Beranda / Rumah Tangga / Pembalasan Rita / Chapter 30 Perceraian

Share

Chapter 30 Perceraian

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-31 09:17:08

Hendro yang semula duduk di kursi tunggu depan kamar Rakmi langsung bangkit melihat Apriyanto datang dengan keadaan tak terurus.

"Mau apa kamu kemari?" Hendro menghadang Apriyanto seraya bertanya.

"Mau melihat Ibu-lah," balasnya tak kalah sengit.

Hendro memicingkan matanya memindai sang adik dari kaki sampai ke puncak kepala. "Dalam keadaan kacau begini? Berapa lama sih, kamu nggak mandi? Pulang sana, bersihkan diri dan urus anak-istrimu."

"Aku ingin bertemu Ibu." Apriyanto bersikeras.

"Aku tidak izinkan. Tampangmu payah begini, bisa-bisa Ibu semakin sakit melihatmu."

"Memangnya sakit apa Ibu, Mas?"

"Kanker Servik, puas kamu?!"

"Kanker? Ah ... nggak mungkin, Mas pasti bercanda."

"Terserah kalau kamu nggak percaya."

"Ibu sudah tua. Bahkan sudah menopause. Bagaimana mungkin masih bisa sakit begitu."

"Apa yang tidak bisa di dunia ini."

"Kalau begitu, aku bisa mendapatkan Rita kembali."

"Dalam mimpimu. Sudah pulanglah, ada surat dari Rita untukmu."

"Surat apa? Rita bisa hubungi nomorku j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Rita    Chapter 31 Takdir

    Asmi kembali ke penginapan dengan hati dongkol. Apriyanto tidak berada di kantornya dan pria itu juga meninggalkan mobilnya di sana. Asmi membuka pintu mobil dan menyuruh Eshan masuk."Cepatlah.""Kita hanya pergi berdua? Adik bayi dan Tante tidak ikut?""Tidak. Kamu ini bodoh sekali. Anak bayi tidak boleh sering diajak bepergian.""Oh, takut masuk angin kena Ac mobil ya, Ma?""Sudah jangan sok tahu. Cepat masuk."Eshan menurut dan patuh akan perintah Asmi. Anak itu menyunggingkan senyum sepanjang jalan merasa senang luar biasa karena sang mama pada akhirnya mau meluangkan waktu untuk berjalan-jalan bersamanya. Setelah memasuki kota Eshan mencondongkan tubuh dan bertanya, "Kita mau ke mana?""Eshan suka pergi di mana terakhir kali dengan tante?""Di restoran. Enak sekali makanan di sana.""Oh ya? Kalau begitu kita ke sana."Tak berselang lama, mobil itu memasuki halaman restoran. "Turunlah dulu dan bawa tas ranselmu itu." Tunjuk Asmi ke arah tas di jok belakang."Kita mau berenang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Pembalasan Rita    Chapter 32 Terbuang

    "Om bisa ajak Eshan masuk dulu ya." Rita yang awalnya menggandeng tangan kurus anak itu lalu mengusap lengan atas Arka dan menatap penuh arti.Arka mematuhi saja apa yang diminta oleh Rita dan kemudian meraih bahu anak itu.Eshan membalik tubuhnya dan berlari kecil mengejar Rita. "Tante mau ke mana?"Hati Rita menghangat mendengarkan pertanyaan sarat kecemasan seperti itu. Sungguh menyenangkan jika mendapat perhatian dari anak sendiri. "Tante mau ambil obat untuk om dulu. Eshan masuk dulu dengan om dan pilih menu untuk sarapan ya, Sayang."Mata Eshan membulat semakin menunjukkan kekhawatiran dan simpati. "Om sakit?" tanyanya setelah menoleh sekilas ke arah Arka yang masih berdiri tak bergeming di tempat."Hanya masuk angin," jawab Arka.Eshan berbalik dan meraih tangan Arka serta menggenggamnya erat. "Ayo cepat kita masuk. Tante Heni pernah loh, masuk angin sampai pingsan. Kalau om yang pingsan Eshan nggak bisa angkat. Om tinggi dan besar banget."Arka saling bertukar pandang dengan R

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Pembalasan Rita    Chapter 33 Percakapan

    "Mama beneran udah nggak sayang sama Eshan ya, Tante? Pantas selama ini Eshan nggak pernah ketemu mama. Jarang .... Banget! Eshan ... Eshan takut kalau-kalau jadi lupa wajah mama atau mungkin mama yang akan lupa sama Eshan. Eshan yakin mama udah nggak sayang sana Eshan karena sekarang sudah ada adik kecil yang dari suaminya. Tapi Eshan senang di peluk oleh Tante, hangat." Sorot mata itu mendongak bingung mengurai apa yang dirasa. Nalurinya sebagai seorang ibu tahu jika bocah kecil ini sedang kebingungan untuk memilih.Rita mempererat pelukan dan mengayun tubuh kurus itu seperti menimang balita. Hati Rita semakin terasa tercabik dan kebencian kepada Asmi semakin mendarah daging mendengar penuturan Eshan di sela isak tangisnya.Arka bergabung bersama mereka dan mengusap air mata Eshan yang kini membasahi bahu dan dada Rita."Eshan berhenti menangis ya. Nanti capek, Sayang.""Lanjut lagi yuk makanannya. Ada jajan pasar tuh," bujuk Erni yang kini bergabung bersama mereka dan kembali menge

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pembalasan Rita    Chapter 34 Terbakar

    Tiga orang karyawan butik berjalan menuju gudang namun dari jarak lima meter mereka mencium bau seperti kain yang terbakar. Dari tempat mereka berdiri tak bisa melihat dari mana sumber datangnya api. Mereka bergegas membuka pintu gudang dan betapa terkejutnya mereka melihat si jago merah sudah melahap seperempat isi gudang. Arah asap tidak ke depan jadi mereka tidak bisa melihat dengan jelas karena semua pintu dan jendela tertutup rapat. "Seingatku belum ada orang yang ke sini," kata seorang laki-laki gemulai."Iya seingatku juga,"kata pria berbadan kurus, tinggi. "Bagaimana ini mbak Weni?" tanyanya panik.Wanita yang dipanggil Weni berkata, aku akan telepon pemadam kebakaran dulu." Ia merogoh kantong celananya dan kemudian menepuk dahinya, teringat jika ponselnya tertinggal di dalam butik. Namun saat ia berbalik, Weni segera menghentikan langkahnya. Butik sudah dikepung sang jago merah. Bahkan kebakarannya lebih dahsyat daripada di dalam gudang. Ketiganya tampak kebingungan karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pembalasan Rita    Chapter 35 Pikiran Buruk

    Kring ... kring ... kring ...."Arhhhh ...!"Apriyanto mengacak-acak rambutnya. Sedari tadi ponselnya tak berhenti berdering sehingga ia sampai harus membantingnya sampai hancur, kemudian sekarang telepon rumah yang berdering. Sementara dirinya sudah dua jam di rumah dan belum menemukan keberadaan sertifikat tanah kebun kopi yang ia beli bersama dengan Rita. Apriyanto dengan napas memburu dan mata yang memerah menahan amarah. Mendudukkan diri di tepi ranjang. Mengedarkan pandangan ke dalam kamarnya yang kini berantakan. Laci-laci yang menyatu dengan rak buku, kemudian meja rias dan nakas semua berhamburan di lantai. Begitu juga dengan nasib isi brankas yang berhamburan di lantai. Apriyanto bangun dengan napas yang semakin memburu tidak tenang, berkali-kali ia menarik napas seperti orang terkena flu. Kepalanya saat ini sudah terasa akan meledak, ia butuh benda itu segera. Kepalanya tidak bisa berpikir jernih tanpa ada sabu sebagai asupan utama. "Bang*at! Di mana sertifikat itu?!"Ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pembalasan Rita    Chapter 36 Rahasia

    Hendro bangkit begitu melihat Narto berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Narto tertegun sesaat bertemu muka dengan Hendro. Satu-satunya darah dagingnya dengan Rakmi. Sudah sangat lama ia tak melihat pria itu. Bahkan saat pernikahan Asmi dan Apriyanto, Hendro tidak hadir begitu juga dengan Rakmi dan yang lainnya. "Ayah ... ehm ... Bapak mau menjenguk Bu Rakmi," ujarnya canggung. Mengutarakan maksud kedatangannya. Hanya Rakmi satu-satunya harapan terakhirnya karena Daya tak lagi menganggapnya."Tentu, silahkan Pak. Ibu baru saja selesai berganti pakaian. Mari."Sopannya tutur kata Hendro tak ayal membuatnya bangga. Narto tahu benar bagaimana sifat Rakmi, tapi melihat anaknya tumbuh dengan adab dan kesopanan yang tertata seperti ini ia bahagia. Walau ada kesedihan tidak mengenal cucu-cucu dari Hendro. Ah ... mungkin saja belum tiba saatnya.Hendro mendahului Narto dengan sedikit membuka daun pintu ia menyembulkan kepalanya dan berkata, "Bu, ada yang besuk.""Suruh masuk." Mata Rakmi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Pembalasan Rita    Chapter 37 Dua Kali

