“Uhm ....”Kerutan di dahi Visha terbentuk spontan kala ia mendengar suaminya—Javier, mengeluarkan suara aneh dari bibirnya.“Kau kenapa, Jav?” tanya Visha sambil menepuk pelan punggung tangan suaminya.Javier mengerjapkan netranya dan menggeleng. ‘Rasanya tak enak. Seperti ada bahaya mengint—“Prang!Spontan Javier beranjak dari kursi makannya menuju ke arah teras apartemen, di mana sumber suara terdengar.“Nana, bawa Dante masuk ke kamar!” seru Javier sebelum menghilang menuju teras bersama Madoka.Pintu kaca yang memisahkan ruang dalam dengan teras luar sudah hancur berkeping-keping. Namun, tidak ada tanda seseorang menembak atau melemparkan batu.“Sial! Siapa yang melakukan ini?!” raung Javier sambil mengikuti Madoka yang langsung memeriksa ke luar.Javier tetap berada di balkon, sementara Madoka mengecek sekitar dengan lincahnya.Setengah jam kemudian, Madoka kembali ke teras sambil menggelengkan kepalanya.“Kalau ini ulah sniper, tidak ada pelurunya. Batu pun tak ada, Javier. Ap
“Apa ada info lanjut dari serangan kemarin, Damian?”Luca yang tengah beristirahat di teras lantai 2 kediamannya itu pun meletakkan gelas berisi minuman keras di atas meja bulat.Tapi gelengan Damian membuatnya mengambil lagi gelas itu dan menenggak hingga habis.“Shadow mencoba menembus data mereka, tapi tidak berhasil, Tuan. Sepertinya mereka memiliki orang selevel dengan Shadow.” Damian menambahkan penjelasan mengenai usaha apa yang sudah mereka lakukan sejauh ini.“Ha! Generasi muda!” rutuk Luca yang terlihat kesal dan tak sabaran. Ia kemudian memerintahkan, “Segera cari tahu siapa mereka, Damian! Aku tak suka berlama-lama ada di titik buta!”“Baik, Tuan.”Sepeninggalan Damian, Luca pun langsung menghubungi seseorang. Ketika ponselnya sudah terhubung dengan orang itu, Luca langsung bicara tanpa menyapa, “Kau punya utang denganku. Aku minta kau melunasinya sekarang.”*** Sementara itu Visha yang berada di kantor hari ini pun cukup tidak fokus dengan pekerjaan
“Ha! Siapa sangka pelakunya muncul sendiri, hm? Apa yang kau mau, hingga menerobos kantorku seperti ini?!”Visha menantang mereka tanpa takut. Ia sepertinya lupa kalau dirinya tengah hamil. Namun ketakutan Visha memang tak muncul menghadapi pria yang mengaku bernama Gale tersebut.Entah apa yang terjadi. Mungkin saja, ini yang disebut bawaan bayi.Namun sikap Visha itu membuat Gale kembali tertawa seperti maniak. Melihat Visha yang tangguh benar-benar membuat Gale lupa akan tujuan awalnya.Ia jadi menginginkan wanita yang belum setahun menjadi istri sah Javier, untuk berada di sisinya. Memimpin klan miliknya.“Aaah ... bagaimana ini?” rengek Gale sambil menatap Visha dengan pandangan penuh hasrat. Langkahnya semakin mendekat ke arah Visha yang berdiri dekat meja kerja.Dipandang dengan cara demikian, Visha pun mulai berpikir untuk membentengi diri. Dia tidak bodoh, sehingga tidak tahu arti pandangan itu. Dengan cepat ia menarik laci mejanya dan mengambil senjata yang diberikan Javier
“Baik, Dok.” Javier pun beranjak dari kursinya setelah pamit pada dokter psikolog yang berdiskusi dengannya tadi.Ia mengikuti Dorothy menuju ke ruang kerja dokter itu, sementara Visha sedang dipindahkan dari UGD menuju ke kamar perawatan. Luca dan Dante bersama dengan sang istri saat ini.Hatinya tak karuan karena ia pernah melihat adegan seperti ini di salah satu drama televisi. Dokter akan memberitahu berita buruk dan—“Jav! Kau kenapa bengong?!” protes Dorothy kesal, karena merasa pria itu mengabaikan ucapannya barusan.Netra Javier mengerjap bingung. Ia sama sekali tidak mendengar apa saja yang sudah dikatakan oleh Dokter Dorothy sementara pikirannya malah melayang teringat cerita Madoka setelah pria cantik itu menonton sinetron.“Maaf ... aku tidak fokus.” Javier terkekeh sambil menggaruk kepala belakang yang tiba-tiba terasa gatal. Ia tidak mungkin mengatakan dengan jujur kalau ia tengah mengingat plot cerita sinetron yang pernah didengarnya itu.Dorothy pun hanya menghela napa
