Bab 6
Tubuh Alice membeku saat Enzo berdiri di depannya. Kedua netra mereka saling bersirobok. Dalam hati Alice terus mengucapkan mantra untuk membuat dirinya tetap kuat dan tenang. Dia sekarang adalah Alice White dan bukan Ariana Brown.
"Kenalkan, Enzo Grey," kata laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Alice, dengan diiringi senyum hangatnya.
Caroline yang berdiri di samping Enzo melotot ke arah perempuan yang datang bersama adik ipar. Dia tidak suka padanya, karena penampilan Alice itu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah. Gaun yang dipakai juga merupakan keluaran terbaru dari merk terkenal.
"Alice White," balas Alice sambil menerima uluran tangan dari mantan suami Ariana.
Alice bersorak dalam hati saat melihat ada pancaran marah dan cemburu dari kedua mata milik Carolin. Entah kenapa dirinya merasa sangat senang dan puas. Wanita itu ingin membuat mantan sahabatnya merasakan rasa sakit karena pengkhianatan oleh laki-laki yang dicintai.
Alejandro terlihat tidak suka saat Enzo menatap penuh selidik kepada Alice. Tanpa banyak bicara dia pun pergi sambil menggandeng tangan perempuan itu.
"Ayo, kita pergi!" Alejandro dan Alice saling melempar senyum.
"Ale, bagaimana kalau kita makan malam bersama di satu meja?" ajak Enzo saat adiknya baru melangkah membalikan badan.
Alejandro melihat ke arah Alice. Dia meminta persetujuan kepadanya. Melihat Alice menganggukkan kepalanya, maka dia pun menerima ajakan dari kakaknya itu.
Kini mereka berempat makan di satu meja. Hal ini di manfaatkan oleh Alice untuk menarik perhatian Alejandro dan Enzo secara bersamaan. Serta membuat Caroline cemburu dan kesal.
Alice makan dengan anggun dan beretika. Tentu hal ini membuat Alejandro dan Enzo terpesona. Setiap gerak tangan, mulut, dan lirikan matanya tidak luput dari dua laki-laki itu.
"Apa kalian tidak menyukai makanannya?" tanya Alice begitu selesai makan.
Baik Alejandro atau Enzo langsung terkesiap akan pertanyaan barusan. Terlihat kalau keduanya jadi salah tingkah.
"Aku menyukai makanan ini," jawab Alejandro, kemudian dia memasukan ke dalam mulut satu potong steak.
"Aku juga menyukainya," lanjut Enzo dengan senyum tampannya yang dulu sering menjerat Ariana.
Caroline yang mendengar ucapan kedua laki-laki ini, merasa sangat tidak suka. Meski baginya, sikap wanita yang duduk di samping Enzo itu terlihat sangat elegan dan dia belum tentu bisa meniru kebiasaannya ini.
Alice yang cerdas dan bertutur kata sopan serta lembut. Membuat kedua laki-laki itu lupa kalau ada seorang wanita lainnya yang duduk bersama mereka.
"Ale, ini sudah malam. Aku harus cepat-cepat pulang," ucap Alice sambil melirik ke arah mantan adik iparnya itu.
"Oh. Baiklah kita akan pulang sekarang," balas Alejandro dengan tatapan hangat dan senyum yang sangat tipis.
Alice tahu tatapan mata ini. Dulu juga Alejandro selalu menatap Ariana seperti sekarang ini.
'Kenapa aku baru sadar sekarang, dari dulu dia menatapku dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan kepada orang lain.' (Alice)
Alejandro mengulurkan tangan kepada Alice. Agar wanita bergaun cantik itu mau berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra. Keinginannya itu mendapat sambutan. Kedua orang itu saling melempar senyum dan berjalan meninggalkan meja.
Enzo melihat pemandangan seperti itu merasa cemburu. Dia mengakui kalau Alice adalah wanita yang sangat cantik, penampilannya elegan, dan cerdas. Perempuan itu bisa mengimbangi jalan pikiran serta ucapan dia. Hal ini memberikan poin tambah untuk dirinya.
