kerja sama besar dengan Elaine setelah kecelakaan itu.Sebenarnya, semua tanda sudah ada sejak awal. Vania sama sekali tidak pernah menyebut soal kecelakaan itu di hadapannya.Dengan kepribadian Vania yang bermuka dua, jika dia tahu sesuatu sebesar ini, dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menyak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 519

    Selesai makan, Janice berdiri dan bersiap pergi. Namun, Rachel tiba-tiba menggamit lengannya dengan akrab. "Janice, kenapa tiba-tiba mau menikah dengan Thiago? Aku kira kamu dan kakakku ....""Nggak, kamu sudah salah paham." Janice langsung memotong perkataannya, tidak ingin Rachel mengaitkan masalah ini dengan Landon.Rachel melirik ke sekeliling, lalu menarik Janice ke sudut ruangan. "Janice, meskipun Thiago bukan pria yang buruk, menurutku ibunya kurang baik. Saat menikah, kamu bukan hanya menikahi pria itu, tapi juga keluarganya.""Pikirkan baik-baik. Setidaknya cari seseorang seperti kakakku atau Jason. Kamu juga nggak kalah dari mereka kok."Mendengar itu, hati Janice terasa semakin getir. Kadang, dia berharap Rachel bisa menyombongkan diri dengan bangga, sehingga Janice bisa menemukan alasan untuk menjauh darinya atau bahkan membencinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Seorang anak yang tumbuh dalam kasih sayang, meskipun tidak sempurna, tetap akan ada orang yang memujiny

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 518

    Saat Janice kembali ke meja makan, matanya merah dan bengkak. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia baru saja menangis.Rachel segera meletakkan sendoknya dan menyerahkan selembar tisu. "Janice, ada apa?"Janice menggenggam tisu itu, lalu berkata dengan menahan diri, "Nggak apa-apa, sabun cuci tangan terciprat ke mataku tadi."Mendengar itu, Elaine melirik mata Janice yang memerah dan bengkak, lalu tersenyum sinis. Sambil menyeruput supnya, dia melirik Penny dengan penuh arti.Penny meletakkan sendoknya, lalu merapikan mantel bulu di bahunya. Dia menatap Janice dengan ekspresi penuh belas kasih. "Janice, kami sudah berdiskusi dengan Jason dan yang lainnya. Minggu depan kalian akan menikah. Nggak perlu acara yang terlalu mewah."Janice mengangkat matanya perlahan, lalu menatap Jason dengan dingin. "Nggak perlu kasih tahu aku.""Bagus kalau kamu mengerti. Seorang wanita harus mengikuti dan mematuhi suaminya. Wanita zaman sekarang terlalu dimanjakan, seharusnya diajari untuk patu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 517

    Rupanya begitu. Bulu mata tebalnya menutupi kilatan di matanya, lalu dia menyahut dengan suara dingin, "Aku nggak suka."Akhirnya, Rachel memesan ronde. Thiago sudah tiga kali mendesak, barulah pelayan mengutamakan untuk mengantarkan pesanan mereka.Rachel membagikan ronde itu kepada semua orang, kecuali Janice. Setelah mencicipi sesendok, dia mendekat ke Jason dan berkata, "Nggak seenak yang kamu beli.""Hm." Jason hanya menanggapi dengan datar.Janice tetap terlihat tenang, tetapi Penny yang duduk di seberang tampak kurang puas. "Janice, kamu harus makan lebih banyak daging. Kalau nggak, gimana bisa melahirkan nanti? Nih, ini potongan yang berlemak. Aku ambilkan untukmu. Jangan bilang keluarga kami nggak memperlakukanmu dengan baik."Janice mengernyit. "Nggak perlu."Namun, Penny sama sekali tidak mendengarkannya. Dia langsung mengambil sepotong besar daging berlemak dan berminyak, lalu menaruhnya ke piring Janice.Thiago meliriknya dari samping. "Dengar kata ibuku."Janice menggigit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status