Belum sempat Robert memasuki mobilnya, ternyata ada sebuah mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Dia sangat hafal milik siapa mobil tersebut, maka dari itu ia bergegas menghampiri sang empunya mobil itu. "Turun kau Xander sialan!" Teriak Robert sambil menggedor pintu mobil berwarna hitam milik Xander. Dengan amarah yang membuncah, Xander pun keluar dari dalam mobil dan menatap tajam pada Robert. Kedua rekan tersebut bersikap layaknya rival yang sedang menuju ke ring pertarungan.Robert menarik kerah baju Xander lalu mendaratkan bogeman mentah di wajah atasannya tersebut. Persetan dengan kedudukannya yang jauh di bawah Xander, sebab yang paling utama sekarang adalah keselamatan sang putri tercinta. Robert takut jikalau Xander sudah berbuat hal jahat kepada Clara. "Kurang ajar kau Xander! Berani sekali menggoda putriku," teriak Robert sambil melayangkan tinjunya yang mengenai pelipis Xander. Tidak mau kalah, Xander membalas pukulan Robert dengan membabi buta. Dia yang semul
Gracio menatap wajah cantik Clara yang terlelap dalam tidurnya di kursi mobil. Terbersit rasa bersalah karena mungkin saja ia menempatkan gadis cantik itu pada masalah tak berujung. Awalnya Gracio mengurungkan niatnya untuk mengirim video Clara bersama Xander kepada Robert. Namun, setelah ia mendapatkan pesan dari Violetta, ia mendapatkan dorongan keras supaya melakukan hal tersebut. Sehingga terjadi perkelahian antara Xander dan Robert akibat perbuatan Gracio yang ingin membalaskan dendamnya satu persatu. "Maaf." Ucapnya seraya membelai wajah cantik Clara. "Aku mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa melepaskan istri dan anakku." Suara Gracio terdengar sangat lemah, ia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Clara jika tahu dirinya sangat egois."Om." Clara terbangun dari tidurnya, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Gracio. "Kenapa wajah Om terlihat sedih?" tanyanya menelisik wajah Gracio yang tampak layu. "HP kamu dari tadi berdering, lihatlah," uja
Gracio datang ke markas dengan membawa dua dokumen penting hasil kerja keras Clara. Ia ingin segera menyelesaikan balas dendamnya supaya bisa lebih tenang dan fokus pada kisah asmaranya bersama dengan Clara. Gracio sampai lupa dengan status Violetta yang masih sah menjadi istrinya. "Bos," sapa Brace kepada Gracio. Ia menyambut kedatangan sang atasan yang diikuti oleh Vero dan Lewis. Karena sebelumnya Gracio sudah mengabarkan bahwa akan membahas hal penting dengan mereka mengenai kasus Xander dan Robert. "Tutup semua pintu dan jendela, kita akan rapat penting sekarang," titah Gracio sambil melangkah ke arah ruang pribadi miliknya yang sering digunakan saat ada rapat penting bersama orang-orang kepercayaannya. Wajah Gracio terlihat sangat dingin sehingga menambah kesan mencekam di sana. Kini, ia berkumpul dengan ketiga temannya untuk mendiskusikan tentang penyerangannya terhadap Xander dan Robert. "Dari data yang kita dapatkan mengenai kasus Xander dan Robert, sepertinya kasus merek
Clara menangis di dalam kamar, sudah seharian dia mengurung diri karena kecewa dengan Papanya. Ia melakukan semua itu demi kebaikan mereka bersama. Namun, Robert justru menuduh Gracio sebagai pria jahat yang hanya memanfaatkan dirinya. Padahal Clara tahu betul orang seperti apa Gracio itu. Clara memilih tetap percaya terhadap Gracio karena sebelumnya pria itu sudah mengatakan banyak hal kepadanya bahwa Xander adalah orang yang licik. Dia bisa mencuci otak Robert sampai memutus pertemanan dengan Gracio. Tentu saja Clara sangat percaya, apalagi setelah melihat beberapa bukti tentang kejahatan Xander serta foto pertemanan Papanya dan Gracio, ia semakin yakin kalau Papanya sudah terkontaminasi oleh Xander. Kedua matanya bengkak, akibat terlalu lama menangis. Suara ketukan pintu serta permohonan sang Mama yang sejak kemarin mengajaknya makan sama sekali tidak dihiraukan oleh Clara. Ia masih sangat marah karena semua orang memojokkannya atas apa yang terjadi. Bahkan Robert menentang kera
