Share

Bab 208

Penulis: Danira Widia
Jason mengangkat tangannya dan mengisap rokoknya. Asap rokok yang diembuskan menutupi ekspresinya untuk sesaat.

Ketika bertatapan, hati Janice seketika hampa. Dia mengepalkan tangannya, memaksakan dirinya untuk tetap tenang.

Jason menunduk, lalu mematikan rokoknya di asbak dan berkata kepada Norman, "Suruh dia pergi."

Janice mengalihkan pandangannya dan menatap tanaman di depan. Dia berujar dengan dingin, "Paman, terima kasih sudah membantuku. Lain kali nggak perlu lagi."

Saat mendengarnya, tangan Jason sontak membeku. Dia memandang lekat-lekat punggung Janice yang menjauh, sampai akhirnya terdengar suara dari belakang.

"Kamu masih hidup, 'kan?" tanya Sera.

"Aku nggak bakal mati semudah itu," sahut Jason dengan dingin.

"Kamu memang peramal hebat. Dugaanmu benar, ada yang sudah nggak sabar. Keponakanmu pasti kasihan sekali padamu sekarang," goda Sera sambil mengikir kukunya.

Jason menopang dagunya dengan tangan. "Dia baru saja menyuruhku menjauhinya."

"Hahaha. Gimana kalau kamu serahkan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 209

    Meskipun merasa Jason tidak tahu malu, Janice tetap termangu melihat noda darah di tangan itu. Tiba-tiba, Jason menjatuhkan dirinya ke depan.Janice tanpa sadar menjulurkan tangan untuk memeluknya. Seketika, tercium bau alkohol yang kuat. "Paman, kamu sudah gila ya? Kamu terluka, tapi masih minum alkohol?""Ya, soalnya aku merasa nggak nyaman." Dagu Jason menempel dengan dahi Janice. Suaranya terdengar lelah.Janice bisa merasakan hawa panas pada tubuh Jason. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya tetap bersimpati pada Jason. Dia menahan dada Jason dan berujar, "Kamu minum terlalu banyak. Aku bantu kamu telepon Pak Norman.""Norman sudah pergi.""Kalau begitu, aku telepon Vania saja. Dia pasti bisa merawatmu."Janice tidak ingin melihat Jason. Dia mundur sedikit untuk menjaga jarak. Jason langsung menghalanginya dan menatapnya dengan tatapan suram."Perhatian sekali kamu."Janice tahu pria ini menyindirnya. Dia menggigit bibirnya dan membalas, "Terima kasih atas pujianmu. Aku bantu ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 210

    Hal ini membuat Jason teringat kembali pada ciuman tadi. Tatapannya menjadi makin suram.Janice tak kuasa merinding karena ditatap oleh Jason. Dia mendongak secara naluriah.Tatapan Jason menyapu wajah Janice, lalu akhirnya mendarat pada bibir ranumnya. Dia seolah-olah bisa merasakan masih ada kehangatan yang tersisa di sana. Dia tak kuasa menelan ludahnya."Mulutmu itu cuma bisa diam di situasi tertentu," ujar Jason.Napas hangat Jason mengenai wajah Janice. Janice tentu memahami maksudnya. Saat ini, Janice sontak terpikir pada sesuatu. Matanya dipenuhi amarah."Kamu bohong! Kamu nggak minum alkohol! Mulutmu nggak bau alkohol!""Pintar sekali, tapi ... sudah terlambat."Jason menunduk untuk menatap kaki mereka. Janice baru menyadari bahwa mereka telah masuk sejak tadi. Ketika dia menyadari hal ini, Jason sudah mengunci pintu dengan santai. Janice tidak mungkin bisa mengusirnya lagi."Berengsek!" Janice mengambil kunci pintu di atas lemari, lalu melemparkannya kepada Jason. Siapa sangk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 211