"Enzo, ada apa?" tanya Caroline menatap ke arah suaminya dengan penuh selidik.
"Tidak ada apa-apa," balas Enzo dengan datar tanpa melihat ke arah wanita itu.
Kerja sama Alice dan Alejandro berjalan lancar. Bahkan perempuan itu selalu memberikan perhatian dan berusaha menggoda mantan adik iparnya agar benar-benar jatuh dalam lubang jurang yang bernama cinta.
Meski baru seminggu mereka bersama, Alice sudah merasa tidak canggung saat berciuman dengan Alejandro. Seperti saat ini, keduanya bercumbu dengan mesra. Wanita itu tidak menyangka kalau laki-laki dingin dan kaku yang dikenalnya dulu, merupakan seorang yang hebat dalam melakukan ciuman. Dia mengakui sangat suka saat dicium oleh Alejandro.
Mereka sering makan siang dan makan malam bersama semenjak itu. Banyak yang mengira kalau kedua orang itu pasangan kekasih, bahkan tidak jarang juga mengira pasangan pengantin baru. Cara Alejandro memperlakukan Alice dengan penuh perhatian sering menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.
"Aku tidak menyangka kalau kamu seorang penakluk wanita," bisik Alice dengan napas memburu.
"Kenapa kamu bisa bicara begitu?" tanya Alejandro dengan tatapan mata menggoda.
"Aku sangat suka cara kamu mencium aku seperti barusan," balas wanita itu tersenyum cantik ingin menggoda kembali sang target.
Alejandro pun membisikan sesuatu yang membuat Alice terbelalak saking terkejutnya dia. Otak dia berusaha kembali mengingat kejadian yang pernah terjadi dahulu.
'Benarkah itu?' (Alice)
"Kamu bicara jujur, 'kan? Serius aku adalah wanita kedua yang pernah kamu cium!"
"Ya. Dan wanita pertama yang aku cium adalah Ariana Brown. Jika, saja dulu dia tidak mencium aku duluan, mungkin saja kamu adalah wanita pertama yang aku cium."
Alejandro membelai pipi mulus Alice dengan lembut dan tatapan mata masih mengarah kepada netra bening milik wanita itu. Dipeluknya tubuh tinggi semampai dengan pinggang yang ramping dan dada sangat montok.
'Kapan aku mencium Ale?' (Alice/Ariana)
Ariana lupa kapan dia mencium laki-laki yang kini sedang memeluknya dengan lembut. Namun, Alejandro tidak akan pernah lupa pada gadis yang sudah mencuri ciuman pertama miliknya saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dulu. Kejadiannya saat itu Ariana bermain ke rumah Enzo, kekasih yang baru saja meresmikan hubungan. Kegiatan sekolah yang padat membuat Ariana dan Enzo kelelahan dan tertidur begitu selesai mengerjakan tugas sekolah.
Alejandro yang baru pulang latihan basket melihat keduanya tertidur di karpet dan hendak membangunkan. Saat itulah Ariana mencium bibir Alejandro yang jaraknya sangat dekat. Pemuda yang baru saja menginjak usia baligh dan dalam masa puber pertama, tentu saja menyukai hal ini. Apalagi gadis itu juga merupakan perempuan yang dia sukai. Alejandro adalah pemuda yang pertama mencium bibir Ariana dengan lembut dan mesra, tanpa disadari oleh sang gadis. Kejadian itu menjadi rahasia dirinya, tanpa ada seorang pun yang tahu.
Alice sengaja ingin membuat Alejandro jatuh cinta kepadanya. Jika mereka menjalin hubungan serius, maka peluang dia untuk bertemu dengan mantan ibu mertuanya akan semakin terbuka lebar. Saat itulah dia akan memulai pembalasan kepada wanita paruh baya itu.
'Tunggu kedatangan aku Hilda! Akan aku berikan pembalasan yang tidak akan mungkin kamu lupakan seumur hidupmu nanti.' (Alice)
***
Akankah hubungan Alice dan Alejandro berjalan lancar? Pembalasan seperti apa yang akan dilakukan oleh Alice kepada keluarga mantan suaminya?
