Beranda / Romansa / Pembalasan Sang Pewaris / 3. Antara Penghinaan dan Dendam

Share

3. Antara Penghinaan dan Dendam

Penulis: DIHNU
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 22:50:10

Seminggu telah berlalu saat Alika kecelakaan. Pria yang menolongnya pun, tidak terlihat setelah itu. Seakan hilang entah ke mana, beberapa perawat yang berbisik-bisik mengenai Alika yang tidak ada satupun keluarga yang datang untuk menjenguk.

Bau disinfektan tercium pekat di hidung, samar-samar ia membuka mata terlihat langit-langit kamar berwarna putih. Ia melirik ke kiri dan ke kanan, Alika menyadari jika dia berada di rumah sakit.

"Kau sudah sadar?" Suara yang dikenal Alika di sana. Benar saja, terlihat pria yang mengaku ayahnya duduk di sofa, tidak luput beberapa pria yang menjaga di sana. "Panggil dokter!"

Sekilas kepalanya terasa sakit disertai pusing, Alika mengingat kejadian yang baru saja terjadi membuatnya segera mengelus perut, dia merasakan ada yang sesuatu yang ganjil pada tubuhnya. Dokter pun segera bergegas ke ruangan Alika, sesaat memberikan hormat pada pria itu. 

"Tuan Ankara!"

"Jangan pedulikan aku, laksanakan saja tugasmu, anggap aku tidak ada di sini," ucap pria dipanggil Ankara oleh Dokter.

Dokter segera mendekat ke arah Alika. “Nona Alika, syukurlah, Anda sudah siuman,” seru dokter sambil memakai stetoskop.

Sesaat dokter itu melirik ke Ankara yang tengah membaca kembali bukunya. Mengingat ancaman dari Ankara beberapa hari lalu, saat Alika tidak sadarkan diri ia cukup lega hari ini karena Alika sudah sadar, dengan begitu ancaman Ankara tidak akan terjadi.

“A-apa yang terjadi pada saya, Dok? B-bagaimana dengan–” Alika melihat raut wajah dokter, membuatnya bisa menebak jika telah terjadi hal buruk.

“Saat Anda datang, Anda telah keguguran. Saya hanya bisa menyelamatkan nyawa Anda,” jelas dokter dengan nada pelan.

Bibir Alika bergetar mendengar penjelasan dokter mengenai kondisinya. “T-tidak, i-itu tidak mungkin ‘kan, Dok? Tolong katakan, jika hal itu tidak terjadi,” ringis Alika sambil menarik tangan dokter berharap apa yang didengarnya tidak benar.

Namun, sayangnya dokter membenarkan apa yang baru saja dikatakan.

“Aarrgghh ….” Suara Alika begitu menggema di kamar inap miliknya membuat menarik beberapa orang untuk mengetahui apa yang terjadi.

Ankara melihat Alika yang frustasi karena keguguran menyipitkan mata, wajahnya berubah dingin. “Kau sudah keguguran tidak ada yang bisa mengubah fakta itu,” ucap Ankara. “Berhentilah menangis seakan duniamu telah runtuh,” tambahnya.

Alika tidak terima dengan perkataan Ankara. “Bagaimana bisa kau mengatakan hal sekeji itu, huh?” Alika bertanya dengan suara keras. “Apa benar kau ayahku, aku rasa tidak.”

Ankara diam, ia melihat Alika. “Aku sudah mengatakan padamu semuanya saat pertama kali bertemu tapi kau tidak mempercayaiku.”

Perkataan Ankara membuat Alika terdiam. Benar apa yang dikatakan oleh Ankara, jika dia percaya mungkin dia tidak akan pergi ke pesta itu dan tidak akan kehilangan bayinya.

Dia telah kehilangan pria yang telah dicintai dan sekarang dia kehilangan bayi dalam kandungannya. Beberapa saat kondisi mental Alika begitu buruk bahkan membuat dokter menyuntikan penenang pada Alika.

Alika tersedar beberapa saat setelah itu, tatapan kosong seakan tidak ada harapan hidup. Ia teringat apa yang telah diperbuat oleh keluarga Matthias padanya.

Jarum infus yang berada di tangannya, segera dilepas. 

“Kau ke mana? Kau masih belum sembuh.”

“Bukan urusanmu.”

Pengawal Ankara mencoba mencegah Alika keluar, tetapi Ankara menyuruh mereka untuk tidak menghentikan putrinya.

“Tuan—”

“Awasi dia dari jauh!” 

Ankara begitu minim berbicara, entah karena seperti itu sifatnya atau dia tengah membatasi dirinya.

Seperti yang diperintahkan oleh Ankara, pengawal yang diutus hanya memperhatikan Alika dari kejauhan, tidak melakukan apapun tanpa perintah dari tuannya. Ia pun tidak mengerti apa yang dipikirkan Ankara, begitu dingin dengan Alika. Padahal ia tahu jika Ankara telah mencari Alika sudah cukup lama, mungkin dirinya adalah orang ketiga di sisi Ankara yang membantu pria itu untuk menemukan keberadaan Alika.

Alika mendatangi rumah Arsen, dia tidak peduli lagi dengan pria itu. Dia hanya menuntut keadilan mengenai apa yang dialami, kehilangan bayi dikandungnya.

“Aku tahu mereka yang menyebabkan kecelakaan itu,” batin Alika yang tengah berjalan sambil memegang dinding.  

“Arsen, Vero, keluar kalian!” teriak Alika dari luar rumah keluarga Matthias. “Kalian harus bertanggung jawab apa yang terjadi padaku.” Alika berteriak sekali lagi, membuat Arsen keluar, dia melihat wanita yang dicintai begitu marah, wajah pucat bahkan memiliki luka-luka di tubuhnya.

“Apa yang terjadi—” 

Alika mundur beberapa langkah, saat Arsen berusaha mendekat ke arahnya. “Semua ini salahmu, Arsen. Salahmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu,” ucap Alika dengan geram. 

Arsen berusaha untuk mendekat ke arah Alika, dia ingin memastikan keadaan wanita itu baik-baik saja, tetapi Vero lebih dulu menarik tangannya.

“Vero, apa yang kau lakukan? Huh?”

“Harusnya aku bertanya padamu, apa yang kau lakukan?”

Seluruh keluarga Matthias yang mendengar keributan di luar ikut keluar, mereka melihat Alika yang berada di depan rumah mereka.

“Apa yang kau lakukan di sini, Alika? Apa kau tidak puas setelah mengacaukan pesta pernikahanku?” tanya Vero dengan kesal, dia bahkan menggandeng tangan Arsen memperlihatkan kemesraan di hadapan Alika. 

Alika tertawa sesaat. “Aku tahu, kau pelakunya, Vero.”

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”

“Berhentilah berpura-pura, aku tahu kalian yang melakukannya.”

Sonia yang berada di sana, langsung menampar Alika. “Kau bicara apa? Kami bahkan tidak tahu, apa yang kau katakan!”

Alika tertawa besar seketika. “Lucu sekali, kalian pasti sudah tahu apa yang kualami, kalian pasti tidak menginginkanku karena mengandung anak Arsen jadi kalian ingin membunuhku,” ucap Alika dengan latang.

“Alika, apa yang kau katakan? Bicaralah dengan jelas.”

“Kalian telah membunuh bayiku!”

Bagaikan disambar petir, Arsen mendengar apa yang dikatakan oleh Alika. Alika keguguran, itu sama halnya dengan dia kehilangan bayinya.

“Kenapa? Kenapa kalian membunuh bayiku?” teriak Alika bertanya pada keluarga Matthias yang tengah berada di hadapannya.

“J-jangan katakan itu benar, El.”

“Itu kenyataannya. Arsen.”

“Alika!” Vero berteriak dengan suara lantang, kehadiran Alika benar-benar membuat suasana yang seharusnya romantis menjadi kacau. “Jangan memfitnah keluargaku, Alika. Pergi dari sini, kau pasti berpura-pura agar kami mengasihimu.”