    Setiap tindakan Jason membuat Janice menegang. Entah sudah berapa kali dia menelan ludahnya saking gugupnya.Jason menyunggingkan bibirnya sambil melirik Janice dan bertanya, "Masih mau kuajari?"Begitu mendengarnya, Janice langsung tersadar dari lamunannya. Dia berpura-pura tenang sambil menyahut, "Nggak usah. Kamu sakit, aku seharusnya menjagamu.""Jangan bicara omong kosong." Jason memicingkan matanya.Janice menggigit bibirnya, lalu segera melepaskan kancing kemeja Jason. Terlihat otot yang kekar sekaligus proporsional, belum lagi sabuk Apollo yang membuatnya makin seksi.Janice menarik napas dalam-dalam dan mengalihkan pandangannya. Di sisi lain, Jason malah mendekatinya dan menggoda, "Cepat sekali kamu membuka kancing kemeja. Kamu pernah bantu siapa membuka kancing kemeja selain aku?"Tidak ada emosi apa pun pada ekspresi Jason, seolah-olah ini adalah sesuatu yang biasa. Namun, Janice malah makin gugup."Nggak ada," sahut Janice dengan suara rendah."Yoshua?" Jason seolah-olah ti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 212

    Kenapa Jason tidak pernah mengatakannya? Pikiran Janice menjadi kacau. Pertama perubahan Yoshua, sekarang rahasia Jason. Sebenarnya siapa yang tulus dan hanya berpura-pura?Janice memandang luka-luka itu, lalu menggigit bibirnya dan bertanya, "Paman, ayahmu sering menghukummu seperti ini?""Aku nggak bodoh," timpal Jason dengan tidak acuh."Kalau begitu, kapan saja kamu akan dihukum seperti ini?""Kalau ada yang nggak pakai otaknya waktu bertindak."Janice tahu Jason mengatakan dirinya. Jason yang begitu licik seharusnya tahu cara melindungi diri sendiri. Lantas, kenapa dia ....Ketika Janice masih merenung, Jason tiba-tiba menoleh dan memanggil, "Janice.""Hm?" "Sudah cukup pegangnya?"Begitu mendengarnya, Janice sontak tersadar dari lamunannya. Dia mendapati satu tangannya masih mengelus punggung Jason.Janice buru-buru menarik tangannya, lalu menunduk dan mencari obat di kotak P3K. "Eee ... kamu memang berdarah, tapi cuma robek sedikit. Aku oleskan obat. Tapi, aku bukan dokter prof

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 213

    Janice terperangah. Namun, akal sehatnya segera menyadarkannya. Dia dan Jason? Itu tidak mungkin!Sekarang, tidak ada anak ataupun paksaan pernikahan di antara mereka. Yang ada hanya kebencian! Apalagi, Vania tidak membawa anaknya kabur.Sekujur tubuh Janice terasa dingin, seolah-olah jatuh ke lubang es. Dia menggigit bibirnya sebelum berkata, "Paman, kalimat seperti ini seharusnya diucapkan untuk pacarmu. Aku bantu kamu perban lukamu. Kalau ada waktu, pergi cari pacarmu."'Temui Axel, putra kesayanganmu untuk yang terakhir kalinya. Mungkin, dia sudah jadi gumpalan darah,' batin Janice.Ketika mengetahui Vania ingin menggugurkan kandungannya saat itu, Janice hanya terkejut tanpa bersimpati sedikit pun. Makanya, dia tidak berniat mengabari Jason. Tidak ada gunanya bagi Janice sekalipun Jason menghentikan Vania.Lagi pula, anak jahat itu memang seharusnya menjadi genangan darah yang masuk ke selokan. Anak itu sama jahatnya dengan ibunya. Karena kesehatan Janice kurang baik, dia terus men

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 214

    Setelah mendengar pertanyaan Janice, para rekan kerja juga merasa penasaran."Ya. Kamu sakit apa? Kalau penyakit menular yang lagi viral itu, nggak mungkin sembuh secepat ini.""Selain itu, kamu nggak terlihat seperti orang sakit. Rona wajahmu sangat bagus."Vania buru-buru menunduk. Namun, dia segera menyunggingkan senyuman tenang. "Bukan penyakit parah, cuma demam biasa. Jason yang terlalu berlebihan. Dia khawatir aku kenapa-napa, makanya terus menjagaku.""Dia terus menjagamu?" Janice menatap Vania dengan tatapan ragu.Setelah mendengarnya, Vania sontak menjadi berminat. Dia bergegas datang ke hadapan Janice, lalu pura-pura tidak sengaja meraba kalungnya."Ya, dia sayang sekali padaku. Dia nggak bisa melihatku sakit. Kamu cemburu ya? Cepat cari pacar kalau begitu. Tapi, seharusnya nggak ada pria seperti Jason di dunia ini."Nada bicaranya terdengar lembut, tetapi tatapannya yang tertuju pada Janice dipenuhi ejekan, seolah-olah mengatakan bahwa kecemburuan Janice tidak ada gunanya ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 215

