ini bab kedua pagi ini. selamat beraktivitas (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 0/3. Bab Reguler: 2/2. Bab Bonus Hadiah:?
Seketika, kilatan petir biru menyambar dari seluruh tubuh Ryan, menjalar seperti ular listrik yang liar. Kekuatan naga darah menyalur ke lengannya, memberikan kekuatan extra pada genggamannya. Tangan Ryan yang awalnya hanya memegang pergelangan tangan gadis itu tiba-tiba mengerahkan tenaga luar biasa. Dengan satu gerakan memutar yang cepat, dia membalikkan tubuh lawannya dan melemparkannya ke kejauhan dengan kekuatan penuh. Wanita itu terkejut dengan teknik bertarung fisik Ryan. Dia tidak pernah menyangka seorang kultivator akan bertarung dengan cara seperti ini, jadi dia terkejut dan kehilangan keseimbangan sejenak. Namun, saat tubuhnya berputar di udara, dia tidak menyerah. Iblis Wendy segera mengambil pijakan pada dinding es di belakangnya, dan meluncur ke depan seraya melepaskan pukulan kuat ke arah dada Ryan. Melihay serangan ini, Ryan tidak menghindar. Alih-alih mundur, dia malah mencondongkan tubuh ke depan dan dengan gerakan cepat kembali meraih pergelangan tangan
Wajah Wendy semakin memerah, dan napasnya sedikit tergesa-gesa. Dia tidak tahu mengapa, tetapi saat Ryan melepaskannya, dia merasa sedikit kecewa. Selama berminggu-minggu yang seolah mimpi buruk ini, kesadarannya terus memangkas kejadian-kejadian samar, dan kini setelah melihat Ryan di hadapannya, perasaan rindu yang tak dimengerti menyeruak dalam dadanya. Ryan sudah lama menghilang dari universitas. Selama itu, Wendy sering melirik pintu apartemen di seberangnya saat kembali ke rumah, berharap mendapati tetangganya itu. Namun, pintu itu tidak pernah terbuka lagi. Mantan Profesor Ryan yang cerdas dan baik itu sudah tiada, dan yang hadir di hadapannya kini adalah Ryan sang kultivator muda yang mampu mengalahkan makhluk mengerikan yang bahkan tak bisa dia lawan dari dalam tubuhnya sendiri. Wendy menenangkan pikirannya, berusaha mengumpulkan keberaniannya. Meski wajahnya masih memerah, dia menoleh untuk menatap Ryan. "Baiklah, anggap saja tidak terjadi apa-apa tadi. Ngomong-ngo
Ryan membantu Wendy berdiri dan memastikan kondisinya stabil setelah pertarungan panjang tadi. "Kau tidak apa-apa? Bisa berjalan sendiri?" "Aku baik-baik saja," jawab Wendy sambil mencoba merapikan rambutnya yang berantakan. "Hanya sedikit lelah." Kota es bawah tanah kini berantakan akibat pertarungan mereka. Pilar-pilar es yang tadinya megah kini hancur lebur, patung-patung yang tadinya utuh kini hanya tinggal serpihan. Tidak ada jejak keindahan yang tersisa. Ryan ingin mengundang Wendy ke kediaman Keluarga Pendragon untuk makan malam dan beristirahat, tetapi Wendy dengan halus menolaknya. Dia merasa penampilannya terlalu berantakan, dan tidak ingin ada yang melihatnya seperti ini, terutama ibu Ryan. "Aku lebih baik kembali ke apartemen untuk mandi dan bersiap-siap," ujarnya. "Kita bisa bertemu lagi besok pagi." Ryan mengangguk pengertian dan tidak memaksa. Dia memanggil dua orang Kultivator dari Guild Round Table yang setia menunggu di luar, meminta mereka untuk menemani