Suara Vero yang begitu lantang membuat Alika menatap tajam ke arahnya, akibatnya Vero tidak bisa berkata-kata. Tatapan tajam itu sangat menakutkan.

“Arsen! Selamat Arsen Raiga Matthias, kau telah membuat seorang ibu kehilangan bayinya,” ucap Alika membuat hati Arsen menjadi sakit. “Kalian, keluarga Matthias. Kalian telah membunuh bayiku!” tegas Alika penuh dengan deraian air mata.

Ia pun tidak tahan lagi dengan segala penghinaan yang dilakukan oleh mereka terhadapanya. Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Ketika dia mengingat suara pria yang menyelamatkannya, hal itu membuatnya sadar jika dia tidak boleh terus dipermainkan.

“Sepertinya aku datang percuma menuntut keadilan atas diriku,” ucap Alika lirih. “Seorang pria yang tidak bertanggung jawab, serta keluarganya seperti iblis ditambah wanita yang begitu licik.” Senyum kecil dilukis di wajah Alika walaupun hati sangat sakit, dipenuhi amarah, dia berusaha untuk menegarkan hati dan, membulatkan tekad akan membalas segala yang dialami.

Di dasar hati Alika telah terbit dendam yang begitu kokoh.  Ia menghela napas kasar kemudian menatap satu persatu wajah yang telah memperlakukannya dengan tidak adil.

“Apa yang kau tunggu, cepat pergi dari sini,” usir Vero.

Seketika Alika terkekeh, begitu miris hidupnya. Sahabat yang telah dianggapnya seperti saudara sendiri, menusuknya dari belakang mengambil segala yang dia miliki.

“Ternyata kau lebih murahan dariku, Vero,” ucap Alika mengejek mantan sahabatnya itu. “Setelah semua yang kau lakukan, kau bahkan tidak mengakui apa yang telah kau lakukan. Akan kupastikan, menemukan bukti jika kau yang menyebabkan kecelakaan itu. Akan kutemukan pria yang kau sewa,” ucap Alika menatap Vero penuh amarah.

Vero tidak terima dengan segala tuduhan yang Alika berikan, ia pun mendekat dan segera melayangkan tangan untuk menampar Alika sebelum menyentuh pipi Alika tangannya lebih dulu ditangkap kemudian dihempaskan dengan kasar.

“Jangan menyentuh pipiku dengan tangan kotormu itu. Aku tidak sudi pipiku disentuh oleh tangan wanita menjijikan sepertimu,” ucap Alika dengan tegas.

Kali ini, ia tidak ingin tertindas. Dia harus melawan segala perlakuan yang telah diberikan padanya. Dia harus menjadi lebih kuat, dan tegas.

“Alika, jangan mungkin kau salah paham. Vero tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”

“Arsen.” Suara Alika meninggi seketika, dia menatap ke arah pria yang paling dipercayai. “Aku mendengar dengan telingaku jika wanita ular itu yang menyewanya untuk membunuhku. Apa kau juga tidak percaya padaku? Ah, benar. Kau tidak mungkin percaya padaku, lagi pula aku bukan siapa-siapa.”

“Al—”

“Jangan pernah sebut namaku lagi seperti itu.”

“Kau tidak tahu apa yang kurasakan, jadi diamlah. Aku kehilangan bayiku karena wanita itu,” geram Alika sambil menunjuk ke arah Vero. “Jika kau ingin marah padaku, marahlah atau kau ingin memukulku juga? Silahkan.” Alika tersulut emosi dia benci pada Arsen yang tidak bisa melihat kebenaran. 

Arsen terdiam, dia tidak pernah melihat Alika yang seperti itu sebelumnya. Wanita itu benar-benar dipenuhi oleh amarah. 

“Kalian menginginkan aku pergi bukan? Ya, aku akan pergi dari sini, sebelum itu dengar baik-baik apa yang aku katakan,” tatapan Alika berubah, penuh kebencian di dalamnya. “Aku, Alika Farhan, detik ini bersumpah akan membalas semua yang telah kalian lakukan padaku. Aku akan membalasnya 10 kali lipat penghinaan, penderitaan serta pengkhianatan in.”