    Setengah jam kemudian, staf kafe itu memasuki studio dengan membawa kantong kertas. Demi menjaga sopan santun, seorang rekan kerja memberikan kopi pertama kepada Vania. "Vania, kamu minum dulu. Rasanya benaran enak lho!"Vania menatap cangkir kopi di depannya dengan gugup. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Janice sudah mengambil kopinya dan menyesap dengan ekspresi puas. "Hm ... enak sekali."Vania hanya bisa menyesap dengan perlahan. Setelah menahannya di dalam mulut untuk sesaat, dia baru menelannya. "Ya, memang enak."Seorang rekan kerja yang tidak menyukai Vania tiba-tiba menyindir, "Kenapa cuma minum sedikit? Kamu nggak suka kopi pilihan kami ya?"Vania selalu mempertahankan citra anggun dan ramah. Makanya, dia punya banyak penggemar di internet. Di kehidupan lampau, dia mengelabui orang-orang yang tidak tahu kebenarannya sehingga banyak yang berdiri di pihaknya.Namun, kini jika Vania berani menunjukkan kebenciannya sedikit saja, para rekan kerjanya akan langsung menyebarkan m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 216

    Menurut tebakan Janice, itu mungkin bukan anak Jason. Makanya, Janice mencari tahu tentang teman pria Vania. Sayangnya, belum ada perkembangan apa pun sampai sekarang. Namun, Janice makin yakin saat melihat Vania begitu takut.Selama empat hari selanjutnya, Vania selalu merias diri dengan cantik dan menghilang tiba-tiba. Sementara itu, Janice selalu membuntutinya dan mendengar rintihan kesakitan. Menurut dokter, sepertinya aborsi Vania gagal.Vania bertahan dua hari lagi sebelum akhirnya tidak tahan dan meminta izin mencari dokter. Ketika melihat ini, Janice pun ikut keluar dengan alasan harus mengantar barang.Vania mencari dokter yang meresepkannya obat sebelumnya. Supaya tidak ada yang melihat, dia memilih jam siang saat rumah sakit sedang sepi.Namun, sebelum memasuki ruangan, Vania tiba-tiba menerima panggilan. Dia sontak terperangah. "Apa katamu? Kamu yakin? Oke, aku sudah tahu."Vania menggertakkan giginya sambil mengakhiri panggilan. Ketika menurunkan tangannya, dia berbalik da

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 524

    Janice menggandeng pria bayaran itu masuk ke dalam ruang VIP. Baru saja duduk, pria itu sudah tidak sabar memesan sebotol anggur seharga sekitar 60 juta. Sepertinya dia memang bekerja sama dengan tempat ini. Jadi, semakin banyak minuman yang dipesan, semakin besar komisinya.Saat memesan anggur, dia sempat melirik Janice. Dia sedang menguji apakah Janice benar-benar punya uang atau tidak. Janice menatapnya dengan senyum menggoda. Matanya yang memicing dan senyumannya yang manis, cukup untuk membuat orang terpesona."Satu botol saja mana cukup? Atau kamu cuma mau menghabiskan sebotol anggur sama aku?" Kata-katanya memiliki makna tersirat yang cukup berani dan memalukan.Untungnya, pencahayaan dalam ruangan cukup redup sehingga menyamarkan sedikit rasa canggung dalam dirinya. Ini adalah trik yang dia pelajari dari Amanda.Menurut Amanda, cara tercepat untuk membuat pria masuk ke dalam perangkap adalah mengambil inisiatif lebih dulu. Dia harus mengatakan apa yang ingin dikatakan para pria

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 523

    Arya menyadari ketidakpercayaan Janice dan segera membela Jason. "Janice, bagaimanapun juga, dia sudah banyak membantumu. Kalau dia benar-benar ingin sesuatu terjadi padamu, kenapa dia harus repot-repot mengambil risiko? Jangan langsung menghakiminya begitu saja."Mendengar ucapan itu, Janice sedikit mengernyit. Bulu matanya yang panjang bergetar halus dan di antara alisnya tersirat kesedihan serta ejekan terhadap dirinya sendiri.Janice mengatupkan bibir pucatnya, lalu tertawa pelan."Baiklah, kalau kamu percaya sama dia, pergilah dan beri tahu dia siapa yang sedang kucari. Tapi jangan katakan semuanya. Aku nggak yakin sama hubungan antara Thiago dan Elaine. Kalau aku bicara terlalu banyak, bisa-bisa Rachel malah salah paham dan mengira aku menuduh bibinya tanpa alasan.""Aku mengerti. Nah, begitu lebih baik. Jason pasti bisa menemukan orang itu tanpa kesulitan. Tunggu kabar dariku." Arya menghela napas lega dan segera pergi.Janice menatap punggungnya yang semakin menjauh dengan tata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 522

    Saat tubuh Janice hampir jatuh menimpa pecahan kaca di lantai, seseorang menariknya tepat waktu. "Janice, kamu kenapa?"Itu Arya.Melihat seseorang yang dikenalnya, Janice langsung mencengkeram lengan bajunya erat-erat, seolah-olah Arya adalah satu-satunya penyelamatnya.Arya menyadari wajah Janice tampak pucat, lalu segera membantunya duduk dan membuka pintu agar udara segar masuk. Setelah memastikan dia dalam posisi yang aman, Arya mengerahkan keterampilannya sebagai dokter dan memeriksa kondisi Janice.Tak lama kemudian, dia mengernyit dan menggerutu, "Sebelumnya sudah kuingatkan kamu kan, tubuhmu sangat lemah. Sekarang malah jadi memburuk! Kalau terus begini, aku tinggal tunggu pemakamanmu saja."Janice yang sudah merasa lebih baik langsung melotot padanya. Sementara dari sudut matanya, dia melihat Ivy hampir menangis karena panik.Arya terkekeh, "Aku cuma bercanda. Ini caraku untuk mengingatkanmu agar lebih menjaga kesehatan."Ivy mengusap air matanya dan bertanya, "Apa yang terja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 521

    "Ya."....Rumah Sakit Swasta.Janice membeli beberapa camilan yang disukai Ivy dan membawanya ke sana. Bekas luka di wajah Ivy sudah memudar cukup banyak, tetapi karena terus merasa ketakutan dan tidak bisa tidur nyenyak, dia tampak sangat lelah."Ibu, makan sedikit dulu. Masalah ini sudah ada perkembangan."Mendengar ucapan Janice, Ivy akhirnya memberikan sedikit respons. "Janice, kamu sudah nemu pria itu?""Belum, tapi sebentar lagi." Janice menyelipkan sendok ke tangan ibunya, lalu bertanya, "Ibu, aku boleh nanya sesuatu?"Ivy mengangguk lemah, "Tanya saja.""Kalau Vania nggak mengalami insiden itu dan terus menargetkanku, apa yang akan Ibu lakukan?"Mendengar pertanyaan Janice, mata Ivy langsung memerah dan bahkan hampir saja menjatuhkan sendok yang dipegangnya."Janice, apa kamu juga menganggap Ibu nggak berguna? Sebenarnya, waktu melihat kamu mengalami begitu banyak masalah, aku sudah nekat mau nyari Vania untuk buat perhitungan. Waktu itu, pamanmulah yang menghentikanku.""Pama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 520

