“Elektra apa yang kau lakukan padaku?” Clara bertanya dengan setengah berteriak. “Elektra … Lihat saja, aku akan membuatmu menyesal telah melakukan hal ini padaku. Elektraa…”Teriakan Clara menggema di ruangan itu tapi bagi Elektra tidak peduli. Perasaan Elektra masih bercampur aduk setelah memberikan Clara pelajaran. Dia tidak menyangka akan melakukan hal sampai seburuk itu tapi dia ingin menunjukan pada orang-orang jika dia bukan orang yang gampang untuk menerima penghinaan.“Kau membereskannya?” tanya Ankara saat Elektra baru saja sampai membuat wanita yang ditanyai menghentikan langkah kaki.Anggukan kepala diberikan lebih dulu, kemudian menyusul kata ‘iya’ dari bibir Elektra.“Bagaimana rasanya membereskan lalat pengganggu?”“Takut dan gugup, tapi menyenangkan,” jawab Elektra.Ankara paham dengan apa yang dikatakan Elektra jika dia takut dan gugup. “Semua orang pasti akan takut juga gugup saat pertama kali melakukan hal buruk tapi kau akan terbiasa,” jelas Ankara berusaha membuat
Sebelum menutup pintu kamar rumah sakit, Elektra masih bisa melihat reaksi Clara yang ketakutan karena kedatangannya. Namun, gadis itu masih terus melontarkan sumpah serapah. “Pergi kamu!”Clara masih berteriak-teriak mengusir Elektra. Dia bahkan mulai mengancam, kalau orang tua Clara bisa menghukum Elektra.“Tunggulah pembalasan dariku! Orang tuaku tidak akan tinggal diam, melihatmu memperlakukan aku seperti ini!” ucapnya ke segala arah. Elektra yang tadinya sudah mau beranjak keluar dari kamar, terpaksa kembali masuk ke dalam. Dia merasa urusannya dengan Clara belum tuntas. Elektra menutup pintunya dengan sangat hati-hati dan berjalan perlahan mendekati Clara. Kedua tangannya terlipat di depan dada.“Clara, kau yakin bisa menyentuhku? Menyentuh Nona dari keluarga Lysander?” Suara Elektra terdengar mengintimidasi membuat tubuh Clara gemetar. Rambut Elektra yang tengah tergerai, dimainkan Elektra dengan pelan sambil menatap tajam kea rah wanita di hadapannya. “Clara! Sekali
Ponsel Arsen terus berdering saat tengah rapat, barulah setelah selesai rapat dia membuka ponselnya. Begitu banyak pesan serta telpon yang diterimanya.Sudah setahun sejak kematian Alika, dia menjadi pria gila kerja. Bahkan sangat jarang pulang ke rumah jika kembali pun dia akan terus bertengkar dengan Vero.Suara deru langkah kaki menghampiri dengan tergesa-gesa membuatnya menghentikan kegiatannya.“Ada apa? Kenapa dengan wajahmu?”“Tuan, Anda harus liat social media sekarang!” seru seorang pria sambil memberikan iPad pada Arsen.“Kenapa memangnya dengan social media? Apa ada—“Dia jarang main social media baginya hanya membuang-buang waktu saja.“Nona Alika, masih hidup!” Mendengar itu Arsen segera meraih iPad dengan cepat, bisa dilihat Alika Farhan hidup kembali menjadi trending topic di Indonesia. “Twitter sedang heboh dengan Nona Alika hidup kembali!”Arsen melihat berita yang tengah jadi perbincangan public. Ini menjawab kenapa ponselnya terus saja berdering sejak tadi. Matanya
Elektra baru saja masuk ke kantor dan mendapatkan tatapan ketidaksukaan, sudah berjalan beberapa waktu saat perseturuannya dengan Clara. Bahkan tidak ada yang berani berteman dengannya, atau memulai perseteruan dengannya.Begitu juga dengan Elektra, dia memilih focus dengan pekerjaannya. Menerima kasus dan memenangkannya. Setahun itu pula dia menjadi gila pekerjaan. Saat kembali ke rumah, dia akan latihan senjata bersama Jason, saat di kantor dia akan kembali pada case yang tengah dikerjakan.“Aku yakin kau penyebab kecelakaan Clara. Tidak mungkin—“ Seorang wanita datang, tengah mengajak Elektra berdebat saat baru keluar dari ruangannya.“Apa untungnya padaku jika aku melakukannya?”“Tapi kenapa Clara menyebut dirimu sebagai pelakunya.”Alis Elektra berkerut, kemudian berkata, “Memangnya kau dan dia punya bukti jika aku pelakunya?”Didikan Jason, ditambah dengan ketegasan Ankara membuat sikapnya pelahan-lahan tidak memikirkan perasaan orang lain. Dia menjadi dingin, membentengi diriny
