Terima Kasih Kak Jhonny dan KaK Pengunjung6088 atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Akumulasi Gem Bab Bonus: 06-11-2024 (malam): 3 Gem Ini adalah bab bonus keempat malam ini. kurang 1 bab lagi nih, hehehehe. Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 4/5 Bab
Gawain Wealth hanya mendengus dingin, memilih tak menanggapi provokasi itu. Ia tahu betul situasinya—semakin banyak bicara, semakin besar kemungkinan konflik pecah. "Aku peringatkan Anda," Yun Jing melanjutkan dengan nada mengancam, "jika Anda bersikeras melindungi anak ini, aku akan berbicara dengan Presiden Tang mengenai hal ini." Tatapannya beralih pada Ryan yang masih berdiri dengan sikap santai di belakang Gawain Wealth. "Anak ini tidak ada hubungannya dengan Keluarga Wealth-mu. Kau tidak perlu melindunginya. Siapa peduli jika aku membunuhnya?" Gawain Wealth terdiam beberapa saat, tampak ragu. Ia bisa melihat bakat luar biasa yang dimiliki Ryan—cara pemuda itu mengalahkan dua grandmaster veteran dalam hitungan menit sudah cukup membuktikan potensinya. Sangat disayangkan jika bakat seperti itu harus mati muda. Terlebih lagi, perilaku Yun Jing sebagai wasit memang sudah keterlaluan! Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Gawain Wealth menggertakkan giginya dan
Ryan sama sekali tidak menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarnya. Baginya, pandangan iri, takut, atau bahkan mengasihani itu tak lebih berarti dari debu yang beterbangan di arena. Dengan langkah mantap, ia berjalan ke tengah arena dan menunjuk Yun Jing dengan gerakan menantang. "Yun Jing," suaranya bergema di seluruh arena, tenang namun penuh otoritas, "aku menantangmu untuk duel hidup dan mati. Beranikah kau menerima tantanganku?" Kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong. Gawain Wealth yang baru berjalan beberapa langkah nyaris tersandung kakinya sendiri. Ia berbalik dengan gerakan kaku, menatap Ryan seolah pemuda itu baru saja menumbuhkan kepala kedua. 'Apa?' batinnya ngeri. 'Mengapa? Bagaimana mungkin?' Kebingungan memenuhi benaknya. Saat Yun Jing pertama kali mencapai level grandmaster, Ryan bahkan belum lahir! Tingkat kesombongan ini benar-benar melampaui akal sehat! Seluruh arena membeku dalam keterkejutan. Di antara kerumunan, Lancelot, Frederich, Luc
"Terima jurus keduaku!" raung Yun Jing murka. Tekanan energi qi yang jauh lebih kuat dari sebelumnya membasahi tubuh Ryan bagai air bah. Kali ini serangan Yun Jing berhasil memaksa Ryan mundur beberapa langkah. Setelah keberhasilan itu, serangannya menjadi semakin ganas dan tak terkendali. "Seharusnya kau lebih bijaksana," ejek Yun Jing dengan seringai kejam. "Mungkin kau akan belajar di akhirat. Langkah ketigaku akan mengirimmu ke neraka untuk bertemu orang tuamu!" Mendengar hinaan terhadap kedua orang tuanya, tatapan Ryan seketika berubah sedingin es. Sebenarnya, serangan pertamanya hanya untuk mengukur kekuatan Yun Jing. Meski agak kewalahan menghadapi serangan kedua, bukan berarti ia takut dengan serangan ketiga! Namun sebelum Ryan sempat melancarkan serangan balasan, sebuah suara misterius bergema dalam benaknya. Suara itu memintanya mengirimkan sedikit energi qi miliknya dan saripati darahnya ke dalam batu giok naga yang selama ini ia bawa. Ryan tertegun—suara ini be
Kepanikan sempat menguasainya, namun segera lenyap saat gelombang informasi membanjiri benaknya. Matanya berbinar memahami situasi—sebagai penguasa Kuburan Pedang, ia memiliki otoritas mutlak. Jika ia menginginkannya, Luo Yun akan lenyap seketika dari dunia ini! Dengan kata lain, pihak lain tak akan berani menyakitinya. Ryan tersenyum dalam hati, penasaran ingin melihat seberapa mengerikan kekuatan kultivator legendaris dari Sekte Pedang Iblis ini. Di hadapannya, Yun Jing masih berdiri dengan ekspresi garang, menatapnya bagai predator yang mengintai mangsa. "Nak, lihatlah dunia ini sekali lagi," ejeknya penuh penghinaan. "Jangan bersikap sombong di kehidupanmu selanjutnya! Dunia ini bukanlah sesuatu yang bisa dijalani oleh orang remeh sepertimu!" Baru saja Yun Jing hendak melancarkan serangan, Patrick tiba-tiba melompat ke arena. Tangannya melambai-lambaikan sebuah dokumen dengan panik. "Yun Jing," serunya lantang, "ini adalah dokumen yang disahkan oleh otoritas tertinggi d
Yun Jing telah tewas! Tidak seorang pun menduga hal-hal akan berkembang seperti ini. Keberadaan yang agung dan perkasa—seorang grandmaster yang pernah menduduki peringkat 400 besar di Nexopolis—dihancurkan dan dibunuh oleh seorang pemuda yang bahkan belum genap seperempat abad! Keheningan mencekam menyelimuti arena, hanya sesekali dipecah oleh suara tertahan ketakutan dan keterkejutan. Para penonton membeku di tempat mereka saat menyaksikan platform arena bela diri runtuh berkeping-keping, menyisakan hanya satu titik yang tak tersentuh—tempat Ryan berdiri dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. "Grandmaster Yun sudah meninggal?" bisik seseorang tak percaya. "Apakah ini benar-benar terjadi?" "Hanya dalam sepuluh menit, tiga grandmaster meninggal... Bagaimana ini bisa terjadi?" "Sepertinya keadaan di Kota Golden River dan Provinsi Riveria akan berubah..." Di tribun penonton, ayah Lucy Jeager bangkit dari kursinya dengan tubuh gemetar. "Bagaimana anak ini melakukannya?" guma