Mendengar nama tempat itu, mata Adel berbinar penasaran. "Ryan, apakah itu tempat yang kamu ceritakan kepadaku di Kota Golden River? Kamu menghilang selama lima tahun dan pergi ke tempat ini?" "Ya," jawab Ryan singkat, namun tatapannya menunjukkan bahwa ada banyak hal yang tidak bisa dia jelaskan secara gamblang saat ini. Ketika mendengar pengakuan Ryan, sudut bibir Adel melengkung membentuk senyuman lebar. "Kalau begitu, tentu saja aku akan pergi! Aku akan menganggapnya sebagai liburan." "Aku juga ingin melihat seperti apa tempat misterius yang telah 'mencuri' Ryan dariku selama bertahun-tahun." Meski Adel mencoba berbicara santai, Ryan bisa mendeteksi kegembiraannya. Dia mendengus kecil dan menggelengkan kepala. "Bersiaplah. Kita akan berangkat besok pagi." Adel yang semakin penasaran dengan Gunung Langit Biru mulai melontarkan berbagai pertanyaan, "Ryan, apakah matahari di Gunung Langit Biru berbahaya? Menurutmu, apakah aku harus mengenakan gaun? Haruskah aku menyiapkan kacam
Ketua sekte mengangkat alisnya dengan skeptis dan berkata dengan nada dingin, "Jika rumor dari Gunung Langit Biru mengatakan bahwa tiga ekor tikus bisa menjadi seekor harimau, apakah kamu akan mempercayainya? Itu semua hanya omong kosong. Mari kita bicarakan hal lain yang lebih penting." Tetapi tetua berjubah hijau itu dengan berani melanjutkan, suaranya semakin bergetar, "Tidak, tidak, tidak. Ketua Sekte, awalnya saya juga berpikir begitu." "Namun, tidak lama kemudian, Arthur Pendragon menghancurkan Sekte Hell Blood dan Sekte Sunshine dengan mudah hanya dengan menggunakan satu tangkai bunga sakura, dan bahkan membunuh ketua sekte mereka dalam sekejap!" Ketua sekte mengerutkan kening mendengar informasi ini. "Dengan kekuatan seperti itu, Arthur Pendragon mungkin benar-benar telah melampaui Ranah Origin. Terlebih lagi, usianya baru sekitar 20 tahun! Ini benar-benar bakat yang menantang langit!" lanjut tetua berjubah hijau dengan napas terengah-engah. "Gunung Langit Biru sekarang da
"Bicara!" perintah ketua sekte dengan tidak sabar. Lelaki tua berjanggut itu melanjutkan dengan hati-hati, "Selama beberapa hari terakhir, beberapa murid Sekte Dao menemukan Xiao Yan muncul di dekat Gunung Hijau Giok. Kemungkinan besar dia memasuki Slaughter Land." Mata ketua sekte menyipit tajam ketika mendengar nama Xiao Yan. "Xiao Yan yang kau bicarakan adalah ketua sekte dari Sekte Medical God?" Lelaki tua berjanggut itu mengangguk, meneguk ludah dengan gugup. "Hm!" Pemimpin sekte itu mendengus dingin, matanya berkilat berbahaya. "Jika aku ingat dengan benar, aku memintamu untuk membasmi gulma dan akar-akarnya. Mengapa Sekte Medical God masih ada?" Ekspresi lelaki tua berjanggut itu berubah canggung. Dia berkeringat dingin saat menjelaskan, "Tuan, kami telah mengirim orang untuk menghancurkan Sekte Medical God sesuai perintah Anda. Namun, pada saat kami tiba, Sekte Medical God telah ditinggalkan selama beberapa waktu. Semua penghuninya telah menghilang tanpa jejak." Dia me
Wendy pikir mereka telah melupakannya, dan sama sekali tidak menyangka mereka akan muncul pada saat yang sangat tidak tepat seperti ini! Kedua wanita berpakaian ungu itu tampak berbahaya dengan pedang yang tersarung di pinggang mereka. Tatapan mata mereka dingin dan menusuk, jelas memandang rendah semua orang di sekitar. Sikap arogan mereka membuat Wendy sangat tidak nyaman. "Ke mana kamu berencana pergi?" tanya wanita tua itu dengan nada menyelidik, matanya menyapu koper yang dipegang Wendy. Wendy tanpa sadar mundur beberapa langkah. Instingnya mengatakan bahwa dia dalam bahaya. Tepat saat dia hendak menutup pintu untuk melindungi diri, tangan seorang wanita berjubah ungu dengan cepat mencengkeram sisi pintu dan mengerahkan sedikit tenaga, memutar pintunya hingga terbuka lebar dengan mudah. "Kau menyiapkan barang bawaanmu dan berpakaian seperti ini," kata wanita tua dengan nada curiga. "Mungkinkah kau tahu kami akan datang dan telah bersiap untuk mengikuti kami ke Sekte Dark