Alika melangkahkan kakinya mendekat ke arah Arsen.

“Kau ….” tunjuk Alika. “Arsen Raiga Matthias, kita adalah musuh. Seluruh keluarga Matthias adalah musuhku. Ingatlah, aku akan kembali lima tahun lagi, dan akan menghancurkan seluruh apa yang kalian miliki. Akan kubuat kalian meminta maaf sambil berlutut di kakiku.”

Perkataan yang dilontarkan oleh Alika membuat mereka semua gugup, begitu pula dengan Vero, apalagi ketika Alika menatap tajam kemudian mendekat ke arahnya. Tubuhnya seketika gemetar.

“Dengan ini baik-baik Vero. Nikmati, apa yang bisa kau nikmati mulai sekarang, ketika aku kembali, akan kupastikan kau tidak akan tidur dengan nyenyak. Aku akan membuatmu menyesal merebut segalanya dariku, akan kupastikan kau akan kehilangannya, akan kubuat kau bermimpi buruk setiap malam,” ucap Alika lantang, matanya menggambarkan keseriusan.

Bab terkait

  • Pembalasan Sang Pewaris   4. Mendadak Menjadi Nona Muda Lysander

    Ankara hanya memperhatikan putrinya yang sejak tadi diam di atas hospital bed. Saat putrinya kembali hanya menangis, kemudian diam dan kembali menangis lagi. Sepanjang malam, ia hanya melihat Alika menangis. Hanya laporan dari pengawal yang didengarnya mengenai apa yang terjadi di keluarga Matthias. “Kenapa? Apa kau baru tahu sifat asli dari keluarga mantan kekasihmu itu?” Ankara mengawali pembicaraan membuat Alika menatap sendu ke arahnya. “Mereka akan mengantarkanmu pulang,” ucap Ankara kemudian beranjak dari tempat duduknya. “Kita berdua akan bicara setelah kondisimu sudah membaik,” tambah Ankara lagi. Pengawal yang mengantarkan Alika, bukan mengantarkannya ke apartement tapi mengantarkanya ke sebuah rumah berlokasi di Cilandak Margasatwa Townhouse. Kawasan rumah megah di Jakarta Selatan. Ia tahu dengan persis harga rumah di kawasan tersebut. “Tuan, tidak ingin Anda kembali ke Apartemen itu lagi. Beliau memintaku untuk mengemas seluruh barang-barang Anda, saya telah menata kemb

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Pembalasan Sang Pewaris   5. Hubungan Kita Tak Perlu Dijelaskan Lagi!

    Dua minggu telah berlalu sejak hari itu, hari di mana pengkhianat terjadi begitu nyata tepat di hadapannya. Tak pernah Alika sangka jika dirinya diperlakukan seperti ini oleh orang yang ia sayang dan cintai. “Kalian, lihat saja!” seru Alika mengeram. Tapi tunggu dulu, orang yang disayang dan dicintai? Ah, tidak! Mungkin itu dulu, tidak untuk sekarang. Cinta dan sayang untuk Arsen sudah tak lagi ada! Kini, yang tersisa dari semuanya itu adalah sebuah rasa benci yang begitu dalam. Tak akan pernah ada kata maaf untuk pengkhianat seperti Arsen itu! Alika menggenggam erat kedua tangannya mencoba untuk tetap bisa mengendalikan dirinya sendiri di tempat keramaian seperti ini. Jika saat ini ia sedang berada di rumah, mungkin beberapa barang akan siap jadi pelampiasan dari kemarahannya ini. Ia berjalan menyusuri jalanan Amerika, tepatnya di New York. Tempat di mana Asren memintanya untuk tinggal. Alika mengunjungi tempat itu, sebelum ia benar-benar harus melupakan segala hal mengenai Arsen

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • Pembalasan Sang Pewaris   6. Kematian Alika