Bab 7 Alice menemui Oliver dan Olivia, mereka berjanji untuk membicarakan langkah-langkah yang akan dia lakukan agar secepatnya bisa mendekati Hilda dan Enzo. Orang ketiga itu makan siang bersama di apartemen milik Alice. "Jangan-jangan nanti kamu jatuh cinta beneran ke Alejandro," kata Oliver sambil tertawa terbahak. Alice mendelikkan mata dan mencebikkan mulutnya. Dia merasa menyesal karena sudah menceritakan apa yang sudah dia lakukan dengan mantan adik ipar, kemarin. "Setahu aku, Alejandro belum pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Bahkan banyak yang menduga kalau dia menyimpang. Tapi, tidak ada yang tahu siapa yang menjadi kekasihnya," ujar Olivia. Usia Alejandro terpaut 2 tahun dari Ariana dan Enzo. Laki-laki itu merupakan adik kelas mereka. Hanya saja memiliki postur tubuh yang tinggi, sehingga sering di sangka senior atau lebih tua dari kedua orang itu. Ditambah orangnya pendiam dan jarang tersenyum. "Hei, saat ini aku adalah Alice White. Jadi, aku akan bertind
Bab 8 Hilda dan Tamara merasa sangat senang saat Alice mengajak mereka berbelanja. Mereka sibuk memilih baju keluaran terbaru dari perancang busana terkenal di dunia. Senyum bahagia selalu menghiasi wajah keduanya yang dikasih make up seharga ratusan dollar. "Alice, mommy ingin membeli gaun yang ini," ucap Hilda dengan sedikit rayuan. Wanita paruh baya itu memutar badannya sambil melihat ke arah cermin. Gaun dengan harga ribuan dollar itu sangat bagus dan terlihat cocok di tubuh ibunya Alejandro. Meski Hilda sudah berusia di atas 50 tahun, tetapi dia masih terlihat seperti berusia 40 tahunan. "Cocok sekali baju itu untukmu, Mommy! Kalau mau boleh ambil, biar aku yang bayar nanti," ujar Alice dengan senyum cantiknya memuji wanita itu. "Oh, terima kasih, Alice. Kamu memang wanita terbaik dan pantas untuk putraku," kata Hilda sambil memeluk tubuh Alice dengan lembut. M Melihat hal itu membuat Tamara tidak mau kalah dengan sang ibu. Perempuan itu pun merayu Alice agar mau membelikan
Bab 9 "Ale," lirih Alice. "Iya, ada apa?" tanya Alejandro sambil menahan tubuh wanita itu karena terlihat bergetar. "Aku takut," jawab Alice yang kini bisa memutarkan kepalanya menghadap ke arah sang kekasih. Terlihat wajahnya yang pucat dengan bibir bergetar. Tatapan mata yang tersirat akan ketakutan. "Tenang, kamu jangan takut terjatuh, karena aku akan memeluk tubuhmu. Jika kamu takut cukup pejamkan mata dan bayangkan saja taman bunga yang indah," lanjut Alejandro tepat di samping telinga kanan Alice agar bisa didengar semua ucapannya. Alice menuruti semua ucapan Alejandro. Bahkan dia tidak sadar saat sky boat miliknya sudah sampai di dekat pelabuhan kecil. Pasangan itu turun dengan cara yang romantis di mata Hilda. Di mana Alejandro menggendong Alice dengan ala bridal style. "Ale, ada apa dengan Alice?" tanya Hilda dengan raut wajah penuh kecemasan. Sebenarnya Alice sudah merasa baik dan ketakutannya juga hilang saat calon suami dia membawa dirinya turun dari sky boat . Wan
Bab 10 Sudah satu minggu berlalu setelah mereka pulang dari liburan bersama. Sikap Alejandro kepada Alice semakin posesif. Bahkan dia ingin agar hubungan mereka segera bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. "Alice, izinkan aku menemui kedua orang tuamu," kata Alejandro ketika mereka makan malam bersama di apartemen wanita itu. Alice berpikir apa hubungan dirinya dengan Alejandro terlalu cepat atau malah bagus untuk memperlancar tujuan dia. Wanita itu tidak mau kalau sampai salah strategi, dia harus bisa membalas semua kejahatan mantan suami, mertua, dan adik iparnya. "Akan aku tanyakan dulu, apa mommy dan daddy punya waktu," balas Alice sambil tersenyum manis kepada laki-laki yang kini duduk di depannya. "Ya, aku harap mereka punya waktu luang. Sungguh aku ingin secepatnya bisa menikahimu," ucap Alejandro dengan tatapan penuh damba kepada sang kekasih. Setelah mereka makan malam, dilanjutkan dengan menonton film bersama. Di pertengahan pemutaran film terjadi adegan panas dan itu m
Bab 11 Alejandro melihat ada ibu, adik, dan kakak iparnya, tetapi dia diam saja. Tidak ada keinginan dia untuk menyapa mereka. Hubungan laki-laki itu dengan keluarganya memang terkesan kaku dan dingin. Ini yang membuat Ariana merasa heran dari dahulu. Bukan hanya sikap Alejandro yang dingin kepada keluarganya. Begitu juga dengan mereka yang tidak peduli, seakan-akan kalau laki-laki itu bukan dari bagian mereka. Alice diam-diam mengikuti mereka dari belakang. Dia sempatkan membeli topi dan kacamata untuk dirinya dan juga untuk Alejandro. Dengan penyamaran seadanya wanita itu mengikuti target. 'Kita sekarang seperti sedang menjadi seorang penguntit?' (Alejandro) "Mommy, baju ini sangat bagus! Cocok untuk dipakai ke acara ulang tahun perusahaan besok," kata Tamara sambil menunjukan gaun dengan model tanpa lengan, tetapi kain itu menjuntai sampai ke bawah kaki. Baju berwarna merah marun itu sangat pas di tubuh dengan bagian punggung terbuka hanya ada beberapa tali silang. "Iya, bagus
Bab 12 Kini mereka semua sedang berada di kamar hotel. Alice dengan baik hati memberikan pakaian baru untuk mereka bertiga. Wanita itu saat ini berperan sebagai orang yang sedang membantu mereka. Meski gaun mereka tidak seharga ratusan ribu dollar, bahkan setengahnya juga tidak, tapi mereka merasa senang karena sudah merasa tertolong dari memakai gaun yang sama dengan undangan tamu. "Oh, Alice. Terima kasih, Sayang. Berkat dirimu kami semua tertolong," ucap Hilda dengan senyum lebarnya. "Kebetulan saja aku membeli baju baru tadi. Niatnya untuk di simpan di apartemen Ale. Jika sewaktu-waktu kita akan pergi ke pesta atau makan malam bersama, aku sudah punya pakaian ganti," kata Alice berbohong. Selain memakai baju milik Alice, mereka juga menyewa aksesoris untuk menyempurnakan penampilan agar terlihat cantik. Hanya saja sepatu mereka tidak diganti karena tidak ada yang pas. "Aduh, Bu . Perut aku sakit lagi!" Tamara meringis sambil memegang perutnya. Terlihat jelas dia terluka sampai
Bab 13 Semua usaha Alice mengalami kemajuan. Baik di bidang perhotelan, restoran, dan semua kerja sama dengan Olivia juga mengalami kemajuan yang pesat. Wanita itu masih berusaha merebut kembali semua saham miliknya di Elektronik Brown. Selain mengalami kemajuan pesat dalam bidang usaha, Alice juga mengalami banyak kemajuan dalam percintaan dirinya dengan Alejandro. Hari ini mereka akan pergi ke rumah orang tua Alice yang ada di negara bagian Arizona. Kedatangan Alice dan Alejandro diterima baik oleh Giovanni dan Galena. Sebelum pertemuan ini, wanita itu menceritakan segalanya tentang siapa orang yang kini menjadi kekasihnya. Lalu, keinginan laki-laki itu untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Kedua manula itu sangat bahagia saat tahu Alice dan Alejandro akan menikah di musim gugur tahun ini. Mereka langsung merestui hubungan itu ketika kemarin laki-laki itu meminta izin untuk menemui mereka dan ingin melamar secara resmi di depan orang tua sang pujaan hati. “Lalu, apa kalia
Bab 14 Hari ini Alice yang sedang berada di kantor kedatangan Olivia. Wajahnya berseri-seri senyum menawan yang jarang itu kini terukir seakan dia sedang jatuh cinta. "Sepertinya ada kabar gembira," kata Alice dengan tatapan selidik dan senyum lebar. "Alice, akhirnya dia kembali!" seru Olivia dengan memekik gembira. Kedua tangannya seakan sedang memeluk seseorang. Alice menggelengkan kepala menghilangkan pikiran buruk tentang temannya yang seperti sudah gila melihat kelakuannya. Wanita ini tidak tahu maksud dari sang sahabat. Entah siapa yang sudah datang kembali itu. "Siapa?" tanya Alice penasaran dengan orang yang sudah membuat sahabatnya menjadi gembira setengah mati seperti ini. "Masuklah!" titah Olivia sambil melihat ke arah pintu. Papan kayu jati yang berukir itu pun terbuka dan menampilkan sosok yang dikenal oleh Ariana. Mata Alice terbelalak saat melihat orang yang selama ini dia cari. "A–andrew?" Alice tidak menyangka kalau sopir sekaligus bodyguard-nya itu kini berd
Bab 31Alice mendatangi apartemen Olivia karena ada kabar dari kelanjutan hasil pemerikasaan sidik jari tempo hari. Selain itu dia juga akan memberikan kejutan untuk calon pengantin itu.Kini semua orang berkumpul di ruang tengah. Mereka duduk di sofa saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja."Ini data hasil laporan dari Morgan. Hasilnya sudah diketahui nama seseorang, tetapi aku tidak mengenal orang ini. Mungkin kamu mengenal dia," ucap Oliver sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Alice.Alice pun membaca data orang yang ditemukan sidik jarinya di semua mobil milik Ariana. Nama yang tertera di sana adalah Evans Blue. Tentu saja bagi Alice nama ini terasa asing, tetapi saat melihat foto wajah orang itu, Alice merasa tidak asing."Apa kamu tahu orang itu?" tanya Oliver yang menatap ke arah Alice sejak tadi.Alice membaca data tentang orang yang bernama Evans Blue berulang kali takut ada bagian yang terlewat. Bahkan foto dirinya pun dia perhatikan baik-baik."Aku ... ragu akan i
Bab 31"Apa mommy tidak curiga kepada wanita ini? Aku merasa kalau dia itu seperti menyembunyikan sesuatu dari kita," ujar Caroline dan membuat semua orang yang ada di sana menatap dengan ekspresi terkejut."Apa maksud kamu, Caroline?" Hilda menatap tajam kepada menantunya. Terlihat jelas pancaran mata wanita itu terlihat tidak suka dengan sikap dari istri Enzo.Alice sendiri berusaha menahan diri agar jangan sampai dia melakukan sesuatu yang mencurigakan. Perempuan ini menggenggam ujung baju dengan erat untuk menenangkan dirinya.Alejandro pun menggenggam tangan Alice dengan lembut. Laki-laki ini berusaha untuk memberikan ketenangan dan kekuatan kepada sang kekasih.Caroline sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-gerik dari Alice. Apa pun yang dilakukan oleh wanita itu akan terus dia lihat."Ya aku bicara seperti ini bukan karena tanpa sebab. Dia itu suka ada di saat kita mengalami sesuatu yang buruk. Aku curiga kalau itu semua adalah perbuatannya," ucap Caroline dengan tatapan s