“Nona Elektra, tolong berikan kami informasi mengenai bagaimana Anda menyelesaikan kasus ini!”Beberapa reporter mengikuti langkah Elektra masuk ke dalam kantor. Namun, Elektra tidak menjawab, dia memilih untuk terus masuk bahkan beberapa security membantunya lolos dari kejaran Reporter.“Congratulation Miss Elektra.” Ucapan selamat datang bertubi-tubi kepada Elektra para stafnya ketika dia baru kembali ke kantor setelah menyelesaikan sidang.Setelah semalam membuat kehebohan dengan mengumumkan siapa dirinya. Kini membuat kehebohan lagi.Ucapan selamat itu bukan tanpa alasan, hal itu mereka lakukan karena Elektra baru saja berhasil menangani sebuah kasus penipuan asuransi jiwa tingkat global. Tentu saja bukan sembarang kasus. Karena kasus ini menyita perhatian seluruh dunia.“Bagaimana bisa Anda mengungkap motif moral hazard yang dilakukan oleh sebuah asuransi jiwa? Padahal kasus ini sangat besar dan mendapatkan perhatian dunia. Jika melakukan kesalahan dan tidak memenangkan kasusnya,
Bunyi senjata api terdengar memekakan telinga menggema di dalam ruangan yang tertutup rapat. Di ujung sana seorang lelaki tampak terkapar bersimbah darah. Selongsong peluru tepat menembus ke dalam jantungnya.Ada sorot mata tajam dan helaan napas kasar terdengar bersamaan dengan selongsong yang jatuh.“Huh!”Elektra berjalan pelan menghampiri korban itu sambil menurunkan pistolnya. Langkah kakinya terlihat anggun. Bunyi sepatu high heels-nya yang bersentuhan dengan lantai yang keras terdengar menambah kesan angker seorang wanita pembunuh berdarah dingin. Dengan ujung sepatunya, Elektra membalik tubuh lelaki yang sudah tidak bernyawa itu. Dia memastikan lelaki itu benar-benar sudah menghembuskan napas terakhirnya.“Cepat bahwa dia dan bersihkan tempat ini!” Elektra memerintahkan kepada anak buahnya yang lain untuk segera melenyapkan pria itu.Elektra menatap marah sekaligus puas melihat seorang anak buahnya yang baru saja dihabisinya. Elektra bukan tanpa alasan melakukan semua itu, an
Pertemuan di markas rahasia mafia malam itu sedikit berbeda. Elektra bisa melihat semua pimpinan operasi tampak sudah berkumpul. Organisasi mafia besar pimpinan Ankara jarang mengumpulkan orang sebanyak itu. Alasannya sudah jelas, faktor keamanan.“Kenapa sebanyak ini, yang datang? Apa ada sesuatu yang harus dibicarakan?” Elektra bermonolog sendiri.Meskipun anggota mafia terkesan seperti kebal hukum tetapi pihak kepolisian pasti sudah menyimpan data pribadi mereka. Itulah alasannya mereka selalu bertindak seolah mandiri dan tidak berkaitan satu sama lain setiap kali melakukan misi.Mafia adalah organisasi paling rumit, berbahaya dan mematikan!Masuk ke dalamnya artinya sudah siap mengorbankan nyawa kapan saja. Pekerjaan pun tidak jauh jauh dari urusan hidup atau mati.Elektra jadi bertanya tanya, apa tujuan Ankara mengumpulkan semua anak buahnya?Jawaban segera Elektra dapat ketika Ankara memulai pidatonya. "Brothers, saudaraku
