“Apa kau sudah gila?” terkejut Leon.
Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tahu apa yang kulakukan, Leon. Dan aku pikir ini yang terbaik.”
“Yang terbaik? Dengan menikahi ayahku?”
Wanita itu menganggukkan kepalanya. “Benar. Semalam ayahmu datang ke rumah. Dia membicarakan rencana ini. Awalnya aku berpikir ini sangat gila. Tapi setelah mendengar alasan-alasannya yang masuk akal, aku pikir ini yang terbaik juga untuk anak-anak.”
“Aku menolaknya. Kau tidak boleh menikah dengan ayahku.”
“Mengapa aku tidak boleh menikah dengan ayahmu? Bukankah kau tidak mau peduli padaku, Leon? Kau bahkan mengusirku dari hidupku.”
Beneran atau akal-akalan ayah Leon saja ya? Ntar lama-lama judulnya berubah "Ibu Tiri Yang Pernah Kucintai" hehe....
Iris mengamati Natasha yang saat ini mengenakan gaun pengantin putih yang sangat cantik. Gaun dengan lengan panjang itu memiliki bahan dasar sutra yang lembut. Dengan bagian luarnya ditambahkan kain lace bordir dengan motif bunga yang sangat indah. Jika Natasha akan menikah dengan Leon, Iris tentu saja akan merasa bahagia untuk sahabatnya. Karena Iris tahu benar betapa Natasha mencintai Leon. Tapi sayangnya Iris tidak merasa bahagia karena Natasha akan menikah dengan Josef, ayah dari pria yang dicintainya. Bagaimana mungkin Iris bisa bahagia jika melihat usia Natasha dan Josef saja sudah terpaut sangat jauh. Ditambah Natasha akan menjadi ibu tiri untuk pria yang dicintainya. Bahkan Iris bisa melihat kesedihan mendalam di mata wanita itu. “Natasha, apa kau yakin dengan keputusanmu ini?” tanya Iris masih tidak rela jika Natas
Natasha duduk di bangku sebuah kamar ganti khusus untuk sang pengantin wanita. Dengan mengenakan gaun pengantin dan wajah yang sudah dirias, Natasha tampak seperti boneka Barbie yang sangat cantik. Kerudung putih transparan menutupi wajahnya. Di tangannya sudah ada buket bunga mawar berwarna pink lembut. Natasha menghela nafas berat. Ini bukanlah pernikahan yang diinginkannya. Tapi dia juga terpaksa melakukannya. Dia berharap sebuah keajaiban muncul. Wanita itu memejamkan matanya dan berdoa. Dia mengutarakan harapannya kepada Tuhan. Agar Tuhan memberikan jalan keluar. “MOM!” Seruan anak-anak membuat Natasha membuka matanya. Dia bisa melihat anak-anak berlari ke arahnya. Liev dan Karl mengenakan kemeja putih dan celana panjang abu-abu lengkap dengan suspender. Sed
Leon yang duduk di atas ranjangnya, masih mengamati undangan pernikahan Natasha dengan ayahnya. Keinginan untuk menghentikan pernikahan itu ada. Hanya saja Leon masih saja merasa rendah diri untuk mengambil tindakan itu. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak melakukan apapun. Lagipula jika dia ingin menghentikannya sekarang pun sudah terlambat. Akhirnya Leon membuang undangan itu ke tempat sampah. "DADDY!" Seruan itu membuat Leon menoleh. Dia bisa melihat Liev, Evelina dan Karl berlari masuk ke dalam kamar rawat itu. Mereka langsung menarik kursi kemudian menaiki kursi itu sebelum akhirnya menjatuhkan diri mereka ke atas ranjang di mana Leon duduk. Di belakang mereka ada Gavin dan Iris yang berjalan masuk. "Anak-anak, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya L