    Alika membuka matanya, ia beberapa kali mengerjap. Suasana yang merasa asing terlihat. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak ingat apapun, setelah menangis, dia tertidur. Sebuah ketukan terdengar sesaat membuat Alika melirik ke asal suara. “Masuk!” “Nona.” Suara Farhan pelan terdengar saat pintu terbuka. “Tuan menuggumu di lantai bawah!” Walaupun masih enggan untuk bangun, Alika turun. Saat ia duduk, televisi dinyalakan memperlihatkan sebuah berita. ‘Ditemukan mayat wanita di tepi pantai bernama Alika Farhan, diperkirakan bunuh diri’ Alika yang melihat berita itu hanya bisa terdiam. Itu adalah berita tentang kematiannya, dalam semalam dia meninggal dan dalam semalam juga, dia mengganti identitas lain. “Alika sudah mati!” Ankara membuka suara sambil melihat ke arah putrinya. “Hanya ada Elektra Jagna Lysander, pewaris utama keluarga Lysander!” tegas Ankara. Tatapan Alika masih terfokus pada berita yang menyatakan dirinya meninggal. “Nona, Anda tidak perlu bingung. Sudah ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Pembalasan Sang Pewaris   7. Memperkenalkan Bisnis Gelap

    Elektra baru saja turun setelah seorang maid memanggilnya untuk sarapan. Di meja terlihat Ankara yang tengah duduk menikmati sarapannya. Hanya ada suara alat makan beradu terdengar. Telah beberapa bulan berada di Italia, Elektra sudah beradaptasi, dia membagi waktu untuk mempelajari apa yang diminta Ankara. “Bagaimana tidurmu?” Ankara memulai pertanyaan saat ia meletakan peralatan makan di atas meja pertanda jika dirinya telah selesai. “Baik!” “Bagaimana dengan pelajaranmu?” “Nona mempelajarinya dengan sangat baik, Tuan. Nona benar-benar sangat cepat mempelajari apa yang saja ajarkan!” Ankara menganggukan kepala. “Tidak masalah di kantor ‘kan?” Tidak ada sahutan dari wanita yang diajaknya bicara membuat Ankara melihat Elektra. “Katakan jika kau butuh sesuatu!” Elektra menganggukan kepala. “Selesaikan sarapanmu. Sepertinya sudah waktunya kau harus tahu bisnis kita. Siap-siap, kita akan pergi setelah ini. Aku akan menunjukan padamu bisnis yang kita kerjakan,” seru Ankara kemudia

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • Pembalasan Sang Pewaris   8. Kau Akan Menghabisiku Jika Melakukannya

    Wajah Elektra begitu pucat, dia bahkan tidak bisa tidur selama beberapa hari mengingat kejadian di ruangan mengerikan itu. Pikiran mengenai apa yang dilihat tidak pernah hilang dari kepalanya. Bagaimana bisa seseorang tidak memiliki perasaan kasihan saat melihat dan mendengar jeritan dari orang yang disiksa, bahkan tertawa melakukan hal keji itu. Rambut yang sesekali diacak, serta berteriak histeris membuat maid yang berada di luar khawatir mengenai kondisi Elektra. “Dia tidak pernah menyentuh makanan yang kita berikan, ini sudah satu minggu,” keluh salah satu maid yang tengah berdiri di depan kamar Elektra sambil membawa nampan makanan yang tidak disentuh oleh Elektra sama sekali. Mata mereka melihat ke arah pintu kamar yang terkunci. “Tuan Ankara pasti tidak akan mengampuni kita jika terjadi sesuatu pada Nona Muda,” ucap salah seorang maid pada temannya. “Apa kita melaporkan hal ini pada Tuan?” tanyanya, hanya ada gelengan kepala dari temannya. “Huh. Sebenarnya, apa yang dilakuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • Pembalasan Sang Pewaris   9. Kalian Tidak Setuju Dengan Keputusanku?

