"Kenapa kamu kabur dari acara makan malam perencanaan pertunangan Ethan dan Lucia, Noah?" tanya Abraham. "Itu bukan acara penting, lagipula aku juga tidak akan datang jika sebelumnya aku tau itu acara khusus untuk anak kesayanganmu." sahut Zach ketus. "Berhenti menyebutnya anak kesayanganku, kalian berdua sama berartinya bagiku. Kamu saja yang sangat keras kepala dan lebih memilih meninggalkan keluargamu sendiri, Noah." Zach tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Abraham, "Sepertinya otakmu benar-benar sudah dicuci bersih oleh wanita itu, ayah. Sejak kapan aku dan Ethan sama berartinya untukmu? tidak ingatkah kamu kalau aku pernah kamu buang ke jalan hanya karena Ethan terjatuh dari perosotan saat kecil? dan bahkan bukan aku pelakunya."Abraham menarik nafas panjang, ia tidak dapat mengelak soal kejadian itu karena yang saat itu ia lihat Ethan memang benar-benar terjatuh dari perosotan saat bermain dengan Zach. Tapi Abraham tidak memiliki bukti jika Zach tidak bersalah, begitupun
Zach belum juga sadarkan diri, namun masalah kebakaran di perusahaan Matlex sudah dibebankan kepada dirinya. Dari hasil pemeriksaan kepolisian, ada satu bagian kabel yang mengalami korsleting dan pada hari itu Zach yang bertugas menangani kerusakan kabel tersebut. Zach dituntut untuk mengganti rugi satu juta dollar atas kerugian yang perusahaan alami, atau sebagai gantinya Zach akan dipenjara jika ia tidak bisa mengganti kerugian. "Tidak bisakah kalian menunggu sampai di sadar? dia bahkan baru saja melewati kematian karena kebakaran itu," "Maaf Abigail, tapi saya hanya menjalankan prosedur dari perusahaan. Jika dia sudah sadar tolong segera hubungi kami, atau kami akan menyeretnya ke dalam penjara tidak perduli dia sakit atau tidak." ucap direktur utama dari perusahaan Matlex. Abigail mengacak rambutnya dengan perasaan frustasi, satu juta dollar? lima ratus ribu dollar pun ia tidak memilikinya. "Sudahlah Abigail, itu bukan urusanmu. Biar Zach yang menanganinya nanti ketika dia sud
August melirik ke segala arah untuk mencari keberadaan Abigail, namun gadis itu kini sudah menghilang dan August tidak mengetahui dimana keberadaannya. August tidak mencurigai Lucia karena sejak tadi adiknya itu sibuk menikmati pesta, tapi Abigail juga tidak kunjung menjawab panggilan teleponnya."Ada apa? kenapa kamu begitu panik?" tanya Ryan, pria itu tengah duduk sendirian di balkon depan meratapi kesedihannya karena pertunangan Lucia."Aku mencari Abigail, gadis itu pergi tanpa memberitahukan dulu kepadaku kemana dia akan pergi!" sahut August kesal bercampur khawatir. "Abigail? aku tadi melihatnya bersama adikmu, sepertinya dia mabuk." "Adikku? maksudmu Luca?" "Iya dia, memangnya kamu memiliki adik selain Lucia dan Luca?" sahut Ryan sambil terus menghisap cerutunya. "Sial! kemana dia membawa Abigail dan kenapa kamu tidak mencegahnya!" August menarik kerah kemeja Ryan yang tengah merokok hingga ia terbatuk dan cerutunya mengenai tangannya. "Dia pergi ke kamar tamu yang jarang
Beberapa hari Abigail habiskan waktunya untuk merawat Zach di rumah sakit, August memberikannya libur agar Abigail bisa memenangkan diri begitu juga dengan dirinya. August masih belum sanggup untuk melihat wajah Abigail, ia masih terus dibayangi rasa bersalah dan juga rasa menyesal yang teramat dalam. "Aby, tolong ambilkan aku handuk! Aku lupa membawanya!" teriak Zach dari dalam kamar mandi. "Aku pikir kamu sudah sembuh total Zach, kamu sudah bisa berteriak sebegitu kencangnya." "Oh, uhuk uhuk! tidak aku belum sembuh, lihatlah aku masih batuk dan suaraku masih serak." Zach berpura-pura batuk hingga akhirnya ia terbatuk sungguhan.Sambil menunggu Zach selesai mandi, Abigail menyiapkan makanan untuk Zach sarapan sebelum mereka pulang siang ini. Zach sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena keadaannya dirasa sudah cukup membaik, berhari-hari di rumah sakit membuat Zach bosan karena yang ia lakukan hanya terbaring di tempat tidur bahkan Abigail tidak sudi menciumnya entah kenapa.