"... aku mencurigai Ernesto.”Sepeninggalan Luca, kata-kata pria tua tadi terus terngiang di kepala Javier. Ia tidak menyangka Luca akan mengatakan hal yang tidak masuk akal.Kalau dulu, mungkin Javier tidak menganggap aneh jika Luca mengatakan hal demikian.‘Tetapi, setelah hampir sepuluh tahun Nana hidup berdampingan dengan Tuan Muda Ernesto, tidak ada hal yang membuatku curiga,’ nilai Javier dalam hati. Tentu saja. Justru yang terjadi adalah Ernesto yang selalu mengkhawatirkan kondisi Visha. Saat terjadi sesuatu pada Visha, Ernesto langsung menyuruh Javier kembali dan menyelamatkan sang kakak.‘Mungkin Bos Luc—ah, maksudku ayah mertuaku itu hanya bersiaga.’ Mencoba positif, Javier berharap apa yang dicurigai Luca tidak menjadi kenyataan.Luca memang tidak menjelaskan dengan rinci apa yang membuatnya memandang Ernesto sebagai musuh dalam selimut. Jadi, Javier juga tak bisa ikut menilai.‘Begitupun, aku harus tetap siaga. Kurasa tujuan Ayah mengatakan itu padaku adalah untuk aku ti
“Takut? Benar. Aku sama sekali tidak mearasakan takut.”Visha menatap Javier dalam-dalam. Ia mempertanyakan pertanyaan Javier dalam hati, ‘Kenapa memangnya kalau aku tidak merasa takut? Aneh kah, kalau aku merasa takut?’Bahkan raut wajah Javier yang ditampakkannya seperti orang yang sedang melihat hantu. Kaget dan panik.Begitupun, Visha menambahkan, “Aku ingat benar, yang kuinginkan saat itu adalah merobek wajah meringis Gale yang mengejekku.”Javier tak juga berkomentar. Akhirnya Visha bertanya setelah ia menghela napas, “Apa aku aneh menurutmu, Jav? Kau tahu, kau terlihat panik ....”Menyadari kuatnya respon lewat raut wajah sendiri, Javier pun segera memasang wajah senyum walau dipaksakan.Sebagai balasan untuk kejujuran Visha, Javier pun mengungkapkan penilaiannya, “Aku hanya merasa, responmu sangat tidak biasa, Nana. Bahkan aku mungkin masih ada ketakutan saat melihat musuh dalam jumlah yang banyak.”Visha terdiam sesaat, mencoba mencerna lalu membandingkan dirinya dengan apa y
Keesokan paginya di kediaman Cavallo.Luca mengetuk permukaan meja kerjanya tak berhenti, sementara telinganya sibuk mendengarkan rekaman pembicaraan kemarin dengan Louis.‘Apa Ern akan menjadi rendah sampai menggunakan cara kotor seperti ini? Atau aku yang terlalu negatif merespon kelakuannya?’ batin Luca dengan penuh pertanyaan.Masih larut dalam pertimbangannya, Luca dikejutkan dengan ketukan pelan di pintu ruang kerjanya yang memang dalam keadaan terbuka.Damian membungkuk sedikit sambil memberitahu, “Tuan, Tuan muda Ernesto sudah datang.”“Mm!” Luca berdehem seraya melepas penyelia suara di telinganya, lalu mengatur napasnya untuk menahan emosi yang tidak diperlukan.Tak lama setelahnya, Ernesto muncul dengan raut wajah santai. “Papa! Tumben sekali Papa memanggilku seperti ini. Ada apa, Pa?”Luca menatap Ernesto, seolah menilai penampilannya, padahal ia tengah menimbang dari mana ia akan membuka percakapan ini.“Aku mengunjungi Baltimore,” ujar Luca akhirnya memutuskan untuk lang
“Aku pergi dulu, Ayah.”Javier langsung pamit setelah mereka tiba di teras kediaman Cavallo. Ia tidak mau berlama-lama meninggalkan Visha dan Dante di luar pengawasannya.Namun, Luca menepuk pundak Javier, mencoba menahan menantunya itu. Ia berujar, “Jav ... kuharap kau tidak menyetujui apapun yang diputuskan Ern—“Ucapan Luca menggantung, karena Javier sudah langsung menggelengkan kepalanya. “Dia seorang pemimpin, Ayah. Tidak mungkin aku tidak mengikuti perintahnya.”Dan sebelum Luca bisa menangkis ucapan Javier, menantunya itu menambahkan, “Cavallo akan baik-baik saja. Pasti.”Tak lagi ingin melanjutkan percakapan tersebut, Javier pun langsung masuk ke dalam mobil dan berlalu dari hadapan Luca.Damian sendiri juga berpikir kalau Luca tidak bisa menyalahkan Javier. Semua ini adalah karena kebodohan Ernesto.“Damian, apa keputusanku malah membawa Cavallo pada kepunahan?” tanya Luca sambil menatap mobil yang sudah membawa Javier jauh dari jangkauannya.Sekretaris Luca itu membetulkan l