"Semoga perjalanan anda menyenangkan nona," sapa sang pramugari.Hanya senyum yang terukir di bibirnya yang terpoles lipstik berwarna merah maroon, tatapan matanya begitu dingin seolah ia sudah siap menghadapi medan perang tanpa belas kasih. Ia duduk begitu anggunya, dengan setelan serba hitam dan barang mewah yang nampak menyatu dengan auranya. Setelah melewati berjam-jam perjalanan yang membosankan, akhirnya pesawat yang ditumpanginya tiba di tujuan dan beberapa pengawal berpakaian khusus sudah menunggunya di bandara untuk menyambut kedatangannya."Apa rencana pertama kita paman?" "Menemui kakekmu," sahutnya. ******James panik setengah mati saat mendapatkan laporan bahwa ayahnya diculik sekelompok orang tidak dikenal di villa, seseorang sudah membobol sistem keamanan dan melumpuhkan para penjaga lalu membawa pergi Edmund Walton. Tidak ada yang mengetahui siapa mereka, mereka bergerak begitu cepat sampai anak buah James tidak dapat mengendalikan pergerakan mereka. "Cek cctv!" ti
"James Walton! keluar kamu! aku ingin menagih janjimu!" teriak seorang wanita yang usianya tidak jauh dari August. Wanita itu membawa dua orang anak kecil, yang satu berusia empat tahun dan yang satunya lagi berusia satu tahun. Semua anggota keluarga Walton segera keluar untuk menemuinya, saat melihat kedatangannya James langsung panik dan berusaha untuk mengusir wanita itu dari hadapannya. "James, siapa wanita ini?" tanya Rebecca. "Aku Evelyn, aku istri muda James Walton dan kedua anak ini adalah darah dagingnya!" sahutnya lantang. "Tidak, kamu jangan mengada-ada! Rebecca tolong jangan percaya kepadanya, aku bahkan tidak mengenalnya." sanggah James. Evelyn tertawa sinis melihat kepanikan James, "Nyonya Rebecca yang terhormat, anda tidak perlu berpikir apakah aku berbohong atau tidak karena aku sudah membawa buktinya." Evelyn menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Rebecca, juga foto sebagai bukti jika ia memang benar istri dari James Walton. Wajah Rebecca memanas, air mata mu
Setelah melalui prosedur operasi yang rumit, Luca akhirnya bisa diselamatkan namun keadaannya masih belum stabil. Kini ia sudah dipindahkan ke ruangan khusus sebelum dipindahkan ke ruangan rawat, Rebecca terus mengucap syukur karena putranya bisa melewati kematian dan ia masih bisa melihatnya lagi. Di dekat jendela, Lucia nampak termenung memikirkan sesuatu. Sudah sejak lama ia memendam semuanya, namun Lucia takut jika ia mengungkapkan keinginannya Rebecca akan menentangnya. Rebecca membelai pucuk kepala Lucia, ia tau jika putrinya pasti sedang memikirkan sesuatu yang menggangunya dan tidak bisa ia selesaikan sendiri."Sayang, ada apa? apa yang sedang kamu pikirkan?" Lucia menarik nafas panjang, ia berbalik merubah posisinya menghadap Rebecca. "Bu, aku ingin mengatakan sesuatu kepada ibu. Tapi aku takut ibu akan marah," "Soal apa?" "Aku.. Aku tidak ingin menikahi Ethan, aku ingin membatalkan rencana perjodohan ini." ungkapnya dengan kegelisahan. "Tapi apa alasan kamu ingin membat
"Aku ingin menemui ayahku, tolong berikan aku sedikit waktu untuk bertemu dengannya." pinta Lucia memohon, sampai akhirnya ia bisa bertemu James yang saat ini dikurung di dalam jeruji besi. James keluar dari sebuah ruangan dengan kedua tangan terborgol dan didampingi seorang sipir, ia baru berada disana kurang dari tiga jam namun keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Amberley sengaja membayar para tahanan disana untuk menyiksanya, sebagai balasan atas apa yang Lucia lakukan dulu kepadanya dan juga atas rasa sakit yang dulu William rasakan saat anak buah James menyiksanya tanpa ampun. "Ayah, apa yang sudah terjadi kepadamu?" tanya Lucia, ia begitu khawatir pada keadaan James. "Lucia, cepatlah kembali ke rumah sakit dan bawa ibumu pergi dari sini. Pergilah ke tempat ini bersama ibumu, tapi sebelum itu kamu harus mendatangi tuan Marvin lebih dulu dan minta dia untuk mendampingimu mengakuisisi aset milik keluarga kita." titahnya dalam kesakitan, ia menyerahkan sebuah amplop kepada Lu