    "Itu tidak bisa dia lakukan. Aku bahkan lebih banyak keluar uang untuk membeli tanah ini. Kamu tahu, uang yang dikumpulkan untuk biaya kuliah sebelum kita menikah tetapi tidak jadi karena aku sudah hamil. Nyatanya setelah menikah pun tidak jadi terpakai juga sebab sudah mendapat beasiswa dari kantor. Uang itu yang aku pakai sebagai dana membeli tanah-tanah ini. Dia tidak bisa menjualnya begitu saja. Harus dengan persetujuan," ujar Rita."Terima kasih kalian sudah membantuku mendapatkan ini kembali," tambahnya.Ilham mengangguk dan tersenyum simpul sebelum berkata, "Tidak hanya itu Bu. Kami menemukan surat palsu.""Maksudnya?""Ditumpukan itu terdapat sertifikat tanah lama dan baru, yang lama adalah surat asli dengan nama Daya Zaire sebagai pemilik. Sementara surat palsunya adalah atas nama Yusuf Suhardiman."Rita memberikan isyarat pada Ilham untuk berhenti berbicara dengan mengangkat tangan kanannya. "Tunggu dulu, maksudnya gimana? Bukankah dulu papa beli dengan meminjam nama bapak?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Pembalasan Rita    Chapter 38 Kejang

    Amarah membuncah dalam diri Apriyanto. Berkali-kali ia mengumpat merutuki diri sendiri. Bagaimana ia bisa lupa jika sekarang adalah hari libur. Tentu saja, kantor tempat Rita dahulu bekerja sepi dan tutup. Hanya ada sekuriti perusahaan yang berjaga di depan dan kini mereka berempat menatapnya penasaran."Tolol, bagaimana aku bisa lupa hari?!"Salah satu sekuriti mendekat ke arah pria yang masih setia duduk di atas motor tepat di tengah jalan masuk kantor yang dibatasi dengan rantai besi. Pria itu terlihat berantakan dan kusut, tapi rasanya ia seperti pernah melihatnya, walau tidak ingat pasti bertemu di mana."Ada yang bisa saya bantu Pak?" Semakin dekat jaraknya berdiri dengan orang yang masih duduk di atas motor. Sekuriti itu terhenyak melihat raut wajah pria di depannya yang tidak hanya terlihat kusam dan berantakan tetapi juga pucat.Fokus Apriyanto tidak pada sekuriti di depannya melainkan pada pintu kaca kantor yang tertutup. Pandangannya kosong seperti orang linglung. Emosinya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07

Bab terbaru

  • Pembalasan Rita    PEMBALASAN RITA

    Arka terdiam di dalam mobil saat sebuah mobil polisi berhenti di belakangnya. Dadanya bergemuruh hebat, ia sungguh yakin tidak ada seorangpun yang menghubungi polisi. Nathan juga tadi sudah tidur di kamar tamu. Sorot senter mengenai kaca mobil hingga membuat matanya silau. Arka berusaha mengangkat kedua tangannya guna menghalau sinar senter tersebut agar bisa melihat siapa orang yang berada di luar sana.Kunci pintu terbuka tiba-tiba secara otomatis bersamaan dengan pintu belakang mobilnya terbuka tiba-tiba dan sosok serba hitam menjerat lehernya dengan kabel ulir.Arka berusaha meronta dan menghalau kabel tersebut, menahan dengan tangannya seraya tangannya yang lain berusaha meraih sosok yang berada di belakang. Saat ia berusaha meloloskan diri, tak berselang lama terdengar suara tembakan dari belakang mobilnya. Orang yang memegang senter menyilaukan itu roboh dan suara langkah tergesa yang sangat dikenalnya mendekat ke arah mobilnya."Lepaskan jerat itu atau a

  • Pembalasan Rita    KEBAKARAN PANTI

    "Engh … engh … engh …!" Deru napas Ambro menggebu dengan geliat tubuh yang terbatas. Ambro tahu ada suara mendesis hewan melata tak jauh darinya.'Jangan biarkan ularnya dekat-dekat Ambro, Tuhan! Ambro takut digigit!'Kaki dan tangan anak itu dalam keadaan telanjang dan menggigil terikat di sebuah kursi dengan mulut pun juga terikat. Ia tak bisa berteriak karena juga tak tahu di mana kini berada. Hanya terdengar tetes suara air dari keran yang tak tertutup rapat dan suasana di sini senyap, gelap dan sangat dingin, serta badan pun terasa nyeri ditambah lagi ia haus dan lapar.Sejak ia sadarkan diri lima jam yang lalu, dirinya sendirian. Takut pasti, tapi bagaimana lagi. Ia tahu sang ibu dan saudara-saudaranya pasti tak ada di sini.'Tuhan, Ambro takut. Mamak mana, Tuhan? Ambro nggak mau mati. Kasihan Mamak.'Sementara itu di luar bangunan gudang terbengkalai itu. Narto duduk di bawah pohon menatap kosong ke arah langit malam. Ra

