"Faaruuq! Apa yang sedang kau lakukan di sini!" bentak Ghazi. Ia lalu mendorong tubuh wanita yang menindihnya dan segera mengambil pistol dari bawah bantalnya.Ryan tetap diam, wajahnya masih terlihat tenang. Tidak ada jejak kepanikan atau ketakutan pada dirinya.Sambil menodongkan pistol, Ghazi menatap Ryan yang masih memakai wajah Faaruuq dengan tajam. "Kenapa kau diam saja!"Dor!Peluru tajam melesat dengan kecepatan kilat, mengiris angin dan bergerak menuju dahi Ryan. Bagi orang biasa, bahkan seorang Grand Master pun, peluru seperti itu akan menjadi akhir hidup mereka. Namun, Ryan bukan orang biasa.Dang!Bagaikan menghantam besi tebal, peluru itu langsung terpantul melubangi plafon di atasnya. Hal itu membuat Ghazi terkejut. "Tidak mungkin! Kamu bukan Faaruuq! Siapa kau sebenarnya?!"Ryan tetap diam, namun matanya berkilat menghina, seakan sedang melihat seorang badut di pesta ulang tahun. Ia kemudian mulai mengumpulkan energi Qi di tangan kanannya, membuat aura berwarna hijau me
"Kalian mencariku?" suara Ryan menggema di tengah malam yang gelap, menggegerkan semua anggota teroris yang berkumpul di sana.Saat semua orang melihat ke arah sumber suara itu, mereka semua terkejut. Di sana, Ryan yang masih menggunakan wajah Faaruuq, berjalan mendekati Ghazi dengan santai. Ia melewati semua anggota teroris di sana, seakan-akan semua anggota teroris di sana hanyalah bayangan yang tidak berarti.Namun, setiap langkah yang diambil Ryan memicu kebakaran yang mengerikan. Api hijau memenuhi tubuh beberapa anggota teroris yang dilewatinya. Api hijau menyala begitu terang, menyelimuti tubuh para anggota teroris di dekatnya. Jeritan-jeritan kesakitan yang nyaring mengisi malam, menciptakan pemandangan yang mengerikan. Pemandangan tersebut membuat para anggota teroris lain yang berkumpul di depan rumah Ghazi menelan ludahnya. Mereka bergitu terpaku melihat kejadian ini. Di mata mereka, Ryan bukan lagi manusia biasa. Ia adalah jelmaan iblis yang naik dari neraka, datang untu
Mendengar pertanyaan Ryan, Ghazi hanya mampu mengeluarkan suara-suara gemetar. "Bu-bunuh aku … a-aku mohon …" serunya dengan suara penuh ketakutan.Penampilan Ghazi benar-benar telah berubah. Ghazi yang dulu merasa tinggi dan arogan, kini tampak menyedihkan. Tubuhnya lemas, lunglai tergeletak di atas tanah. Wajahnya yang dulu penuh dengan rasa superioritas, sekarang basah oleh air mata yang tak henti mengalir, membasahi jenggotnya yang lebat. Buih tampak keluar dari mulutnya, menandakan betapa kerasnya ia menahan rasa sakit yang diterimanya. Matanya terlihat kosong, seakan-akan mentalnya telah hancur.."Hei, jangan begitu," Ryan menggelengkan kepalanya. "Aku sudah berbaik hati memberimu kesempatan hidup, tapi kenapa kamu sekarang malah ingin mati? Dasar aneh …"Walau begitu, Ghazi sepertinya sudah tidak dapat menangkap ucapan Ryan lagi. Ia berulang kali mengucapkan hal yang sama, memohon pada Ryan untuk segera mengakhiri hidupnya.Wajah Ryan yang tadinya penuh dengan kemanusiaan, mend
Tanpa menunggu waktu lagi, Ryan langsung mengangkat panggilan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya itu. “Halo Arin?”“Hai Ryan,” sahut Arin. Suara Arin yang lembut terasa sangat menenangkan hati ketika didengar, memunculkan seulas senyum di wajah Ryan. “Apa kabar? Sehatkan?” tanya Ryan.Sekilas Arin terkekeh mendengar suara Ryan. Ini kali pertamanya Arin meneleponnya setelah Ryan keluar dari rumah sakit. Ryan dan Arin pernah beberapa kali berkirim pesan melalui aplikasi chat, tapi sudah satu bulan lebih mereka tidak bertukar pesan. Maka dari itu, Ryan sedikit terkejut saat Arin meneleponnya.Suara tawa Arin sarat akan kesedihan, namun sekeras mungkin wanita itu menyembunyikan perasaannya. "Sehat dong, aku mau bilang selamat dan terima kasih sama kamu.""Mungkin ini sudah agak terlambat, tapi …" Arin menghela nafas dan melanjutkan kalimatnya, "Selamat atas launchingnya produk skin care kamu dan terima kasih banyak atas krim anti-aging yang kamu berikan. Apalagi krim ini sangat co
