Pagi Semua (â  â âčâ âœâ âčâ  â ) ini bab pertama pagi ini. selamat membaca. (â â â âżâ ă»â )â ââ â
Setelah jeda yang menegangkan, salah seorang tetua senior mengambil napas dalam sebelum tertawa mengejek. "Hahaha... Philip Bark, kau benar-benar menganggap dirimu tak terkalahkan?" "Sombong sekali!" sahut yang lain dengan nada mencemooh. "Hmph, Philip Bark, hari ini kita akan melihat bagaimana kau menghadapi kami semua sendirian!" "Apakah kau benar-benar berniat menjadikan seluruh dunia persilatan Nexopolis sebagai musuhmu?" Teriakan-teriakan marah mulai bermunculan dari segala penjuru. Kata-kata Philip Bark telah berhasil membangkitkan amarah semua praktisi yang hadir. "Philip, biarkan aku yang menangani ini." Suara tenang Ryan memecah kegaduhan. Philip Bark tertegun, mengalihkan perhatiannya dari Tetua Donnie untuk menatap pemuda itu. "Tuan Ryan, saya bisa mengatasinya," ujarnya dengan nada menahan diri. Ryan menggeleng pelan. "Philip, masalah ini berawal dariku, jadi aku yang akan mengakhirinya. Kau cukup melindungi keluargaku saja. Aku menghargai kebaikanmu, tapi tolong
Pemandangan ini telah mengubah pandangan dunia mereka. Tak seorang pun mampu tetap tenang. Mereka menatap Ryan dengan sorot mata dipenuhi ketakutan yang tak tersamarkan. Inikah sosok yang disebut-sebut sebagai praktisi nomor satu di Nexopolis? Seberapa mengerikan sebenarnya kekuatan Ryan? "Ra-ranah Nascent Soul!" Tetua Donnie yang tergeletak dengan luka parah menatap Ryan tak percaya. "Aku tidak menyangka kau telah mencapai ranah Nascent Soul!" Dengan susah payah dia menekan luka di dadanya, namun tenaga hidupnya terus terkuras dengan cepat. Di atas ranah Golden Core adalah ranah Nascent Soul, tingkatan kultivasi yang hanya bisa dicapai segelintir praktisi di Nexopolis. Bahkan Tetua Donnie yang telah berkultivasi selama bertahun-tahun masih belum mampu mencapainya. Namun Ryan yang masih sangat muda telah berhasil menembus tingkat itu! Bagaimana ini mungkin? Suasana mendadak berubah drastis. Ekspresi para praktisi yang tadinya menentang Ryan kini dipenuhi horor dan ketaku
Ryan hendak menolak, namun ia memutuskan untuk mengambil telepon tersebut. "Kalau aku tidak salah, kau akan memintaku melepaskan mereka, kan?" Keheningan sejenak terjadi di ujung telepon, sebelum akhirnya suara tua itu menjawab, "Kali ini mereka lah yang salah. Aku tidak ingin ikut campur urusan dunia seni bela diri Nexopolis, tapi ada satu hal yang harus aku lakukan." "Apa?" Ryan mengerutkan kening. "Kau pasti tahu tentang puluhan praktisi dari Gunung Langit Biru yang turun?" "Ya." "Baru saja, sekelompok praktisi lain muncul dari sana. Mereka bahkan berencana datang ke ibu kota khusus mencarimu. Sepertinya kau telah membunuh beberapa tetua sekte mereka." Suara itu terdengar berat saat melanjutkan. "Aku sudah menahan mereka. Tapi jika mereka benar-benar mengamuk di ibu kota, sudahkah kau pikirkan akibatnya?" "Apapun hasilnya, orang-orang tak berdosa pasti akan terkena dampaknya. Bahkan Keluarga Pendragon, ibumu, dan teman-temanmu tidak akan luput." "Kau juga harus memahami pen