  • Pembalasan Rita    DOA AMBRO

    Pengintaian di beberapa titik dan rumah yang sering disinggahi oleh Narto masih tidak membuahkan hasil. Pria itu seperti tertelan bumi bersama dengan Ambro si bocah kecil."Bagaimana apa terlihat pergerakan di dalam rumah?" tanya Michael Alsaki pada anak buahnya."Tidak ada, Ndan. Sudah pasti anak itu dibawa pergi.""Geledah rumahnya.""Siap, laksanakan."🌺Arka duduk termenung di teras belakang rumah Daya. Malam semakin menua, seharian ini ia hanya di rumah menemani kekasih hati yang terguncang hebat. Selain Ambro yang belum diketahui keberadaannya, Arka juga harus menahan diri untuk mencari Narto yang sampai detik ini belum menghubungi entah apa maunya, sementara Entin dan anak-anaknya sekarang berkumpul di sini. Biarkanlah polisi yang bekerja walau hatinya tak tenang.Ingin ikut membantu pun, hati tak tega meninggalkan Rita dan Eshan yang sangat terpukul. Putranya tampak sangat kehilangan sang sahabat. Eshan mengurung diri di kama

  • Pembalasan Rita    AKHIR DARI RAKMI

    "Kamu tidak mengerti, tidak akan pernah bisa mengerti karena apa? Karena otakmu yang kecil itu hanya berisi tentang bule bangsat itu. Bisa-bisanya kamu masih memikirkan dia setelah jadi istriku. Kamu pikir aku nggak tahu, jika kamu sering menyebut namanya selama kita menyatu?! Hah!Jawab aku Rakmi! Kamu pikir aku nggak tahu kamu nggak pernah setia! Buktikan kalau aku salah. Aku yang sudah terzolimi di sini maka dari itu aku harus memiliki semuanya, aku sudah bekerja sangat keras untuk memajukan perkebunan ini. Dia hanya pemilik tanah. Kamu dengar itu Rakmi, laki-laki pujaanmu itu hanya pemilik tanah, aku akan hancurkan dia bahkan Daya dan anak keturunannya tidak akan mendapatkan apapun," tukas Yusuf Suhardiman."Mas, jangan begitu. Kasian dia, Mas.""Halah … sok aja kamu hanya mencoba menarik simpatinya saja. Dia tidak akan pernah berpaling kepadamu. Kalau bukan aku yang menikahi kamu, nggak ada orang yang mau sama kamu. Das

  • Pembalasan Rita    MATI DITANGANKU

    Satu hari sebelumnya"Aku mau kamu membawa pergi jauh Ambro. Jangan sampai Rita menemukan anak itu. Kalau perlu kamu matikan saja dia."Percakapan Rakmi yang membelakangi Apriyanto membuat pria itu yang awalnya melamun tentang penyesalan kedatangan Rita dan bagaimana akhir dari wanita yang dicintai malah berseteru dengan sang ibunda sadar dari lamunannya."Iya habisi saja dia. Seharusnya kamu sudah lakukan itu sejak dulu. Aku tidak mau punya cucu penerus dari rahim Rita.""Ibu apa maksudnya itu?" tanya Apriyanto yang kini duduk di bangku, "apa aku masih punya anak? Bukankah anakku sudah mati?""Iya anakmu sudah mati," jawab Rakmi tenang seraya menyimpan kembali ponselnya."Ibu bohong! Aku tahu anakku masih hidup. Maka dari itu aku akan membuat perjanjian dengan Rita.""Kamu sudah gila!" bentak Rakmi dengan mata melotot ke arah Apriyanto."Ibu yang gila," balas Apriyanto dengan gerakan."Lancang kamu Apri