Semua mata tertuju pada Ryan yang masih berdiri dengan tenang di satu-satunya bagian arena yang tersisa, tangannya tetap terlipat di belakang punggung seolah tak terjadi apa-apa. Patrick bergegas maju dengan panik. "Tuan Ryan, saya akan membantu Anda mencegat orang ini!" Namun baru saja ia hendak mengejar, sebuah suara dingin menghentikan langkahnya. "Tidak perlu melakukan itu." "Tetapi..." "Jika aku ingin membunuh seseorang," potong Ryan dengan nada datar namun mengancam, "bahkan jika mereka berada ribuan kilometer jauhnya, tidak ada yang dapat menghentikanku!" Jejak dingin melintas di mata Ryan saat ia membuka telapak tangan kanannya. Energi qi dari dantiannya mengalir deras, berkumpul dalam pusaran energi yang menakjubkan. Seluruh tubuhnya memancarkan aura iblis jahat saat menyerap semua qi spiritual dalam radius sepuluh kilometer. Perlahan namun pasti, pedang ilusi terbentuk di telapak tangannya. Senjata itu terbuat dari energi qi murni yang terpadatkan, bersinar dengan
Cahaya hitam kemerahan perlahan memudar, meninggalkan ratusan pasang mata yang berkaca-kaca dan tampak kosong. Hembusan angin lembut menyapu arena, membawa aroma kematian yang masih menguar dari tubuh tak bernyawa Yun Jing, Maxim Shaw, dan Hobbs West. Lancelot, yang masih mempertahankan kesadarannya, mengamati dengan seksama saat Ryan melangkah mendekati Gawain Wealth. Langkahnya tenang namun penuh wibawa—sangat berbeda dengan pembantaian berdarah yang baru saja ia lakukan. 'Ketua Guild memang selalu penuh kejutan,' batin Lancelot takjub. 'Kekuatannya bahkan melampaui ekspektasi terbesarku.' Gawain Wealth sendiri tampak kebingungan saat mendapati rekan wasitnya, Zedd Watt, menatap kosong ke depan seolah jiwa telah meninggalkan raganya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat menyadari bahwa kekuatan yang baru saja ia saksikan jauh melampaui ranah seni bela diri yang ia kenal. "Grandmaster Zedd?" panggilnya, suaranya sedikit bergetar. Tak ada respon. "Grandmaster Zedd, ba
Ryan menimbang dengan hati-hati. Ada begitu banyak misteri yang ingin ia ungkap, tapi ia harus memilih yang paling penting. "Pertama, mengapa kau terjebak di nisan pedang dan mengapa kau membantuku?" "Itu dua pertanyaan," Luo Yun tersenyum misterius. "Tapi akan kujawab. Pertama, kami tidak terjebak di nisan pedang, tapi di Kuburan Pedang—sebuah artefak kuno yang bahkan usianya lebih tua dari sejarah manusia. Batu giok di tanganmu itu adalah wadah yang menampung Kuburan Pedang." "Kedua, Kuburan Pedang telah memilihmu sebagai tuannya. Kami di sini untuk membantumu menyingkirkan rintangan dan mencapai keabadian." Mata Luo Yun berkilat penuh makna. "Kau masih punya satu pertanyaan tersisa. Pilih dengan bijak." Ryan memikirkan berbagai kemungkinan. Bertanya tentang asal-usul Kuburan Pedang mungkin tak akan memberinya manfaat praktis. Setelah beberapa saat, ia memutuskan, "Bagaimana cara mengaktifkan semua nisan pedang yang tersisa?" "Ada dua cara," jawab Luo Yun. "Pertama, kau membutuhk
Salah satu dari mereka bangkit dengan wajah merah padam. Energi qi menguar dari tubuhnya saat ia membentak, "Siapa kau yang berani membuatku...!"Namun sebelum kalimatnya selesai, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher pria itu dan melemparkannya ke dinding terdekat.KRAK!Suara tulang retak memenuhi ruangan saat tubuh pria itu menghantam tembok dengan keras. Para tamu terkesiap ngeri melihat demonstrasi kekuatan itu.Tanpa menghiraukan keterkejutan di sekitarnya, Ryan membantu Jeremy duduk sebelum melangkah menghampiri Paman Wong dan Bibi Sandra. Tatapannya menggelap melihat wajah pucat keduanya.'Organ dalam mereka terluka parah,' Ryan menganalisis dengan cepat. Amarah dingin mulai bergolak dalam dadanya. Bagaimanapun, mereka hanyalah warga biasa. Tang San keterlaluan melibatkan orang-orang tak berdosa dalam dendam pribadinya.Ryan mengeluarkan dua butir pil lagi, memberikan satu pada Wong Ren yang berdiri gemetar menahan amarah di samping orang t
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis.Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat."Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!"Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus."Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!"Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata.BOOM! BOOM! BOOM!Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga.Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan, memotong
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap.KRAK!Suara tulang patah memenuhi ruangan."Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?""Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang."Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!"Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah.**Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati.Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es."Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perintah Anda,"
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini."Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah."Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul."Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini.Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami.Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini.Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah."Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindunginya?""
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena