“Ha!”Madoka langsung berlari cepat melesat. Hanya satu tujuan yang ingin ia capai. Lantai 2 di mana Dante di sembunyikan.Bang!Bang!Bang!Ratata! Ratata!Semua senjata terarah pada Madoka. Tapi bukan Madoka—Mad Dog namanya, kalau tidak bisa beraksi tanpa celah. Ia berhasil melewati setengah dari ruangan itu.Sayang, sebuah peluru melesat tak terdeteksi oleh telinga tajam pria cantik itu dan mengenai pangkal pahanya.“Akh!”Bruk!Madoka terjatuh tepat di atas anak tangga terbawah. Ia merintih kesakitan sementara semua musuhnya menertawakannya.“Nyawamu tinggal 1 kah, Kitty?” ejek salah satu dari mereka sambil memanggul senjata laras panjangnya dengan gaya angkuh.“Miauw! Ha! Ha! Ha!” sambar yang lainnya.Madoka masih berusaha untuk setidaknya duduk di atas tangga dan membentengi diri dengan tongkat panjang yang masih ada di tangannya.Dan setelah ia berhasil duduk di atas anak tangga sambil bersandar di tiang tangga itu, ia langsung mengarahkan tongkat panjangnya ke arah mereka semu
Sementara itu, di gudang tua di mana Visha dikurung, Javier baru saja melumpuhkan 5 penjaga yang bertugas di belakang gudang.Sampai saat ini Javier dan Madoka masih menebak-nebak siapa dalang dibalik penculikan Dante. Yang sedikit membuatnya lega adalah kabar dari Madoka kalau tuan mudanya sudah selamat di tangan Madoka.Yang tersisa kini adalah menyelamatkan Visha dari gudang itu. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda Luca mengirimkan bala bantuan untuknya. 'Berarti aku harus bekerja sendirian ,' keluh Javier dalam hati.Bukannya ia tidak bisa mengalahkan mereka, hanya saja, sudah lama sekali sejak perkelahian besar dulu. Ia tidak terlalu yakin hasilnya akan baik.Jadi, ia harus sangat berhati-hati saat mendekati gudang. Tidak mau kehadirannya ketahuan terlalu cepat dan harus menghadapi mereka semua sendirian. Untungnya, Javier membawa senapan yang tidak bising, jadi ia bisa membunuh musuh dalam kesunyian.Saat ini, ia berhasil masuk ke dalam gudang dari pintu belakang dan
"Bagaimana kondisi putri saya. Dok?" Luca betanya dengan nada penuh kekhawatiran.Setelah menyelamatkan Visha dari gudang, Luca langsung membawanya ke rumah sakit. Ia juga memeriksakan kondisi Dante serta ketiga temannya.Secara tidak langsung, semua kejadian ini adalah karena kesalahannya dalam mengambil keputusan."Nona Navisha sepertinya kelelahan. Beberapa jam menerima cairan infus akan membuatnya segar kembali. Tapi, kalau bisa, biarkan Nona beristirahat sendiri, tanpa diganggu dengan urusan yang berat."Dokter keluarga Cavallo yang baru saja kembali dari penugasan di negara lain itu, menjelaskan sambil memberikan tatapan menegur."Yeah. Terima kasih, Dok."Dokter tua bernama Benigno tersebut pun pamit, setelah melihat raut wajah Luca yang sudah memahami maksudnya. Seperti apa yang dikatakan Dokter Benigno, Luca pun meminta Javier untuk berjaga di kamar perawatan Visha. Ia sendiri langsung ke kamar Dante dan tiga temannya untuk menerima laporan hasil pemeriksaan."Organ dalam s
"Aku tidak terlibat, Pa. Kau tahu sendiri apa yang sedang kukerjakan. Kau bisa memeriksaku secara terbuka. Aku tidak keberatan," tantang Ernesto sambil meletakkan ponselnya di atas meja.Helaan napas berat keluar dari mulut Luca. "Hati manusia tidak ada yang tahu, Ernesto. Maafkan kalau Papa membuatmu marah. Papa sedang tidak dalam keadaan bisa mempercayaimu dan ibumu." Luca mengalihkan pandangannya kembali pada jalan raya yang sesekali terlihat rapat dengan mobil.Mereka kembali terdiam. Luca benar-benar kesulitan memutuskan, siapa yang akan ia percayai.Melihat netra Ernesto yang mampu menatap matanya dengan tidak goyah, Luca pun tidak yakin lagi dengan keraguannya.'Walau bisa saja, ada kemungkinan Ernesto mencoba-coba dengan berpura-pura menantangku seperti ini. Argh! Aku tidak tahu lagi mana kebenaran,' keluh Luca dalam hatinya. Setelah terdiam cukup lama, Luca akhirnya membuka suara, memecah keheningan di antara mereka."Aku akan menuntut Bianca." Luca mengumandangkan keputus
Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. Bianca yang baru saja tiba di bandara negara Italia langsung dikawal oleh Damian dan Madoka, menuju ke tempat yang belum pernah ia datangi."Kalian mau bawa aku ke mana?! Aku tidak tahu tempat ini!" seru Bianca panik. Madoka pun tersenyum lebar, mencoba menenangkan istri bos-nya itu, sambil berkata, "Tenang saja, Madam. Tidak ada yang mungkin berani melukai Madam."'Kecuali Bos Luca sendiri,' lanjut Madoka dalam hati."Tapi ada keperluan apa, kalian menjemputku ke tempat yang tak kukenal ini, Madoka?!" tanyanya dengan nada yang mulai meninggi.Madoka mencoba sabar, karena Luca sudah memperingatkan mereka untuk tetap bersikap hormat pada Bianca.Melihat Madoka yang sudah diambang batas kesabaran, Damian memutuskan untuk menjawab kemarahan Bianca, "Bos Luca meminta kami untuk membawa Nyonya ke sini. Mohon bersabar sampai Nyonya berada di tempat tujuan. Nyonya bisa menanyakannya pada Bos Luca."Bianca tak lagi membantah. Ia sedikit takut kala
"Je—jeruji besi?! Apa yang sedang kau bicarakan, Luca?! Apa yang kulakukan, sampai aku mendapat ancaman seperti ini darimu?!" Bianca masih terlihat mengelak. Netranya membulat dan terlihat gemetar, memaksa diri untuk memandang wajah Luca.Luca sendiri terlihat semakin terluka. Ia tidak ingin mengubah pembicaraan yang tenang ini menjadi beringas. "Tch! Ernesto, kau lihat sendiri seperti apa kerasnya hati ibumu—""Ini tidak ada urusannya dengan Ernesto!" raung Bianca memotong ucapan Luca. Tapi Ernesto langsung meminta perhatian Bianca. "Ma, apa benar kau menyuruh orang menculik Dante? Apa benar kau meminta pria ini untuk mengurung Kak Visha?" Ernesto menggenggam tangan Bianca erat-erat, tapi ia sendiri tidak tahu harus berharap apa.Berharap Bianca mengakui perbuatannya? Tapi bagaimana kalau sang ibu tidak melakukannya? Bagaimana kalau bukti-bukti di tangannya sekarang tidak benar? Mungkin ada yang menjebak Bianca? "Ernesto, jangan percaya dengan semua ini. Mama tidak melakukan ap
Beberapa hari berlalu sejak kejadian penculikan. Visha pun sudah sehat lagi dan sedang mempersiapkan diri untuk dilantik dalam rapat pemegang saham.Dante sendiri tidak terlalu terpengaruh dengan kejadian itu. Mungkin karena pria yang menjaga mereka tidak melakukan hal buruk. Luca bahkan menerima pria tersebut menjadi anak buahnya.Dan hari ini, adalah rapat pemegang saham yang dilaksanakan di luar kewajiban perusahaan, karena adanya perubahan susunan manajemen di Viensha Ltd. "Apa ada yang perlu kulakukan?" tanya Visha pada Damian.Pria itu menggeleng. "Tidak ada, Nona. Hanya di akhir acara, harus berdiri menerima ucapan selamat dari para pemegang saham."Visha mengangguk percaya pada ucapan Damian. Ia sudah membayangkan dirinya harus maju ke depan dan memperkenalkan diri.Sesuatu yang membuatnya cukup rendah diri, kalau sampai ada yang terdengar membandingkannya dengan sang ayah."Nona, sudah akan dimulai." Damian membuka pintu ruang persiapan dan mengantar Visha ke ruangan yang
"Astaga, Kak! Minum dulu! Kenapa kau tersedak sih?!" bisik Ernesto sambil melirik ke arah para peserta rapat, kalau-kalau ada yang melihat momen bodoh sang kakak yang tiba-tiba terbatuk tanpa sebab.Adik laki-lakinya itu langsung membukakan air mineral botol kecil yang ada di hadapan Visha dan menyuguhkan padanya.Visha sedikit malu, karena pada akhirnya, ia menarik perhatian beberapa peserta rapat yang sedang serius menanggapi isu mengenai karyawan.'Javier! Dan balasan bodohnya!' keluh Visha dalam hati. Begitu pun, ia masih tidak tahu bagaimana harus membalas pesan Javier yang terakhir tadi. Padahal ia hanya berniat bercanda, tapi sekarang ia jadi terjebak sendiri dengan gurauannya itu.Setelah merasa tenggorokannya sudah tidak gatal, Visha pun membalas pesan Javier tadi.Ia memutuskan untuk mengabaikan pesan Javier dan membahas hal lain.Visha C. [11.45]: Kesampingkan itu dulu. Tolong beri aku laporan mengenai keluarga Adinata segera.Atas pesannya itu, Visha mendapatkan 'ok' seba