Ryan bermain-main dengan rokok di tangannya tanpa ekspresi. Dia berencana untuk menunggu Wendy di lobi gedung apartemen. Lagipula, Wendy telah mengiriminya pesan bahwa dia akan segera turun untuk bertemu. Pagi itu, langit cerah dengan sedikit awan menghiasi cakrawala, tanda hari yang baik untuk memulai perjalanan panjang. Ryan mengeluarkan pemantik dari saku celananya, menyalakan rokok dengan gerakan santai, lalu menghisapnya dalam-dalam. Asap putih keluar dari mulutnya saat dia memandang ke arah pintu masuk apartemen, menunggu sosok Wendy muncul. Namun, setelah menunggu selama lima menit penuh dan menghabiskan sebatang rokok, masih belum ada tanda-tanda kehadiran Wendy. Ryan melirik jam tangannya dengan sedikit tidak sabar. Mereka memiliki jadwal keberangkatan yang harus ditepati. Karena tidak ingin membuang waktu lebih lama, ia memutuskan untuk naik lift dan menjemput Wendy langsung ke kamarnya. Selagi menunggu lift, Ryan menyalakan sebatang rokok baru. Entah mengap
Tatapan Shina Walker dan Tirst Walker secara bersamaan tertuju pada Ryan yang sedari tadi berdiri diam di dekat pintu masuk, mengamati pertemuan keluarga itu tanpa bersuara.Baru pada saat itulah Leonard Walker menyadari keberadaan orang asing di ruangan itu. Matanya yang tajam langsung menganalisis sosok Ryan, mengukur tingkat kultivasi dan potensi ancaman dari pemuda yang tidak dikenalnya ini.'Ranah Transcendence,' Leonard mencatat dalam hati. Di Slaughter Land yang penuh dengan kultivator kuat, level ini bukan sesuatu yang istimewa. Sebaliknya, ini bahkan dianggap sebagai salah satu tingkat terendah dari hierarki kekuatan para kultivator. Bahkan tingkat kultivasi kedua putrinya jauh lebih tinggi daripada pemuda ini.'Apa yang dilakukan putri-putrinya di sini bersama kultivator lemah seperti ini?' pikirnya penuh tanya.Shina Walker dengan cepat menangkap kebingungan di wajah ayahnya dan segera menjelaskan, "Ayah, ini semua berkat Kakak Ryan. Jika bukan karena Kakak Ryan, aku da
Pemuda kedua menggelengkan kepalanya, tatapannya masih terpaku pada Paviliun Angin Segar di bawah. "Masih ada formasi pelindung di sekeliling kita. Sudah sepantasnya tidak ada yang bisa mendeteksi keberadaan kita, apalagi seorang kultivator Ranah Transcendence. Bahkan seorang ahli Ranah Origin pun akan kesulitan mendeteksi kita.""Yordan, apakah kamu merasakannya?" tanya pemuda pertama lagi, rasa tidak nyaman jelas terlihat di wajahnya.Pemuda yang dipanggil Yordan itu tidak langsung menjawab. Dia mengangkat sebuah teropong khusus yang berkilau dengan energi spiritual dan mengarahkannya ke arah timur dan barat, seolah mencari sesuatu. Dahinya berkerut penuh konsentrasi."Yordan, kenapa kamu diam saja? Apakah kamu merasakannya?" Pemuda pertama bertanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.Yordan menurunkan teropongnya, ekspresinya berubah serius. "Leonard Walker dari Paviliun Angin Segar ini menyembunyikan harta karun itu. Jika kita tidak tahu siapa ketiganya, aku takut ha
Gerbang kota memang memiliki titik pemeriksaan, namun pemeriksaannya tidak terlalu ketat. Beberapa penjaga berpakaian seragam berwarna merah gelap berdiri dengan tatapan waspada, namun mereka hanya mengamati sepintas setiap orang yang memasuki kota. Tidak ada pemeriksaan identitas atau barang bawaan.Bagaimanapun, semua orang diizinkan memasuki Slaughter Land dengan mudah. Filosofi tempat ini sederhana—lebih banyak kultivator berarti lebih banyak korban potensial. Namun, bertahan hidup di dalamnya adalah masalah yang sama sekali berbeda dan jauh lebih sulit.Begitu Ryan melangkah melewati gerbang besar itu, dia langsung merasakan tekanan atmosfer yang berbeda. Udara terasa lebih berat, dipenuhi oleh energi spiritual yang bercampur dengan niat membunuh yang pekat. Dia juga merasakan tatapan dingin yang tak terhitung jumlahnya tertuju padanya dari berbagai arah.'Banyak kultivator kuat di sini,' Ryan mencatat
Berbeda dengan hutan liar yang baru saja mereka lewati, area di sekitar gerbang kota tampak jauh lebih teratur dan berkembang. Ada berbagai macam bangunan yang berdiri megah, banyak di antaranya bahkan mencapai ketinggian yang bahkan menyamai gedung pencakar langit di Nexopolis modern.Seluruh kota tampak dilindungi oleh formasi kuno dengan aura spiritual yang luar biasa kuat. Yang paling menarik perhatian Ryan adalah langit di atas kota itu yang berwarna merah darah, sangat kontras dengan langit biru cerah di luar batas kota.Bahkan ada bulan darah yang menggantung tinggi di langit, terlihat jelas meski saat itu masih siang hari. Fenomena alam yang tidak alami ini jelas menunjukkan bahwa Slaughter Land bukanlah tempat biasa, melainkan area dengan konsentrasi energi spiritual dan darah yang sangat tinggi.Saat mereka mendekati gerbang kota, Ryan bisa merasakan naga darah di dalam tubuhnya bereaksi dengan kuat, seolah terangsan
Tirst Walker menyadari bahwa dengan kondisi tubuhnya dan saudarinya yang masih lemah, akan sangat sulit, jika bukan mustahil, untuk meninggalkan Slaughter Forest dengan selamat. Berbagai binatang buas ganas dan kultivator jahat masih berkeliaran di area berbahaya ini. Pilihan terbaik mereka saat ini adalah mengikuti pemuda misterius ini—setidaknya sampai mereka keluar dari area berbahaya.Ryan berhenti, tapi tidak mengatakan apa pun. Ekspresinya tetap datar, namun sorot matanya sedikit menunjukkan ketidaksabaran.Tepat pada saat itu...Buk! Tirst Walker tiba-tiba berlutut di hadapan Ryan, mengejutkan bahkan adiknya sendiri. Wajahnya memerah karena rasa malu dan harga diri yang terluka, namun dia menepiskan semua itu. Keselamatan adiknya jauh lebih penting daripada egonya."Tuan Ryan, kita baru saja berselisih, tapi saya harap Tuan Ryan tidak menganggapnya serius. Itu salah saya," ucapnya dengan sua
Darah berceceran di mana-mana, dan mayat Jack Xaver yang tidak lengkap terjatuh ke tanah.Cairan merah pekat menyembur, membasahi rerumputan dan tanah di sekitarnya. Tubuh Jack yang kini kehilangan kepalanya ambruk dengan suara berdebum menyedihkan, tergolek tak bergerak di tanah yang kini berubah warna menjadi merah kehitaman. Pertarungan yang berlangsung sepersekian detik itu telah berakhir bahkan sebelum benar-benar dimulai.Raja Harimau Hitam menggeram rendah, rahangnya yang kuat masih menggigit kepala Jack yang kini remuk. Dengan satu gerakan santai, harimau raksasa itu melemparkan sisa-sisa kepala tersebut ke semak-semak, lalu menjilati darah di mulutnya dengan tenang, seolah baru saja menyantap makanan ringan.Ketika Tirst Walker dan Shina Walker menyaksikan pemandangan mengerikan ini, mereka benar-benar tercengang. Tidak ada yang menyangka semuanya akan berakhir secepat dan semengerikan ini. Apa yan