August memasuki ruangan dimana James telah menunggunya, ia berharap kedatangan August bisa membebaskannya dari tempat terkutuk ini. August duduk di hadapannya dengan tatapannya yang seperti biasa, dingin tanpa emosi namun kali ini lebih membuat James terintimidasi. "August, apakah kamu sudah mengurus semuanya untuk membebaskan ayah dari tempat ini?" tanyanya.August menyilangkan kedua tangannya di dada, "Ayah, bisakah ayah menjelaskan kepadaku siapa itu Amberley?" "Ayah akan menjelaskannya tapi tolong keluarkan ayah dulu dari tempat ini," pinta James memohon. August tidak bergeming, ia menanti penjelasan dari James dan tidak menghiraukan rengekannya. "Baiklah, Amberley adalah putri dari mendiang Anastasia dan William yang menghilang saat bayi. Hanya itu saja," August menaikkan satu alisnya, "Menghilang? bukankah dia dibuang oleh ibu saat masih bayi demi harta kekayaan keluarga Walton jatuh ke tanganmu ayah?" "Tidak, itu tidak benar! darimana kamu mengetahui cerita bohong seperti
Mereka tiba bersamaan di halaman mansion Moore, namun langkah August kalah cepat dari Lucia yang sudah dipengaruhi oleh amarah. Lucia berlari memasuki halaman dengan diikuti oleh Rebecca dan Marvin, juga August yang tengah memikirkan cara agar menghentikan kemarahan Lucia. "Hei Amberley! keluar kamu dari persembunyianmu! dasar pencuri! berani-beraninya kamu mencuri harta kekayaan keluargaku! dasar jalang tidak tahu malu!" teriak Lucia membabi buta. "Lucia, hentikan!" cegah August namun Lucia tidak mau mendengarkannya. Setelah memaki sampai suaranya nyaris habis, akhirnya Amberley keluar melalui pintu utama mansion dengan didampingi oleh Roberto. Wajahnya nampak pucat, namun tidak sedikitpun kelemahan terlihat di wajahnya. Keluarnya Amberley tentu mengejutkan semua orang, kecuali August. Rebecca bahkan sampai jatuh terduduk di halaman saat melihat Amberley di depan matanya, Lucia nampak kebingungan sekaligus terkejut karena yang ia tau gadis yang ada hadapannya ini adalah Abigail b
Salju di luar mulai terlihat mencair, namun hati ibu hamil ini justru semakin mendingin dan beku. Perutnya yang mulai membesar ia elus pelan, dalam keadaan hamil yang seharusnya membahagiakan dan menenangkan justru ia harus menghadapi dendam dan membalas semua perbuatan James dan Rebecca kepada kedua orangtuanya. Dari balkon lantai dua ia melihat sepasang suami istri yang tengah mendorong troli bayi mereka di tepi jalan, mereka saling merangkul dan terlihat bahagia dan hal itulah yang sangat Amberley inginkan jauh di dalam lubuk hatinya. Roberto datang dengan beberapa lembar kertas di tangannya, ini adalah jadwal yang harus Amberley lakukan untuk hari ini. Hanya untuk satu hari, tapi terlihat banyak sekali dan ia tau ini akan sangat melelahkan untuknya. "Kamu tidak perlu melakukan semuanya, lakukan saja beberapa hal yang menurutmu harus kamu yang melakukannya. Sisanya biar paman yang menyelesaikannya," ujar Roberto saat melihat mimik wajah lelah Amberley. "Baiklah, aku ingin pergi
"Katakan semuanya Valerie, aku yakin kamu bisa menjelaskannya dengan baik." titah Noah, tatapannya begitu tajam seolah siap menerkam Valerie. Valerie memilin jemarinya, wajahnya tertunduk tidak berani menatap Noah secara langsung. Noah tidak bisa terus bersabar menunggu kejujurannya, ia menarik rahang Valerie dan memaksa Valerie untuk menatap matanya. "Apa kamu masih ingin terus bungkam? kalau begitu mulai detik ini juga aku akan menceraikanmu Valerie," Noah melepas cengkramannya dari rahang Valerie begitu kasar. "Kamu tidak akan bisa meninggalkanku Noah! sampai kapanpun!" teriak Valerie, air matanya kini tumpah. "Apa maksudmu? bayi itu bukan anakku dan tidak ada hal yang membuatku tidak bisa untuk menceraikanmu." "Jika kamu tetap nekat untuk menceraikanku, maka aku akan membuat nama baikmu hancur dalam satu malam! kamu tau persis jika aku adalah orang yang sangat ambisius!" ancam Valerie. "Jangan main-main denganku Valerie! aku bisa melenyapkanmu karena sudah menipuku!" Valeri
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g