Bab 30 Wajah Alice mendadak pucat saat mendengar suara Enzo. Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di sana. Entah sejak kapan dia berada di lantai satu ini. Senyum manis pun terukir dari bibir sensual milik Alice. Wanita itu berjalan ke arah Enzo sekitar lima langkah. "Aku haus dan tidak ada air di nakas kamar. Makanya aku pun ke dapur untuk mengambil air minum," ucap Alice dengan pelan. Enzo pun menarik tubuh Alice sampai menempel pada badannya. Laki-laki itu hendak mencium bibir sang perempuan, tetapi dengan gesit wanita itu memalingkan wajah dan memundurkan kepalanya. "Kamu jangan kurang ajar Enzo. Hanya Ale yang boleh mencium bibirku," desis Alice dengan ekspresi kesal dan marah. "Kamu sangat menggoda Alice dan membuat aku selalu diliputi rasa bergairah jika dekat dengan dirimu," aku Enzo dengan suara yang menggoda. "Sana pergi dan rayu istrimu saja!" titah Alice sambil mendorong kuat tubuh suami dari Caroline itu sampai terlepas dan agak terdorong menjauh dari dirinya. Enzo
Bab 29Hilda pulang ke rumah dengan perasaan bahagia karena Alice dan Alejandro akan menginap di sana. Mereka makan malam bersama dan seperti biasa Alice memperlihatkan keromantisan bersama Alejandro. Tentu saja ini membuat Enzo kesal dan merutuki dalam hatinya. Berbeda dengan Caroline dengan menatap penuh benci kepada calon adik iparnya itu."Mom, di mana Tamara? Sepertinya belakang ini aku jarang sekali melihat dia," tanya Alice sambil melihat ke arah Hilda."Dia sedang sibuk berbisnis dengan teman-temannya. Sudah saatnya dia bekerja mencari uang. Jangan hanya bisa meminta kepada Enzo dan Ale," jawab Hilda dengan senyum tipisnya.Sebenarnya Alice tahu apa yang sedang dilakukan oleh Tamara. Wanita itu sering mendapat laporan dari orang kepercayaannya. Namun, dia biarkan saja sampai nanti waktu yang tepat untuk menghancurkan perempuan yang sudah membuat dirinya celaka dan kehilangan bayi di dalam kandungan beberapa tahun silam."Mommy sudah selesai menghubungi orang-orang yang akan men
Bab Tamara diam-diam masuk ke kamar ibunya. Wanita itu membuka perhiasan milik Hilda. Mata yang biasanya menatap sinis, kini terbelalak saat melihat banyaknya perhiasan di dalam kotak itu."Kalau aku ambil dua atau tiga, sepertinya tidak akan ketahuan," gumam Tamara sambil memilih model-model perhiasan lama.Bukan dua atau tiga perhiasan Hilda yang dibawa oleh Tamara, melainkan sekitar lima jenis perhiasan. Diantaranya kalung, sepasang anting, dua buah cincin, dan gelang rantai. Dia pun buru-buru memasukan perhiasan curian itu ke dalam sakunya. Lalu, dia pun menyimpan kembali kotak itu ke tempat semula.Uang milik Tamara sudah habis semua dan tidak bersisa sedikit pun. Wanita itu terlalu senang berfoya-foya dengan Robin sampai lupa batas. Jutaan dollar uang yang ada di tabungan bank sudah dihabiskan oleh dirinya dengaan kekasih barunya.Hari ini Tamara akan pergi bersenang-senang bersama Robin dan beberapa teman mereka. Sekarang bagi Tamara hal yang membuatnya bahagia adalah berkumpul
Bab 27Alice hanya melirik sekilas ke arah tangan Enzo. Lalu, dia memakai kembali blazer yang baru saja dibuka olehnya."Maaf, sekarang aku sedang sibuk mempersiapkan pernikahan aku dengan Ale. Tidak punya waktu luang untuk pergi berkencan ganda seperti anak remaja," sahut Alice.Mendengar ucapan Alice barusan perasaan Enzo merasa tersentil. Laki-laki itu hanya ingin bisa lebih mengenal dan sering bertemu dengan wanita yang akan menjadi adik iparnya."Maafkan aku Alice. Tadinya aku berpikir kalau kita sering bertemu akan mudah untuk saling mengenal sesama keluarga nantinya. Aku harap kedepannya kita bisa menjadi keluarga yang memiliki hubungan baik," ujar Enzo.Alice hanya diam sambil membuka beberapa gambar desain baju yang akan di-launching untuk 3 bulan yang akan datang. Bagi dia tidak perlu dengan melakukan kencan ganda pun dia sudah tahu orang seperti apa Enzo dan Caroline itu."Ya, sayangnya aku bukan orang yang suka pergi dengan orang yang jelas-jelas membenci aku. Takutnya yang