“Tenanglah, aku tidak akan mengatakannya, pada Ayah tapi aku tidak janji jika akan selamanya aman,” ucap Elektra menatap Jason yang tengah menatapnya penuh kebingungan.“Thanks!” Hanya itu yang diucapkan Jason membuat Elektra mencebikan bibirnya.“Ini waktuku untuk kembali.”“Kau yakin akan kembali?”“Aku sudah janji untuk membalas perbuatan mereka!”“Arsen, mencari tahu mengenai dirimu!”Hanya helaan napas kasar terdengar setelah itu Elektra pergi meninggalkan Jason begitu saja. Dia tahu jika Arsen menyelidiki mengenai dirinya, bahkan dia sendiri mendapatkan undangan menjadi pengacara pribadi pria itu.Elektra kembali? Tidak. Dia telah berjanji akan kembali jika sudah waktunya tiba. Saat itu tiba, dia akan memb membuat orang-orang yang dulu pernah menyakitinya ke jurang penderitaan yang sama dalamnya.Elektra, gadis yang akhirnya terlempar ke dunia mafia itu bukanlah gadis polos dan lugu seperti dulu. Kini bahkan seekor nyamuk pun tampaknya malas berurusan dengan dia. Kecuali, siap s
Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men
Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men
Hotline berita begitu menarik banyak perhatian public. Di mana mereka menulis jika Elektra membela seorang pelaku dengan menjadi pengacaranya.“Tch. Sudah kuduga akan seperti ini,” gerutu Elektra kemudian menyambar remote dan mematikannya.Magno baru saja masuk dengan wajah yang sulit untuk diartikan. “Kita ke kantor.”“Banyak reporter di sana.”“Kau tidak bisa menangani mereka, huh?”Melihat raut wajah Magno dia bisa tahu jawabannya. “Aku tidak akan mati hanya karena mereka, ayo kita ke kantor,” ucap Elektra.Saat tiba di parkiran mata Elektra tertuju pada Regan yang berdiri di samping mobil. Magno pun terkejut dengan kehadiran pria itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku mengkhawatirkanmu, aku melihat berita dan datang. Kau tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponku.”Elektra baru ingat dia tidak memang ponselnya. “Kau mau ke kantor?” Regan lagi-lagi bertanya. “Ikut denganku di dalam mobil, mereka pasti akan mengenali mobilmu tapi mereka tidak akan mencegah mobilku masuk,” t
Arsen benar-benar tidak bisa terima jika ada pria lain yang mendekat pada Elektra. Keinginannya mendekati Elektra berubah menjadi obsesi.“Enak ‘kan? Aku tebak kau tidak pernah merasakan nasi goreng seperti ini,” seru Regan. “Mau lagi?” Regan kembali menyendok nasi miliknya dan menyuapi Elektra. Lagi-lagi Elektra membuka mulutnya menerima suapan dari Regan.Mungkin banyak yang mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih yang tengah berkencan.Di saat bersamaan, sebuah ponsel di atas meja berbunyi menampilkan sebuah pesan. Melihat pesan yang dikirimkan padanya membuat pria itu mengerutkan kening, sesaat kemudian menghubungi yang mengirimkan pesan padanya.“Pergi dari sana. Jangan ganggu dia, jangan sampai ketahuan.”“Baik Tuan.”Saat menerima pesan dari anak buahnya, Ankara memejamkan mata. Kemudian menghubungi satu nama di ponselnya. “Tolong cari informasi mengenai seseorang untukku,” serunya kemudian mematikan panggilan tapi mengirimkan satu foto.“Kau tidak akan menolak sepiring n
Dari kejauhan terlihat pria yang tadi mengirimkan pesan pada Elektra, dia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang dilihatnya baru saja keluar dari pintu lift menuju basement kantor.“Kau mengajakku keluar karena ingin membayar hutangmu?”Regan segera menganggukan kepala. “Ya, dan juga ingin merayakan denganmu karena diterima menjadi pengacara di sini,” jawab Regan jujur.“Ayo,” seru Regan membukakan pintu mobilnya. “Maaf, mobil saya tidak seperti mobilmu,” ucap Regan saat masuk ke dalam mobil.Elektra bahkan tidak mempermasalahkan itu, apalagi bau parfum menyengat, tidak buruk menurutnya. Wanginya menenangkan dengan aroma kayu.Tidak ada ekspresi di wajah Elektra saat masuk ke dalam mobil. “Apa kau tidak suka dengan mobilku? Kita bisa—““Tidak. Ayo pergi saja,” bantah Elektra menenangkan Regan yang terlihat sedikit segan dengan sikapnya.H