Satu jam kemudian, sebuah jet pribadi mendarat di Bandara Langit Biru. Ryan turun dan menatap ke arah pegunungan dengan pandangan penuh arti. Ia kini hanya berjarak beberapa ribu meter dari tempat itu. Setelah menyelesaikan urusan dengan Sekte Hell Blood dan Sekte Dawn Sword, Ryan bertekad untuk melakukan perjalanan ke Gunung Langit Biru. Ia bertanya-tanya bagaimana kabar gurunya, Shirly Jirk, Lina Jirk dan teman-temannya. Yang terpenting, ia tidak tahu bagaimana keadaannya ayahnya selama ditawan. Ryan menggertakkan gigi membayangkan penderitaan yang mungkin dialami William Pendragon selama ditawan. Satu-satunya penghiburan adalah selama ayahnya tidak membocorkan rahasia itu, nyawanya masih relatif aman. "Tuan Ryan." Larry Brave melangkah mendekat dengan ekspresi berat. Sebagai seorang Jendral Negara Nexopolis, seharusnya dia mendorong Ryan pergi. Namun sebagai teman, hatinya memberontak melihat pemuda ini berjalan menuju bahaya. "Para praktisi Gunung Langit Biru berbeda
Theodore tersenyum samar. Di belakangnya, kotak pedang bergetar pelan seolah merespon emosinya. "Muridku, saat kau cukup kuat nanti, kau akan memahami betapa istimewanya Kuburan Pedang ini. Dari sudut pandang tertentu, kami semua terjebak di sini, dan kau adalah kunci untuk memecahkan kesulitan ini. Sebagai penguasa Kuburan Pedang, hanya kau yang mampu melakukannya." Mata Theodore berkilat penuh makna saat melanjutkan, "Asalkan kau terus berkultivasi dengan benar, saat waktunya tepat, kita pasti akan bertemu lagi secara alami. Hanya saja kita tidak tahu dalam bentuk apa pertemuan itu akan terjadi." Ryan mengangguk sambil mengamati nisan pedang yang tersisa di Kuburan Pedang. Kali ini, tiga nisan pedang telah menunjukkan tanda-tanda aktivasi. Energi dari Batu Helios Soul mengalir terus-menerus ke dalam ketiganya. Ryan memperkirakan setelah ketiga nisan pedanh selesai menyerap energi dari Batu Helios Soul, dia akan dapat mengaktifkannya sepenuhnya. Namun dia masih bertanya-tanya,
Lynx Sutr mengerutkan kening bingung, namun memilih untuk tidak berkomentar. Dia melirik ke arah Sekte Dawn Sword, dimana Michael Sword dan murid-muridnya telah bangkit dan berjalan menuju Ryan. Michael Sword berhenti tepat di hadapan Ryan, matanya berkilat dingin saat bertanya, "Kau Ryan Pendragon? Aku hanya akan bertanya satu hal padamu. Apakah kau membunuh Calvin Robert dan para tetua lainnya?" Suaranya dipenuhi tekanan yang membuat udara bergetar. Ryan bisa merasakan kekuatan setidaknya ranah Nascent Soul tingkat tiga dari Michael Swordâmungkin bahkan lebih tinggi. Ryan melirik Lynx Sutr yang masih bergeming di tempatnya. Tato Pintu Darah di leher tetua itu terlihat jelas, menandakan identitasnya sebagai anggota Sekte Hell Blood. Sekte itu telah mengerahkan begitu banyak kultivator kali ini, jelas menunjukkan niat mereka untuk menjatuhkannya. Ryan sadar dia tidak hanya harus menghadapi Sekte Dawn Sword, tapi juga Sekte Hell Blood yang jauh lebih mengancam. "Bocah, apa
Ryan melesat maju tanpa memberi mereka kesempatan pulih. Aura mengintimidasinya yang kuat membuat para pengikut Sekte Dawn Sword membeku di tempat, seolah terjebak dalam rawa tak berdasar. 'Apakah anak ini benar-benar dari Nexopolis dan bukan dari Gunung Langit Biru?' Keraguan mulai menggerogoti pikiran mereka. 'Sejak kapan Nexopolis punya ahli semengerikan ini?' BOOM! "ARGHHHH!" Para murid Sekte Dawn Sword meraung ketakutan. Meski begitu mereka tak punya pilihan selain melawan. BOOM! Ledakan lain mengguncang tanah dalam sekejap. Mereka bahkan tak sempat berteriak sebelum serangan Ryan menghantam. KRAK! KRAK! KRAK! Serangkaian suara retakan tajam terdengar saat dada para pengikut Sekte Dawn Sword remuk. Darah menyembur bagai air mancur saat tubuh mereka terpental ke belakang, menghantam kerumunan yang berkumpul. Gerry Pain yang baru tiba tertegun melihat mayat-mayat berlumuran darah di hadapannya. Ekspresinya berubah total! Para murid Sekte Dawn Sword ini telah mener