"Kalian?" terkejut Leon saat sudah duduk di mobil yang dikendarai oleh Gavin. Pasalnya di bangku belakang ada seorang pastor yang sudah diikat. Bahkan mulut pria paruh baya itu diikat dengan kain. Jadi inilah yang dimaksud oleh Karl dengan 'mengulur waktu pernikahan'. "Jangan marah padaku, Leon. Ini semua ide Karl. Aku hanya menjalankan perintahnya." Ucap Gavin sembari menyetir. Lalu tatapan Leon beralih pada putra bungsunya. Dia tidak menyangka anak berusia lima tahun bisa melakukan tindakan penculikan seperti ini. "Ada yang ingin kau katakan, Karl?" Bocah laki-laki itu hanya meringis dengan polosnya. "Ini adalah cara satu-satunya untuk mengukur waktu, Dad. Tanpa Pastor, maka tidak ada per
“Hentikan pernikahan ini, Dad. Aku tidak akan membiarkanmu menikahi Natasha. Dia adalah satu-satunya wanita yang kucintai. Dan aku tidak ingin dia menjadi ibu tiriku. Aku ingin dia menjadi istriku.” Ucap Leon dengan mantap. Semua orang terdiam mendengar ucapan Leon. Bahkan Josef dan Natasha masih tidak bisa menyingkirkan ekspresi terkejut di wajah mereka. Bahkan di belakang pria itu, para pasukan Leon sudah siap membela pria itu jika Natasha ataupun Josef menolak permintaan Leon. Ada Liev, Evelina, Karl, Iris dan Gavin. Mereka menyilangkan kedua tangan di depan dada mereka. Lalu tiba-tiba terdengar tawa Josef terdengar sangat keras memenuhi gereja. Tidak hanya Leon yang terbengong melihat ayahnya seperti itu. Tapi juga pasukan Leon beserta para tamu. “Sudah kudug
Acara pernikahan Leon dan Natasha pun berpindah ke ballroom hotel Four Seasons Ulitsa Okhotnyy Ryad. Semua orang menikmati makanan dan minuman yang sudah disediakan. Ada pula yang sedang berdansa dengan musik yang mengiringi. Itulah yang dilakukan Iris dan Gavin saat ini. Sedangkan Josef menghampiri ketiga cucunya. Pria itu berlutut di hadapan Liev, Evelina dan juga Karl. “Kakek sudah mendengar rencana kalian untuk menggagalkan pernikahan Mommy kalian. Siapa yang memiliki ide untuk menculik Pastor?” tanya Josef menatap anak-anak itu satu persatu. Kemudian Liev dan Evelina menunjuk ke arah Karl. Tatapan Josef pun tertuju pada Karl. Bocah laki-laki itu menunduk seolah tahu jika Josef juga akan mengomelinya seperti yang dilakuk
Hadiah yang dimaksud oleh Josef adalah sebuah kursi roda canggih yang mampu membantu penggunanya untuk lebih mandiri. Tidak hanya bisa digerakkan menggunakan mesin, tapi juga kursi roda itu bisa membantu menuruni tangga. Itulah yang dijelaskan dalam surat yang diberikan sang ayah padanya.“Apakah kau tidak menyukainya?” tanya Natasha membuat Leon mendongak.“Entahlah. Apakah aku harus menyukainya atau tidak”Natasha menghampiri suaminya. Dia berlutut di samping kursi roda Leon. Tangannya menyentuh lengan suaminya.“Aku tahu kau belum terbiasa dengan kondisi ini, Leon. Aku tahu rasa rendah diri itu tidak akan menghilang begitu saja. Tapi kau harus tahu jika kau tidak sendirian meng
Leon membuka matanya. Dia melihat dirinya duduk di kursi roda yang diberikan sang ayah. Saat ini pria itu berada di dalam kamarnya. Dia mengedarkan pandangannya. Lalu tatapan Leon tertuju pada sosok Natasha yang berdiri di depan pintu. “Kau mau pergi ke mana, Moy lev?” tanya Leon. Natasha berbalik sehingga pria itu bisa melihat ekspresi dingin wanita itu. Bahkan tatapan yang biasanya dipenuhi cinta sekarang tampak sangat kosong. “Ada apa, Moy lev? Mengapa kau menatapku seperti itu?” bingung Leon. “Kau pikir pantas mendapatkan cintaku, Leon?” Leon memicingkan matanya menatap istrinya. “Apa maksudmu, Natasha?”