  • Pembalasan Rita    PENCULIKAN

    Rita bersedekap duduk di kursi anyaman rotan yang berada di dalam kamar Arka. Pikirannya mengembara pada kejadian seharian kemarin yang sangat menguras fisik dan mentalnya sekaligus mengguncang batinnya dengan segala peristiwa yang terjadi. Perseteruan dengan Rakmi sampai pada pengakuan Yesi yang sudah ia perkirakan dan tetap membuat dirinya sangat kecewa serta berita baik yang membuktikan bahwa Ambro adalah buah hatinya dengan Apriyanto.Lalu kembalinya Arka dengan raut wajah letih walau terbalut dengan senyum tetapi hal itu tidak bisa menutupi kepekaan Rita, ia sudah berjanji untuk memberikan perhatian untuk pria tercintanya. Rita tak bisa tidur nyenyak, bahkan semalam ia hanya bisa memejamkan mata selama 3 jam setelah kembalinya Arka pada pukul 1 dini hari karena itulah pada jam 4 pagi ini ia duduk menyendiri di kamar Arka."Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Kamu nggak tidur?" Suara serak Arka, ciri khas bangun tidurnya memenuhi malam yang hening.Rita y

  • Pembalasan Rita    RUMAH DAYA

    "Jika kamu memang masih ingin membantu Yesi dan anak-anaknya, tolong jauhkan mereka dari cucuku. Mama nggak mau sampai Eshan terpengaruh omongan yang tidak-tidak. Bagaimanapun ada gen Rakmi di tubuh mereka," tegur Daya begitu Rita selesai menemani Eshan tidur siang.“Cucuku masih sangat polos untuk direcoki urusan orang dewasa. Sebaiknya kamu pindahkan mereka atau Mama yang mencarikan tempat tinggal lainnya,” tambah Daya.Rita melirik ke arah dapur tempat Yesi berada sedang bercengkrama dengan Eli dan pengurus rumah tangga sebelum meraih tangan Daya dan mengajaknya masuk ke kamar mamanya.“Ma, sebelum Rita menjawab hal itu sebetulnya ada apa? Kenapa Mama meminta kami ke sini?”“Janu yang menyuruh.”“Abang Janu? Kenapa?”“Kamu tahu tidak di mana Arka?”“Sedang meninjau gudang yang terbakar bersama Abang Kenzo.”“Itulah sebabnya, Janu meminta kalian ke

  • Pembalasan Rita    KUMPUL KEBO

    "Brengsek! Bisa-bisanya Apri menuduhku sengaja kecelakaan. Otaknya memang sudah tidak beres," sungut Rita dalam perjalanan pulang dengan Erwin.Erwin tak mengucapkan sepatah katapun melihat sendiri kondisi Apriyanto memang bisa dikatakan demikian. Bisa jadi pria itu memang sudah mengalami depresi mendalam. Apalagi ada ibunya tadi datang, Apri sempat mematung tidak percaya jika sang ibu akan kembali berhadapan dengan Rita dan juga Rita yang ia ketahui selama ini sebagai wanita pengalah bisa begitu berani membalas Rakmi.“Apa yang akan kamu lakukan pada mertuamu itu?”“Kami masih mengumpulkan bukti dan sepertinya nanti Mama dan Abang yang akan turun tangan langsung.”Erwin mengangguk. “Ya, sebaiknya kamu berkonsentrasi dulu untuk masalah perceraian dan anak. Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan si Arka?”Rita mendesah dan menunjukkan raut wajah bersalah. “Jujur aku sampai lupa waktu membangun kemesraan denganny

  • Pembalasan Rita    TAK ADA BEDA

    Deru napas semakin memburu, kedua tangan mengepal erat di samping tubuh."Siapa kaki tanganmu?" tanya Rita, dingin sedikit bergetar karena emosi yang semakin membumbung tinggi, sementara batinnya tidak karuan."Kaki tanganku? Yang menyingkirkan anakmu atau calon suamimu dulu?" balas Apriyanto tak kalah datar dan dingin.'Anak?!'Punggung Rita sudah lembab bukan gerah tetapi karena keringat dingin yang mengalir. Matanya melotot tajam terlihat jelas kecewa, sakit hati dan amarah hingga titik peluh menghiasi wajahnya."Jadi kamu tahu siapa yang menabrakku sampai anakku mati, hah?!"Gelegar tawa membahana dari kamar khusus di mana Apriyanto ditempatkan. Apriyanto yang awalnya memunggungi Rita segera berbalik tapi tidak beranjak dari tempatnya duduk bersila di atas ranjang.Seraya menunjuk ke arah Rita, ia berkata, "Kamu yang ceroboh sampai bisa tertabrak! Kamu yang sok mandiri supaya mendapatkan perhatian lebih dari ibuku, sengaja melakuk

DMCA.com Protection Status