"Maaf, kami belum sempat merenovasi semuanya karena kami terburu-buru menjual rumah ini." ucap pemilik rumah."Tidak apa, saya bisa merenovasi sisanya nanti. Saya sudah mentransfer uang pembelian rumah ini, silahkan di cek di akun bank anda." Setelah beberapa hari mencari tempat tinggal yang baru, Zach akhirnya menemukan tempat tinggal tidak jauh dari pusat kota dan tempat kerjanya yang baru. Meskipun hanya diterima sebagai seorang pramu di toko swalayan, setidaknya Zach masih beruntung karena ia bisa kembali mendapatkan pekerjaan dalam waktu singkat."Aby?" Zach menghampiri Abigail yang tengah termenung di jendela kamar, entah apa yang dipikirkannya namun sudah beberapa hari ini ia nampak murung. Zach juga melihat semakin hari Abigail semakin pucat, bahkan mood Abigail juga sangat tidak stabil."Aby, apa kamu tidak menyukai rumah ini?" tanya Zach."Aku menyukainya Zach, jangan khawatir.""Lalu kenapa kamu terus murung seperti itu? apa kamu menyesal karena sudah memilih keputusan un
"Apa kamu baik-baik saja Aby? kamu terlihat sangat pucat," tanya Zach karena semakin hari Abigail semakin terlihat tidak sehat. "Entahlah, aku merasa tidak berselera untuk sarapan. Maaf Zach, sepertinya aku akan langsung ke kantor saja.""Biar aku antar, aku juga ingin pergi ke toko pagi ini." Sepanjang jalan Abigail hanya diam dan menatap ke luar jendela, tatapannya menerawang jauh seolah ada banyak hal yang ia pikirkan. Abigail melirik Zach dari sudut matanya, seraya memikirkan kekhawatiran yang belakangan ini sangat mengganggunya. Zach baru saja bangkit dari keterpurukannya, sepertinya ini bukan hal yang baik untuk mereka dapatkan disaat keadaan mereka masih belum stabil. "Aby?" Zach menepuk pipi Abigail lembut."Ya Zach?""Kita sudah sampai,"Abigail melirik ke luar dan ternyata kini mobil Zach sudah berada di lobby kantor August, ia segera keluar karena sudah ada antrian lain di belakang mobil Zach yang juga ingin memasuki area lobby. Abigail melangkah pelan ke dalam karena i
Zach kembali ke rumah dengan membawa sebuah buket bunga dan juga coklat untuk Abigail, beberapa hari ini Abigail nampak murung dan Zach pikir mungkin hadiah kecil darinya bisa membuat mood Abigail membaik. Zach menghampiri Abigail yang tengah tertidur di kamar, mencium keningnya lembut dan membelai pipinya yang mulai terlihat agak tembam. "Zach," "Maaf aku mengganggu tidurmu," Zach mengecup lembut bibir Abigail dan membelai pucuk kepalanya."Aku punya sesuatu untuk gadis cantikku," Zach memberikan hadiah itu kepada Abigail, namun ternyata respon Abigail tidak sesuai ekspektasinya. Abigail hanya tersenyum tipis, padahal Zach kira ini akan membuat Abigail senang karena yang Zach tau wanita menyukai kejutan seperti ini. "Zach, aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu." Abigail mengambil sebuah amplop dari laci nakas, lalu memberikannya kepada Zach dengan hati yang begitu cemas. Zach membuka amplop tersebut, membaca isi dari kertas yang dipegangnya dengan seksama namun ia masih belu
"Ayah, aku ingin berbicara dengan Kai sebentar," pinta Luca sebelum kepergiannya ke Italia. Luca menghampiri pria paruh baya yang berdiri di sebelah James, lalu menggiringnya sedikit menjauh dari James karena ia tidak ingin siapapun tau soal rencananya. "Aku ada sedikit pekerjaan untukmu,""Apa tuan muda?""Tolong ikuti gadis ini dan kabarkan kepadaku setiap gerak geriknya," titah Luca sambil menunjukkan foto Abigail."Gadis ini yang pernah bermasalah dengan nona Lucia kan? apa tujuan anda mencari tau tentang gadis ini?""Sudah, jangan banyak bertanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan dan jangan sampai ada yang tau soal ini termasuk ayahku!"Kai menggangguk patuh, setelah memberikan sedikit tugas untuk Kai Luca akhirnya bisa pergi ke Italia dengan tenang. *****Suasana pagi ini di ruangan August nampak berbeda dari biasanya, wewangian parfum ruangan juga beberapa bunga menghiasi vas bunga di ruangannya. Kopi hangat dan sebuah croissant yang baru matang disajikan khusus untuk A
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g