"Khem! Kenapa keluar dari kamar, nggak tahan lapar ya?" suara Camellia mengagetkan Clara yang sedang melahap makanannya. "Haish, aku juga butuh asupan kali, Ma," jawab Clara sudah tak lagi marah kepada Mamanya, karena ia melihat langsung betapa pedulinya Camellia terhadap dirinya di depan Robert sampai mereka harus bertengkar. "Makanlah yang banyak, jangan hiraukan masalah orang dewasa. Kamu cukup diam dan jalani kehidupan seperti biasanya," papar Camellia memberikan penjelasan kepada sang putri tercinta. Clara tidak ingin membahas apa pun untuk saat ini, ia hanya butuh makan supaya besok pagi tidak bertatap muka dengan Papanya di meja makan, karena Clara akan merasakan sakit di hatinya jika mengingat bagaimana Robert membentaknya di hadapan Xander hanya karena ia berhubungan dengan Gracio. "Besok, aku ada jam mata kuliah pagi, Ma. Aku nggak akan sempat makan, jadi aku makannya di kampus saja. Bilangin sama Papa kalo dia nanya tentang aku besok," kata Clara tetap fokus pada makana
Perhatian Violetta tertuju pada layar ponsel milik suaminya yang menyala. Rasa penasaran seolah mendorongnya untuk melihat siapa sang pengirim pesan itu. Tertera nama 'My Cla' di layar benda pipih tersebut. "My Cla?" Violetta merasa tidak asing dengan nama itu, sampai ia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika suaminya tanpa sadar menyebutkan nama 'Cla.'Tangannya terulur hendak meraih ponsel sang suami untuk melihat isi pesan itu karena tertimbun dengan pesan baru yang sepertinya sebuah stiker, tetapi Violetta juga tidak bisa melihatnya. Sedikit lagi ponsel itu akan berada dalam genggaman tangannya, hingga tiba-tiba .... "Aku lupa mau menghubungi Brace," Gracio mengambil ponsel miliknya tepat waktu. Jika tidak, maka Violetta akan mengetahui perselingkuhannya dengan Clara yang baru dimulai. "Mas, kamu ngagetin tau nggak," protes Violetta memasang wajah terkejutnya. "Aku pikir kamu sudah mandi, Mas," imbuhnya sembari duduk di sisi ranjang dengan tatapan fokus ke Gracio. "S
Clara bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa dan ia bersikap bodoh tak mengetahui kebohongan Gracio terhadapnya. Dia ingin melihat apakah Gracio akan berterus terang atau memilih tetap berbohong kepadanya. Mereka ketemuan di taman dekat kampus, sesuai dengan permintaan Gracio sebelumnya. Senyuman manis Clara berikan kepada Gracio yang saat ini juga tersenyum kepadanya. "Kenapa Om nggak membalas pesanku mulai kemarin? Semua panggilan dariku juga diabaikan, apa Om udah nggak sayang lagi sama aku? Padahal aku nungguin Om loh mulai kemarin. Jahat banget sih Om," cicit Clara memberondong Gracio dengan berbagai macam pertanyaan. Gracio terkekeh kecil begitu mendengar ocehan Clara yang terdengar lucu baginya. "Aku lagi sibuk, Sayang. Maaf ya udah buat kamu menunggu lama," jawab Gracio memberikan alasan supaya sang kekasih tidak marah. "Sibuk ngapain sih Om. Apa Om tahu kalo aku dimarahin sama Papa gara-gara ketahuan mencuri dokumen penting milik Om Xander?" tersirat luka di
Gracio pulang ke rumah tepat jam 7 malam. Di mana sang istri dan putranya sedang melaksanakan makan malam bersama. Ia datang tanpa merasa bersalah dan langsung bergabung di meja makan. "Aku pulang." Serunya sembari mendaratkan bokong di kursi khusus untuk kepala keluarga di sana. Namun, tak ada sambutan dari istri dan anaknya di sana. "Kalian kenapa?" tanya Gracio keheranan."Papa jahat. Katanya mau jalan bareng Kevin dan Nama, tapi tadi siang nggak pulang-pulang. Padahal kita nungguin Papa sampek malam," gerutu Kevin mengerucutkan bibirnya. Kedua mata pun nampak berkaca-kaca dari saking kecewanya. Gracio terhenyak, ia benar-benar lupa kalau ada janji kepada istri dan anaknya. Ia sangat merasa bersalah hingga tak sanggup menatap wajah sepasang ibu dan anak di hadapannya. "Sayang, maafin Papa ya, Nak. Papa nggak sengaja buat lupain janji sama kalian, tadi pekerjaan Papa banyak banget di markas," kilah Gracio memberikan alasan. Ia menangkup kedua pipi sang putra lalu memberikan kecup