Bersamaan dengan raungan penuh tekad, aura Ryan melambung ke puncaknya. Tanpa ragu dia mengangkat pedangnya yang berkedip-kedip dengan cahaya misterius, seolah mampu menyapu bersih segala aura penindasan. Dalam gerakan yang nyaris tak terlihat mata, Ryan mengayunkan pedangnya! Mata Michael Sword terbelalak saat menatap bilah tajam yang menusuk pakaiannya. Kalau saja dia tidak menghindar di detik terakhir, pedang itu pasti telah menembus jantungnya! Serangan Ryan benar-benar mengejutkannya hingga ke inti jiwa. "Ryan, kau dari sekte mana?" desak Michael Sword dengan napas memburu. "Dari mana kau mendapatkan teknik pedang ini? Bicaralah! Kalau tidak, kau harus mati!" "Kau tidak punya hak untuk tahu," Ryan mencibir dingin. Mendapat jawaban seperti itu, Michael Sword menghunuskan pedangnya pada Ryan penuh amarah. Ryan membalas serangan pedang itu dengan berbagai teknik pedang yang pernah ia pelajari. Adu pedang tak terelakkan, dentingan demi dentingan bergema menemani percikan a
Para penonton segera mundur, menciptakan ruang luas di sekitar para juri. Tak seorang pun berani bernapas terlalu keras. Bukan saja tingkat kultivasi Taois Nathan sangat mengerikan, tetapi penguasaannya terhadap alkimia juga menantang surga! Itulah sebabnya mengapa dia dipilih menjadi juri kali ini, dan dia jelas seorang veteran yang sangat dihormati.Pada saat ini, wajah Taois Nathan memerah karena marah. Di bawah pengawasannya, seorang murid Sekte Red Phoenix terbunuh tanpa alasan. Matanya memancarkan kemarahan yang nyaris tak terkendali. Ini adalah provokasi langsung!Hina Lambert buru-buru membungkuk dan berseru, "Tetua Nathan, Anda harus menegakkan keadilan bagi kami. Niat membunuh orang ini terlalu kuat dan dia telah mengabaikan aturan.""Dia harus dihukum berat! Kalau tidak, murid Sekte Red Phoenix yang sudah mati itu akan mati sia-sia!"Taois Nathan mengangguk sekali, gerakan tandas yang membuat semua anggota Sekte Red Phoenix merasakan dukungan moralnya. Tatapannya yang
Pemuda berambut pendek itu bisa merasakan bahaya fatal dari pukulan Ryan, dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Sayangnya, tekanan tak terlihat menahannya, dan tinju Ryan terus bergerak, menghantam telak dadanya.Untuk sesaat, dia bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak. Dia membelalakkan matanya dan menatap tubuhnya sendiri. Dia benar-benar merasakan tulang rusuk dan organ dalamnya runtuh!Darah segar menyembur dari mulutnya. Dia telah memikirkan banyak cara untuk mati, tetapi ini bukan salah satunya. Dia tak percaya akan mati di tangan sampah yang selalu dihina semua orang.Aura kematian menyelimuti seluruh tubuhnya, dan suara acuh tak acuh Ryan terdengar di telinganya, "Aku tidak ingin membunuhmu, tapi sayangnya, kamu menyinggung Sekte Medical God."BOOM!Begitu dia selesai berbicara, tubuh pemuda berambut pendek itu terpental dengan kecepatan mengerikan, menabrak enam atau tujuh pengikut Sekte