    “Aku akan membuat mereka merasakan penderitaan yang mengerikan.” Elektra berkata dengan lantang. “Akhirnya bisa melihat semangat itu lagi di matamu. Kupikir kau akan menyerah.” “Aku hanya shock, melihat apa yang ditunjukan Jason padaku, benar-benar mengerikan. Semuanya berlawanan dengan--tapi jika ingin menjadi kuat dan berkuasa aku harus bisa melakukannya.” Ankara tersenyum. “Siapkan pakaian untuknya, hubungi orang-orang yang biasanya membuatkanku pakaian, jangan lupa datangkan mereka untuk mengubahnya,” ucap Ankara membuat Elektra kebingungan. “Apa yang ingin kau lakukan?” “Kau harus mengubah penampilanmu jika kau benar-benar ingin menjadi orang berbeda dari sebelumnya. Pakaian, tampilan, semuanya harus berubah,” ucap Ankara. “Tapi, aku tidak ingin menarik perhatian nanti.” Elektra menolak tawaran Ankara. “Sepertinya tidak perlu, aku—” “Jangan menolak. Kau putriku, kau adalah pewaris. Apa kau akan membiarkan orang lain menghinamu seperti yang dilakukan keluarga Matthias, huh?

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Pembalasan Sang Pewaris   10. Latihan menggunakan Senjata

    “Apa yang harus aku lakukan, saat mereka tidak menyukaiku?” tanya Elektra saat mereka kembali ke mansion. Jason mengangkat sebelah alisnya. “Cukup buat mereka mengakui jika kau mampu melakukan sesuatu yang mereka ragukan. Sangat jelas terlihat dari wajahmu begitu polos, bahkan tidak sama sekali menakutkan, dan juga kau bahkan tidak bisa bertarung.” “Ajari aku,” tantang Elektra membuat Jason tersenyum kecil, dia sangat suka dua kata yang keluar dari mulut wanita di hadapannya. Terlihat jika Elektra mengatakan dengan sungguh-sungguh, tidak ada keraguan di dalam kata yang diucapkannya. “Aku tidak bisa membuat mereka meragukanku. Aku akan menunjukan pada mereka pandangan mereka tentangku itu salah. Maka ajari aku.” Semangat di dalam setiap ucapan Elektra membuat Ankara menerbitkan senyum, tetapi tidak diperlihatkan pada Jason dan Elektra. Inilah yang membuat Elektra berbeda, dia tidak ingin orang lain meremehkan dan ingin mencoba hal baru walaupun awalnya dia akan berpikir terlebih dahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Pembalasan Sang Pewaris   11. Latihan Mematikan

    Elektra menghela napas kasar, ia menatap ke arah gedung di hadapannya. “Aku hanya perlu keluar hidup-hidup ‘kan?” tanya Elektra dengan suara lantang. “Jangan menganggap ini sebuah game karena apa yang kau lihat dan hadapi di dalam ada benar-benar nyata, kau tertembak maka luka,” ucap Jason memperingati. “Maksudmu, jika aku tertembak bisa mati?” Elektra bertanya dengan keterkejutan, ada sedikit nyalinya menciut. “Ya. Kau bisa mati di dalam, kau pikir apa fungsi dari senjata yang kuberikan padamu?” “K-kau—” “Nona Elektra, apa kau pikir dunia yang kami hadapi hanya sebuah game? Tertembak kami akan terluka, tidak sedikit akan mati,” tegas Jason membuat Elektra melihat ke arah Ankara. “Kau bisa menyerah jika tidak melanjutnya.” “Tidak. Aku akan masuk dan menuntaskan latihanku,” ucap Elektra tegas, membuat Jason mengangkat sebelah alisnya. Dia pikir Elektra akan menyerah karena latihan pertama kali yang dia berikan adalah pelatihan paling sulit, lebih tepatnya latihan yang diberikan pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15

Bab terbaru

  • Pembalasan Sang Pewaris   Kau Pikir

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   61. Kau Pikir Kau Siapa?