Sean berangkat pagi-pagi sekali ke rumah Clara untuk menemui wanita malang itu. Hatinya benar-benar tak tenang setelah melakukan perbuatan bejat terhadapnya, ia dihantui rasa bersalah sampai tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, saat sampai di halaman rumah Clara, ia berpapasan dengan Gracio yang baru turun dari dalam mobil. Pria itu juga ingin bertemu dengan Clara, ia harus menjelaskan semuanya sebelum terlambat. "Ngapain kamu di sini?" sinis Sean kepada Gracio, ia masih tidak terima jika Gracio terus mendekati Clara, wanita yang sangat dia cintai. "Bukan urusanmu," ketus Gracio langsung melengos pergi dan menekan bel rumah sang pujaan hati. Ting Tong. Tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok Camellia, Mamanya Clara di sana. Camellia menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas kedua mata wanita baya itu sangat bengkak, sepertinya dia habis menangis semalaman. "Boleh saya bertemu dengan Clara?" ucap Gracio sele
Happy Reading. Clara pulang dengan perasaan yang hancur berkeping-keping, pria yang sangat dia cintai tidak ada bedanya dengan Sean. Mereka berdua sama-sama brengs*k, tidak ada cinta yang tulus dari seorang pria. Mulai sekarang Clara benar-benar menutup hatinya dari pria mana pun. Sebelum pulang ke rumah, Clara lebih dulu menyambangi lapas untuk menemui Papanya. Dengan keterampilannya dalam menggunakan make up, Clara menutupi mata bengkaknya menggunakan peralatan make up nya agar tidak ketahuan oleh Robert jikalau dirinya habis menangis. Beruntung juga Clara selalu menyediakan pakaian ganti di dalam mobilnya sehingga ia bisa mengganti pakaiannya sehabis dinodai oleh para pria brengs*k. Mungkin Clara memang pantas dibilang wanita murahan karena sudah memberikan tubuhnya kepada Sean dan Gracio di hari yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Clara tersenyum lembut kepada sang Papa begitu mereke bertemu di ruang tunggu. "Kamu sendirian? Mama kamu mana, sayang?" ucap Robert setelah
Sean menyemburkan benihnya di atas perut Clara untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak dia inginkan. Setelah ini Sean tidak akan lagi mengejar cintanya terhadap mahasiswinya tersebut, sebab Sean tidak mau mencoreng nama baiknya jika berhubungan lagi dengan seorang pelakor. Sean berdiri dan mengambil tisu di atas meja kerjanya, melemparnya tepat ke dada Clara dan hampir mengenai sesuatu yang kenyal di sana. Tentu saja hati Clara semakin terkoyak habis mendapatkan perlakuan buruk dari Sean yang menginjak harga dirinya habis-habisan. Setelah kehormatannya direnggut paksa, sekarang ia dicampakkan layaknya sampah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ah, persetan dengan kata cinta, mulai sekarang Clara tak mau lagi kenal dengan yang namanya cinta. "Cepat bersihkan dan keluar dari ruangan ini," titah Sean sambil lalu memungut pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Memakainya dengan cepat tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Clara tersenyum kecut saat menyadari kalau Sean tak seba
Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hati sangat hancur karena mendengar ucapan Gracio tadi. Yeah, tak sengaja Clara mendengar semua percakapan antara Gracio dan istrinya. Awalnya Clara ingin menemui Gracio untuk memastikan apakah pria itu akan tetap berbohong mengenai kepulangan istrinya. Namun, siapa sangka. Niat hati ingin memberikan kejutan kepada pria itu justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan luar biasa dari Gracio. Clara bisa menerima jikalau dirinya hanya akan tetap menjadi simpanan dari pria beristri, karena ia amat mencintai Gracio. Akan tetapi, Clara tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadiin alat balas dendam oleh pria yang sangat ia cintai untuk menghacurkan kehidupan sang Papa dan temannya, Xander. Jika dipikir-pikir kemunculan Gracio dalam hidupnya memang tidak masuk akal, dan bodohnya lagi Clara justru percaya dengan semua ucapan Gracio sehingga dia terjebak dengan cinta sepihak itu. "Jahat kamu Om. Hanya karena kesalahan Papa,
Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang
Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu
Sean terlonjak kaget saat melihat notifikasi pesan masuk yang ternyata dari Violetta. Ia menegakkan punggung serta membenarkan posisi duduknya di atas sofa sebelum membalas pesan dari wanita tersebut. "Saya akan mengirim beberapa bukti yang mengacu pada perselingkuhan suami Mbak dan seorang wanita muda yang tak lain adalah mahasiswi saya di kampus. Tapi, Mbak harus janji tidak akan melabrak wanita itu ataupun mengancamnya karena sudah menjadi selingkuhan suami Anda. Biarkan saya yang mengurus wanita itu asalkan Mbak mau berjanji kepada saya." Sean membalas pesan dari Violetta dan memberikan syarat terlebih dahulu sebelum memberikan bukti yang ia punya tentang perselingkuhan Gracio dan Clara, karena ia tidak mau wanita yang dicintainya menjadi sasaran empuk bagi Violetta, seperti yang telah terjadi di sinetron tentang istri sah yang melabrak selingkuhan suaminya, sehingga wanita itu malu dan tercoreng nama baiknya. "Yah, saya janji tidak akan melakukan hal itu. Cepat, berikan bukti
Clara duduk termenung di balkon kamarnya, ia terus kepikiran dengan perkataan Mamanya tadi siang. Ia sampai bertengkar dengan Camellia demi membela Gracio, sebab menurut Clara tidak mungkin Gracio tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya. "Nggak mungkin Om Gracio sejahat itu, bahkan dia sudah jujur lebih dulu kalau mempunyai istri dan anak, lantas untuk apa dia memanfaatkan ku yang nggak bisa apa-apa." Monolog Clara menolak percaya dengan perkataan Mamanya yang dia anggap membual hanya demi memisahkannya dengan Gracio. "Besok aku akan menemuinya dan bertanya langsung kepadanya untuk menghindari kesalahpahaman." Ucapnya lagi penuh tekad. Clara masih memegang teguh pendiriannya yang mencintai Gracio tanpa status. Ting! Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, ternyata dari pria yang sejak tadi menjadi pusat pikirannya. "Selamat malam, Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu."Begitulah isi pesan yang dikirimkan Gracio kepada Clara. Malam ini pria itu sedang ada di
Sean menunggu Laura di depan gerbang TK Pelita, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Violetta yang sedang menjemput putranya. "Mamanya Kevin 'kan?" ucap Sean kepada Violetta, mendekati wanita cantik itu dengan tujuan ingin mengutarakan kebenaran mengenai pengkhianatan Gracio."Iya, kamu Om nya Laura?" Violetta masih mengingat jelas wajah Sean saat makan siang bersama kemarin. "Mbak sibuk nggak setelah pulang dari sini?" tanya Sean berhati-hati, ia harus segera berbicara empat mata dengan wanita cantik itu karena ia kasihan dengannya yang dikhianati oleh suaminya sendiri. "Nggak, ada apa?" Violetta nampak penasaran saat melihat gelagat aneh dari pria di hadapannya. "Bisa kita bicara sebentar, saya ada perlu penting sama Mbak," kata Sean sangat tak sabaran. Violetta melihat jam yang melingkar di tangannya sebelum menyetujui permintaan Sean. "Kita ada waktu 30 menit untuk berbicara, ayo ke sebelah sana," Violetta mengajak Sean ke arah taman di samping sekolah TK tersebut. "Ada apa?"