Harimau hitam itu sungguh mengesankan, dengan ukuran yang jauh melampaui harimau biasa. Tubuhnya yang gagah dipenuhi otot-otot yang bergelombang di bawah bulu hitam mengkilapnya, dan mata kuningnya berpendar dalam kegelapan hutan. Aura yang dipancarkannya benar-benar mengerikan, menekan setiap makhluk hidup di sekitarnya.Tirst Walker hampir seratus persen yakin bahwa inilah Raja Harimau Hitam yang sejati, karena auranya sebanding dengan ahli Ranah Saint King dari kalangan manusia. Namun, hal yang paling mengejutkan bukanlah kehadiran makhluk legendaris itu, melainkan fakta bahwa ada seorang pemuda yang duduk dengan santai di punggung harimau tersebut!Wajah pemuda itu dingin dan sombong, matanya penuh dengan ketidakpedulian seolah semua yang terjadi di sekitarnya tak lebih dari permainan yang membosankan. Yang membuat Tirst dan Shina semakin terkejut adalah identitas pemuda itu.'Bukankah itu... Ryan Pendragon?' batin Tirst tak percaya.'Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana seor
Ketiga pengikutnya saling bertukar pandang ragu. Formasi penyembunyian memang bisa menyembunyikan aura manusia, tapi apa mereka yakin itu bisa menipu indera tajam Raja Harimau Hitam? Namun, berhubung tidak ada pilihan lain, pada akhirnya mereka mengangguk dan bergerak ke posisi masing-masing.Ketiganya berpencar, masing-masing menuju ke tiga arah berbeda untuk membentuk titik-titik formasi. Dengan jari-jari yang terlatih, mereka membentuk segel tangan rumit dan mengekstrak setetes esensi darah dari tubuh mereka. Energi spiritual menyala di sekeliling area itu, secara bertahap membentuk penghalang yang kasat mata.Melihat pemandangan ini, Jack Xaver mendengus dingin, merasa lebih percaya diri. Dia menatap Tirst Walker dengan tatapan penuh nafsu yang tak lagi disembunyikan. "Dasar jalang sombong, apa kau benar-benar mengira aku takut pada binatang buas itu? Bahkan jika Raja Harimau Hitam benar-benar datang, aku akan membunuhmu terlebih dahulu!"Setelah mengucapkan kalimat penuh keb
"Kakak!" Shina Walker terisak ketakutan, tangannya menggenggam erat tangan Tirst.Tirst Walker berusaha keras mengambil pedangnya yang terjatuh tak jauh darinya, tetapi segera menyadari bahwa dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk bahkan mengangkat senjata itu. Tubuhnya terlalu lemah akibat pertarungan dan luka yang dideritanya."Brengsek!" umpatnya dengan frustasi."Kakak, mari kita hancurkan diri kita bersama!" bisik Shina Walker dengan suara bergetar namun penuh tekad.Pada saat yang mencekam ini, mata Tirst Walker akhirnya dipenuhi dengan tekad yang sama. Lebih baik mati dengan kehormatan daripada ditodai seperti ini."Ya!" jawabnya singkat, bersiap mengerahkan sisa-sisa energi spiritualnya untuk ledakan terakhir yang akan menghancurkan tubuh mereka sendiri.Tepat saat kedua saudari itu hendak menghancurkan diri sendiri demi mempertahankan harga diri, tiba-tiba terdengar auman harimau yang mengguncang seluruh area. Suara itu begitu keras dan mendominasi hingga membuat tanah ber