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   60. Ciuman Panas Arsen dan Elektra

    Hotline berita begitu menarik banyak perhatian public. Di mana mereka menulis jika Elektra membela seorang pelaku dengan menjadi pengacaranya.“Tch. Sudah kuduga akan seperti ini,” gerutu Elektra kemudian menyambar remote dan mematikannya.Magno baru saja masuk dengan wajah yang sulit untuk diartikan. “Kita ke kantor.”“Banyak reporter di sana.”“Kau tidak bisa menangani mereka, huh?”Melihat raut wajah Magno dia bisa tahu jawabannya. “Aku tidak akan mati hanya karena mereka, ayo kita ke kantor,” ucap Elektra.Saat tiba di parkiran mata Elektra tertuju pada Regan yang berdiri di samping mobil. Magno pun terkejut dengan kehadiran pria itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku mengkhawatirkanmu, aku melihat berita dan datang. Kau tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponku.”Elektra baru ingat dia tidak memang ponselnya. “Kau mau ke kantor?” Regan lagi-lagi bertanya. “Ikut denganku di dalam mobil, mereka pasti akan mengenali mobilmu tapi mereka tidak akan mencegah mobilku masuk,” t

  • Pembalasan Sang Pewaris   59. Ngedate?

    Arsen benar-benar tidak bisa terima jika ada pria lain yang mendekat pada Elektra. Keinginannya mendekati Elektra berubah menjadi obsesi.“Enak ‘kan? Aku tebak kau tidak pernah merasakan nasi goreng seperti ini,” seru Regan. “Mau lagi?” Regan kembali menyendok nasi miliknya dan menyuapi Elektra. Lagi-lagi Elektra membuka mulutnya menerima suapan dari Regan.Mungkin banyak yang mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih yang tengah berkencan.Di saat bersamaan, sebuah ponsel di atas meja berbunyi menampilkan sebuah pesan. Melihat pesan yang dikirimkan padanya membuat pria itu mengerutkan kening, sesaat kemudian menghubungi yang mengirimkan pesan padanya.“Pergi dari sana. Jangan ganggu dia, jangan sampai ketahuan.”“Baik Tuan.”Saat menerima pesan dari anak buahnya, Ankara memejamkan mata. Kemudian menghubungi satu nama di ponselnya. “Tolong cari informasi mengenai seseorang untukku,” serunya kemudian mematikan panggilan tapi mengirimkan satu foto.“Kau tidak akan menolak sepiring n

  • Pembalasan Sang Pewaris   58. Kencan Dipinggir Jalan

    Dari kejauhan terlihat pria yang tadi mengirimkan pesan pada Elektra, dia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang dilihatnya baru saja keluar dari pintu lift menuju basement kantor.“Kau mengajakku keluar karena ingin membayar hutangmu?”Regan segera menganggukan kepala. “Ya, dan juga ingin merayakan denganmu karena diterima menjadi pengacara di sini,” jawab Regan jujur.“Ayo,” seru Regan membukakan pintu mobilnya. “Maaf, mobil saya tidak seperti mobilmu,” ucap Regan saat masuk ke dalam mobil.Elektra bahkan tidak mempermasalahkan itu, apalagi bau parfum menyengat, tidak buruk menurutnya. Wanginya menenangkan dengan aroma kayu.Tidak ada ekspresi di wajah Elektra saat masuk ke dalam mobil. “Apa kau tidak suka dengan mobilku? Kita bisa—““Tidak. Ayo pergi saja,” bantah Elektra menenangkan Regan yang terlihat sedikit segan dengan sikapnya.H

  • Pembalasan Sang Pewaris   57. Elektra Menjadi Penguntit (?)