"Lihat, murid Sekte Medical God yang lemah itu berjalan menuju area Sekte Red Phoenix," seseorang berbisik."Dia pasti cari mati," bisik yang lain.Di kejauhan, Shirly Jirk juga mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang sedang direncanakan Ryan. Bahkan anggota Sekte Red Phoenix pun bingung. Apakah Sekte Medical God benar-benar datang untuk mencari masalah dengan mereka?Henry Lowe, yang duduk di barisan depan, tersenyum mengejek melihat kedatangan Ryan. Sebuah kesempatan telah datang. Ketika melihat Ryan semakin mendekat, dia berdiri dan berkata dengan marah, "Ryan, ini bukan wilayah Sekte Medical God. Keluar dari sini sekarang juga!"Ryan mengabaikannya. Sebaliknya, dia menatap dingin ke arah pemuda berambut pendek itu dan berkata, "Siapa pun yang membuat masalah dengan anggota Sekte Medical God sebelumnya, cepat keluar!"Nada suaranya tenang namun mengandung ancaman yang jelas. Udara di sekitar
Xiao Bi tertegun dan tersenyum canggung. "Tidak apa-apa. Aku baru saja berlatih tanding dengan Pak Tua Xue dan tidak sengaja melukai diriku sendiri."Pak Tua Xue juga berhenti dan menatap Ryan. Dia segera memahami cerita Xiao Bi dan ikut bermain. "Benar, benar. Lagipula, kompetisi belum dimulai. Kami bertarung seperti ini untuk belajar melindungi diri sendiri dengan lebih baik. Itu bukan masalah besar."Ryan menatap mereka dengan tajam. Dia bisa melihat bahu Xiao Bi yang gemetar dan mata Pak Tua Xue yang tak berani menatapnya langsung."Latih tanding?" Ryan mendengus dingin, jelas tak mempercayai penjelasan itu.Tanpa ragu-ragu lagi, dia membentuk segel tangan dan mengaktifkan teknik Pencarian Dao Agung.Teknik itu memungkinkannya untuk melihat fragmen-fragmen kejadian masa lalu yang tertinggal di udara.Dia memejamkan matanya, dan semua yang terjadi sebelumnya terulang kembali dalam benaknya seperti adegan film! Penghinaan yang diucapkan murid sekte luar Sekte Red Phoenix Biru kepad
Di barisan terdepan area Sekte Red Phoenix, tiga sosok menatap Ryan dengan ekspresi berbeda. Seorang pria, seorang wanita, dan seorang wanita tua dengan tongkat.Wanita tua itu adalah Nenek Hilda.Pria itu adalah Hugh Jackmen, murid sekte dalam dari Sekte Red Phoenix yang memiliki hubungan dengan Ryan. Bagaimanapun, orang inilah yang telah menendangnya keluar dari arena saat itu.Hina Lambert berdiri di samping Hugh Jackmen, dengan wajah dipenuhi kebencian. Tanda merah di wajahnya sudah sembuh, tetapi rasa malu dari pertemuan mereka di gua itu masih membakar hatinya."Tidak kusangka dia berani muncul," bisik Hina pada Hugh. "Kali ini, tak ada yang bisa menyelamatkannya."Hugh Jackmen tersenyum dingin. "Aku akan memastikan dia menyesal telah datang."Hina Lambarr teringat sesuatu dan menoleh ke Nenek Hilda, "Guru, apakah Anda benar-benar akan melawan bajingan itu?"Nenek Hilda menyipitkan matanya dan mengangguk. "Karena kita sudah sepakat, tentu saja aku harus menepati janjiku. Namun
Suaranya tidak keras, tetapi semua orang bisa mendengarnya. Seluruh kerumunan menoleh ke arah datangnya suara.Mata Shirly Jirk yang kecewa tiba-tiba dipenuhi dengan kegembiraan meski hampir tak terlihat saat dia melihat sosok itu berlari menuju arena. Ryan ada di sini! Senyum tipis muncul di bibir merahnya, begitu samar hingga hampir tak terlihat.Mata Luis Kincaid berkilat dengan niat membunuh saat melihat senyuman ini. Tidak peduli apa pun, sampah ini pasti merupakan penghalang terbesar antara dia dan Shirly Jirk! Dia benar-benar tidak bisa membiarkan Ryan meninggalkan tempat ini hidup-hidup! Karena dia Jurinya, tentu saja dia punya caranya sendiri untuk menghadapi Ryan.Ryan akhirnya tiba dan mendaftar di pintu masuk, napasnya sedikit memburu meski dia berusaha terlihat tenang. Ia segera mencari dengan matanya dan menemukan Xiao Bi dan Pak Tua Xue di kejauhan. Raut lega terlihat di wajahnya saat melihat mereka baik-baik saja, meski tampak sedikit terluka."Akhirnya sampai j