Elektra mengumpati dirinya yang saat ini tengah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan seseorang dari dalam mobil. Magno yang ada disampingnya pun menatap dengan penuh tanya, mengenai apa yang dilakukan oleh sang nona.Mata Elektra tertuju pada pria yang berada di dalam restoran, beberapa saat kemudian pria itu beranjak dari restoran tersebut. Dia berjalan santai menuju parkiran dan menyadari jika hari sudah sore. Buru-buru ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.Tanpa disadari—Elektra yang bersembunyi di dalam mobilnya kini membuntuti Regan. Ternyata dia juga penasaran terhadap laki-laki itu karena selalu mengajaknya bicara.“Kau tertarik dengannya?” Magno barulah membuka suara. Lirikan tajam dari Elektra terlihat, “Okay. Aku tidak akan bertanya lagi,” lanjutnya.Seram juga menanyakan hal seperti itu pada Elektra. Namun, dia suka jika Elektra menunjukan sikap seperti itu.Magno sengaja memberi jarak yang
"Hai, tu— tunggu." Regan mencoba menahan Elektra agar tidak pergi.Sayangnya, wanita itu tidak ingin bicara dan langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan Regan."Ah, sial!" umpat Regan karena lagi-lagi dia gagal mengajak Elektra bicara. “Padahal dia ingin mentraktirnya.”Dia pun memilih pergi dari Firma Hukum Lyosa karena masih ada perut kelaparan yang harus diberi makan. Regan lantas mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran terdekat.Lagi-lagi kedatangan Regan di restoran tersebut mengundang perhatian orang-orang sekitar. Ketampanannya memang telah diakui banyak orang. Namun, Regan sendiri bingung mengapa Elektra sama sekali tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali."Ck! Aku sungguh tidak nyaman ditatap oleh mereka seperti itu," celetuk Regan seraya memasuki restoran.Walaupun begitu, dia tidak berniat untuk mencari tempat makan yang lainnya. Regan sengaja memilih tempat duduk di sudu
Kamar yang tertata rapi, deretan buku-buku hukum ada di dalam membuat kamar tersebut sesuai dengan pemilik kamar. Sederhana tapi sangat bersih."Bangun, Regan. Katamu ada acara hari ini?" Seorang wanita berkata lembut setelah membuka korden jendela kamar putranya."Iya, Ma," jawab laki-laki itu seraya berkedip cepat.Dia ingat sekali jika hari ini akan ada interview bagi orang-orang yang sudah mendaftar di Firma Hukum Lyosha. Seketika Regan bangun dengan penuh semangat dan ingin segera diwawancarai, sekaligus berharap bisa bertemu pengacara cantik lagi di sana."Aku mandi dulu ya, Ma," pamit Regan."Iya, Sayang," sahutnya.Begitu Regan masuk kamar mandi, wanita paruh baya itu langsung membereskan tempat tidur sang putra. Kemudian—menyiapkan sarapan dan melakukan aktivitas yang lain.Berhubung sudah hampir terlambat, Regan mempercepat proses mandinya dan segera memakai baju se-rapi mungkin. Dia berdiri di depan cer
Elektra lagi-lagi terbangun melihat ruangan yang berbeda. Ruang kamar dengan cat berwarna abu. “Sial. Kenapa aku tidak sadar jika dia menggendongku pulang,” gerutu Elektra sambil mengacak rambut. Setelah merasa nyawanya terkumpul, Elektra turun dari tempat tidur, dia mencari keberadaan Magno tetapi tidak menemukan pria itu di manapun. Namun, sarapan pagi berada di atas meja membuatnya segera menyantapnya. “Ke mana perginya, dia? Bukankah ini masih pagi?” tanya Elektra sambil mencari letak jam, dia ingin tahu saat ini pukul berapa. Namun saat dia melihat jam, begitu terkejut dirinya. “Astaga. Apa aku tidur selama itu?” tanya Elektra. Jam telah menunjukan pukul 3 sore. Sesaat Elektra terdiam. “Makanannya masih hangat, apa dia pulang dan membuatkanku makanan?” Elektra tersadar mengenai hal itu. Setelah menyelesaikan makannya, Elektra bergegas membersihkan diri. Di dalam kamar tersedia pakaian ganti untuknya. “Dia selalu tahu, fash