    Elektra mengumpati dirinya yang saat ini tengah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan seseorang dari dalam mobil. Magno yang ada disampingnya pun menatap dengan penuh tanya, mengenai apa yang dilakukan oleh sang nona.Mata Elektra tertuju pada pria yang berada di dalam restoran, beberapa saat kemudian pria itu beranjak dari restoran tersebut. Dia berjalan santai menuju parkiran dan menyadari jika hari sudah sore. Buru-buru ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.Tanpa disadari—Elektra yang bersembunyi di dalam mobilnya kini membuntuti Regan. Ternyata dia juga penasaran terhadap laki-laki itu karena selalu mengajaknya bicara.“Kau tertarik dengannya?” Magno barulah membuka suara. Lirikan tajam dari Elektra terlihat, “Okay. Aku tidak akan bertanya lagi,” lanjutnya.Seram juga menanyakan hal seperti itu pada Elektra. Namun, dia suka jika Elektra menunjukan sikap seperti itu.Magno sengaja memberi jarak yang

  • Pembalasan Sang Pewaris   56. Tarik Ulur dengan Arsen

    "Hai, tu— tunggu." Regan mencoba menahan Elektra agar tidak pergi.Sayangnya, wanita itu tidak ingin bicara dan langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan Regan."Ah, sial!" umpat Regan karena lagi-lagi dia gagal mengajak Elektra bicara. “Padahal dia ingin mentraktirnya.”Dia pun memilih pergi dari Firma Hukum Lyosa karena masih ada perut kelaparan yang harus diberi makan. Regan lantas mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran terdekat.Lagi-lagi kedatangan Regan di restoran tersebut mengundang perhatian orang-orang sekitar. Ketampanannya memang telah diakui banyak orang. Namun, Regan sendiri bingung mengapa Elektra sama sekali tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali."Ck! Aku sungguh tidak nyaman ditatap oleh mereka seperti itu," celetuk Regan seraya memasuki restoran.Walaupun begitu, dia tidak berniat untuk mencari tempat makan yang lainnya. Regan sengaja memilih tempat duduk di sudu

  • Pembalasan Sang Pewaris   55. Elektra Menghindar

    Kamar yang tertata rapi, deretan buku-buku hukum ada di dalam membuat kamar tersebut sesuai dengan pemilik kamar. Sederhana tapi sangat bersih."Bangun, Regan. Katamu ada acara hari ini?" Seorang wanita berkata lembut setelah membuka korden jendela kamar putranya."Iya, Ma," jawab laki-laki itu seraya berkedip cepat.Dia ingat sekali jika hari ini akan ada interview bagi orang-orang yang sudah mendaftar di Firma Hukum Lyosha. Seketika Regan bangun dengan penuh semangat dan ingin segera diwawancarai, sekaligus berharap bisa bertemu pengacara cantik lagi di sana."Aku mandi dulu ya, Ma," pamit Regan."Iya, Sayang," sahutnya.Begitu Regan masuk kamar mandi, wanita paruh baya itu langsung membereskan tempat tidur sang putra. Kemudian—menyiapkan sarapan dan melakukan aktivitas yang lain.Berhubung sudah hampir terlambat, Regan mempercepat proses mandinya dan segera memakai baju se-rapi mungkin. Dia berdiri di depan cer

  • Pembalasan Sang Pewaris   54. Pria Ekstrovert Vs Wanita Introvert

    Elektra lagi-lagi terbangun melihat ruangan yang berbeda. Ruang kamar dengan cat berwarna abu. “Sial. Kenapa aku tidak sadar jika dia menggendongku pulang,” gerutu Elektra sambil mengacak rambut. Setelah merasa nyawanya terkumpul, Elektra turun dari tempat tidur, dia mencari keberadaan Magno tetapi tidak menemukan pria itu di manapun. Namun, sarapan pagi berada di atas meja membuatnya segera menyantapnya. “Ke mana perginya, dia? Bukankah ini masih pagi?” tanya Elektra sambil mencari letak jam, dia ingin tahu saat ini pukul berapa. Namun saat dia melihat jam, begitu terkejut dirinya. “Astaga. Apa aku tidur selama itu?” tanya Elektra. Jam telah menunjukan pukul 3 sore. Sesaat Elektra terdiam. “Makanannya masih hangat, apa dia pulang dan membuatkanku makanan?” Elektra tersadar mengenai hal itu. Setelah menyelesaikan makannya, Elektra bergegas membersihkan diri. Di dalam kamar tersedia pakaian ganti untuknya. “Dia selalu tahu, fash

DMCA.com Protection Status