Bab 26Enzo mengikuti Hilda yang akan menemui orang yang tadi ditelepon olehnya. Laki-laki yang bernama Evans dan terasa tidak asing baginya nama itu.Mobil Hilda memasuki kawasan apartemen kelas menengah. Enzo berhenti di depan pintu masuk bangunan yang terdiri dari 10 lantai itu, agar tidak ketahuan oleh ibunya.Enzo memilih jalan kaki dan masuk ke sana dengan diam-diam. Lift menunjukkan lantai 7 saat berhenti, maka laki-laki itu pun naik ke sana untuk mencari tahu orang yang ditemui oleh ibunya.Saat sampai ke lantai itu tidak ada seorang pun yang bisa dia tanyai. Padahal hari masih menunjukkan pukul 18:30 petang. Senyum Enzo terukir saat melihat ada seorang perempuan muda keluar dari lift."Maaf, Nona. Di mana apartemen milik Evans?" tanya Enzo dengan ramah."Evans? Oh. Ini," jawab perempuan itu sambil menunjuk pintu di samping kanan Enzo, yang berarti sebelah kiri jika datang dari lift.Merasa ini adalah satu-satunya kesempatan dia untuk mengetahui informasi tentang lEvans, maka E
Bab 25Alice dan Alejandro menghabiskan waktu liburan bersama di kediaman George. Mereka ingin tahu siapa Chloe Ivory itu sebenarnya. Wanita yang sudah mengandung dan melahirkan Alejandro ke dunia ini."Ini adalah foto ibumu sejak masih bayi sampai dewasa," kata George sambil menyerahkan beberapa album foto yang di simpan di atas meja. Alejandro mengambil album foto yang paling atas. Potret yang tersimpan rapi di dalam sana adalah seorang bayi mungil yang lucu. Laki-laki mengusap wajah bayi perempuan itu dengan lembut. Ada getaran dalam tubuhnya saat melihat mata bening yang terpampang jelas di sana.'Mom.' Alejandro memanggil di dalam hatinya."Dia bayi yang cantik," ucap Alice dengan lirih.Air mata milik Alice pun tiba-tiba mengalir. Ada rasa rindu terhadap bayi-bayi yang pernah dia kandung dalam rahimnya. Seandainya saja mereka bisa lahir ke dunia ini, pastinya kehidupan dia akan terasa berbeda."Ya, kamu benar," balas Alejandro. Tangan kekar milik Alejandro membalik lembar album
Bab 24 Tamara pergi berlibur dengan Robin ke pantai Miami. Wanita itu benar-benar merasa sangat bahagia saat ini. Senyum lebar dan kerlingan mata cantiknya selalu menghiasi wajah dia. "Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Robin sambil memeluk tubuh Tamara dari belakang. "Ya, aku sangat suka!" teriak Tamara, tapi suaranya tertelan suara deburan ombak. Angin pantai yang bertiup kencang menerbangkan rambut dan ujung kain sarung pantai mereka. Kini keduanya sedang berjalan di pinggir pantai, sesekali kali mereka terkena sapuan ombak. "Sayang, katanya akan ada pesta kembang api di kapal pesiar. Apa kamu mau ikut?" tanya Robin saat melihat iklan di layar Billboard yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap. "Apa kamu ingin mendatangi pesta itu?" tanya Tamara balik. "Asalkan bersama denganmu, pasti akan menyenangkan," balas Robin dengan senyum tampannya yang membuat Tamara terpesona. "Baiklah kita ikut pesta itu," ucap Tamara akhirnya. Tamara harus mengeluarkan uang puluhan rib