    Janice menatap punggung Jason yang menjauh. Tatapannya tiba-tiba menjadi dingin, meskipun ekspresinya tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.Dia memandang langit yang kelabu, senyuman pahitnya terasa begitu hampa. Akhirnya, semua berjalan seperti yang dia duga.Di kehidupan sebelumnya, kecelakaan Ivy dan Zachary pasti berkaitan dengan kerja sama ini. Jason telah membohonginya.Dia bilang kecelakaan itu terjadi karena Ivy dan Zachary membantunya mencari bukti kejahatan Vania. Padahal, itu hanya cara untuk mengalihkan perhatiannya.Dengan demikian, dia tidak menyadari bahwa suami misterius yang dinikahi Elaine adalah Zachary, juga tidak memperhatikan bahwa Jason langsung menjalin kerja sama besar dengan Elaine setelah kecelakaan itu.Sebenarnya, semua tanda sudah ada sejak awal. Vania sama sekali tidak pernah menyebut soal kecelakaan itu di hadapannya.Dengan kepribadian Vania yang bermuka dua, jika dia tahu sesuatu sebesar ini, dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menyak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 519

    Selesai makan, Janice berdiri dan bersiap pergi. Namun, Rachel tiba-tiba menggamit lengannya dengan akrab. "Janice, kenapa tiba-tiba mau menikah dengan Thiago? Aku kira kamu dan kakakku ....""Nggak, kamu sudah salah paham." Janice langsung memotong perkataannya, tidak ingin Rachel mengaitkan masalah ini dengan Landon.Rachel melirik ke sekeliling, lalu menarik Janice ke sudut ruangan. "Janice, meskipun Thiago bukan pria yang buruk, menurutku ibunya kurang baik. Saat menikah, kamu bukan hanya menikahi pria itu, tapi juga keluarganya.""Pikirkan baik-baik. Setidaknya cari seseorang seperti kakakku atau Jason. Kamu juga nggak kalah dari mereka kok."Mendengar itu, hati Janice terasa semakin getir. Kadang, dia berharap Rachel bisa menyombongkan diri dengan bangga, sehingga Janice bisa menemukan alasan untuk menjauh darinya atau bahkan membencinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Seorang anak yang tumbuh dalam kasih sayang, meskipun tidak sempurna, tetap akan ada orang yang memujiny

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 518

    Saat Janice kembali ke meja makan, matanya merah dan bengkak. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia baru saja menangis.Rachel segera meletakkan sendoknya dan menyerahkan selembar tisu. "Janice, ada apa?"Janice menggenggam tisu itu, lalu berkata dengan menahan diri, "Nggak apa-apa, sabun cuci tangan terciprat ke mataku tadi."Mendengar itu, Elaine melirik mata Janice yang memerah dan bengkak, lalu tersenyum sinis. Sambil menyeruput supnya, dia melirik Penny dengan penuh arti.Penny meletakkan sendoknya, lalu merapikan mantel bulu di bahunya. Dia menatap Janice dengan ekspresi penuh belas kasih. "Janice, kami sudah berdiskusi dengan Jason dan yang lainnya. Minggu depan kalian akan menikah. Nggak perlu acara yang terlalu mewah."Janice mengangkat matanya perlahan, lalu menatap Jason dengan dingin. "Nggak perlu kasih tahu aku.""Bagus kalau kamu mengerti. Seorang wanita harus mengikuti dan mematuhi suaminya. Wanita zaman sekarang terlalu dimanjakan, seharusnya diajari untuk patu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 517

    Rupanya begitu. Bulu mata tebalnya menutupi kilatan di matanya, lalu dia menyahut dengan suara dingin, "Aku nggak suka."Akhirnya, Rachel memesan ronde. Thiago sudah tiga kali mendesak, barulah pelayan mengutamakan untuk mengantarkan pesanan mereka.Rachel membagikan ronde itu kepada semua orang, kecuali Janice. Setelah mencicipi sesendok, dia mendekat ke Jason dan berkata, "Nggak seenak yang kamu beli.""Hm." Jason hanya menanggapi dengan datar.Janice tetap terlihat tenang, tetapi Penny yang duduk di seberang tampak kurang puas. "Janice, kamu harus makan lebih banyak daging. Kalau nggak, gimana bisa melahirkan nanti? Nih, ini potongan yang berlemak. Aku ambilkan untukmu. Jangan bilang keluarga kami nggak memperlakukanmu dengan baik."Janice mengernyit. "Nggak perlu."Namun, Penny sama sekali tidak mendengarkannya. Dia langsung mengambil sepotong besar daging berlemak dan berminyak, lalu menaruhnya ke piring Janice.Thiago meliriknya dari samping. "Dengar kata ibuku."Janice menggigit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status