Ada empat lelaki tua dengan jubah resmi, seorang pemuda tampan berusia tiga puluhan, dan yang terakhirâShirly Jirk, dewi impian para kultivator yang tak terhitung jumlahnya di Gunung Langit Biru! Hari ini, rambut panjang Shirly Jirk hitam legam tergerai indah hingga ke pinggangnya. Kulitnya yang seputih salju tidak perlu hiasan apa pun, bagaikan batu giok yang sempurna. Ia mengenakan gaun sifon putih dengan pita hijau yang diikatkan di pinggangnya. Sosoknya yang anggun menarik perhatian semua orang. "Itu Shirly Jirk!" "Dewi Pedang Gunung Langit Biru!" "Cantik sekali... Bahkan lebih cantik dari yang digosipkan!" Bisikan-bisikan kagum memenuhi arena saat Shirly melangkah anggun ke kursinya. Keenam juri itu duduk, dan semua orang di alun-alun langsung terdiam. Pemuda tampan itu sengaja duduk di samping Shirly Jirk. Dia meliriknya dari sudut matanya, matanya menyala dengan penuh gairah. Nama pemuda itu adalah Luis Kincaid, dan dia adalah jenius terkenal dari Sekte Enlight.
"Mengapa?!" Bagaimana mungkin pemuda berambut pendek itu meminta maaf? Dia menolak! Wajahnya memerah karena amarah dan penghinaan. Sebagai murid Sekte Red Phoenix, dia tidak pernah membayangkan harus meminta maaf kepada sampah dari Sekte Medical God. Matanya berkilat penuh kemarahan saat dia menjawab Lina Jirk, "Mereka yang memulai! Aku tidak akanâ" "Karena aku Lina Jirk! Bukankah itu alasan yang cukup?" potong Lina dengan nada angkuh, matanya berkilau dingin. "Tentu saja, kau tidak perlu meminta maaf. Aku tidak akan mempersulitmu sekarang, aku juga tidak akan mengambil tindakan." "Namun, setelah kompetisi berakhir, aku akan secara pribadi pergi ke Sekte Red Phoenix bersama kakakku untuk mencarimu. Apakah kau pikir Sekte Red Phoenix akan melindungi murid sekte pelataran luar yang tidak berguna!" Ancamannya dingin dan sombong, tapi begitulah cara Lina Jirk melakukan sesuatu. Itu bukan sekadar gertakan kosong. Dia memiliki hubungan baik dengan Ryan, dan Ryan telah menyelamatk
Xiao Bi menatap pemuda berambut pendek itu dengan tatapan memohon. "Sekte Medical God kami tidak punya dendam dengan Sekte Red Phoenix-mu, jadi mengapa kau tidak membiarkan kami pergi? Jika kau terus bersikap seperti ini, aku akan pergi ke pengadilan!" Pemuda berambut pendek itu tertawa mendengar ancaman kosong tersebut. Dia melirik ke arah Pak Tua Xue yang terluka dan membuka kakinya lebar-lebar, menghalangi jalan mereka sepenuhnya. Matanya penuh dengan penghinaan. "Karena si cantik kecil sudah berkata begitu, aku tidak akan menyiksa kalian berdua. Selama kalian berdua merangkak di bawah selangkanganku, aku tidak akan mempersulit kalian!" Dia melihat ekspresi shock di wajah Xiao Bi dan tertawa lebih keras. "Tidak terlalu banyak yang diminta, kan?" Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Xiao Bi tidak dapat menahannya lagi. Dengan gerakan cepat, dia mengulurkan tangannya dan menampar wajah pemuda itu dengan sekuat tenaga! PLAK! Suaranya terdengar sangat jelas, bergema