Mendengar ucapan Arnold, Ryan mengerutkan dahinya, "Apa yang terjadi? Jelaskan secara perlahan!"Mengambil nafas panjang, Arnold kembali berkata, "Bos, saya baru saja mendapat informasi dari Hendra. Istri Bos–Dian, akan melangsungkan pernikahan bulan depan."Informasi ini bagaikan petir di siang bolong. Emosi Ryan meluap, energi Qi yang tersimpan di dalam tubuhnya mendadak menyeruak keluar. Api Surgawi di dalam Dantian Ryan ikut merasakan fluktuasi emosi Tuannya, membuat kekuatan mereka meresap keluar, menciptakan udara panas dan dingin.Semua itu membuat pesawat bergetar dan menciptakan turbulensi udara. Alarm tanda bahaya terus berbunyi di dalam kokpit. Pilot pesawat terus berusaha mengendalikan pesawat agar tidak jatuh."Bos! BOS!" Arnold berteriak dari ujung telepon. "Apa Bos mendengarku?"Suara Arnold langsung menyadarkan Ryan dari kondisinya. Ia pun langsung menekan kembali kekuatannya, mengembalikan keadaan kembali normal. "Maaf Arnold, aku agak terkejut dengan informasi yang k
Lokasi pabrik Super Cola milik Arin berada di kawasan industri Cibolerang. Tidak sampai satu jam, mobil yang Ryan tumpangi tiba di tujuan. Di sana, Arin telah menunggu Ryan di depan lobi.Saat Arnold turun dan membukakan pintu kursi penumpang, tatapan Arin berfokus pada seorang pria berperawakan tampan yang turun dari kursi penumpang. Tenang dan santai adalah kesan pertama yang ia lihat dari sosok Ryan. Terakhir kali ia bertemu dengan Ryan, penampilan Ryan tidak setampan sekarang. Ryan dengan jas yang pas di tubuhnya, serta gundukan otot yang tidak terlalu besar itu terlihat mempesona. Tubuh yang tinggi menjulang begitu proporsional. Untuk sepersekian detik, Arin dibuat terbuai akan pesona seorang Ryan, pria yang pernah ia tolong.“Lama tak jumpa, Arin.” Ryan tersenyum seraya menjulurkan tangannya. “Kamu semakin cantik saja.”“Terima kasih Ryan. Berkat krim yang kamu berikan, sekarang wajahku semakin kencang.” Arin menjabat tangan Ryan dan berkata, “Dan juga, selamat datang di perusa
Sepuluh preman yang dibawa oleh Alex dengan cepat mengelilingi Ryan, siap untuk menghajarnya. Mereka merasa memiliki keunggulan jumlah dan percaya bahwa Ryan dan lainnya adalah mangsa yang mudah.Namun, sebelum mereka bisa melancarkan serangan pertama, Arnold dengan santai melangkah ke depan Ryan. Sambil tersenyum, ia berkata, "Bos, serahkan semua ini padaku."Arnold melihat ke sekelilingnya dan berkata dengan nada provokasi, “Majulah kalian semua! Aku sendiri bisa mengalahkan kalian dengan mudah!”Alex, yang melihat sikap Arnold seperti itu, tidak bisa menyembunyikan keheranan dan ketidakpercayaannya. "Dasar bodoh," gumam Alex.Para preman itu pun terkekeh dengan sikap Arnold. "Kalian lihat itu? Pria botak itu bersikap sok pahlawan," salah satu preman berkata dengan cemoohan.Preman lain menambahkan, "Ini pasti lelucon. Tidak ada cara dia bisa menghadapi kita."Para preman itu sangat meremehkan Arnold. Mereka bahkan membiarkan Ryan dan Arin keluar dari kepungan mereka, Di mata para p
Melihat Alex yang sudah gila, Ryan menggelengkan kepalanya. Dengan tatapan menusuk jiwa, Ryan menginjak dada Alex tanpa ampun. Krak!"Aaaaaaaah–!" Alex mengerang kesakitan begitu tulang dadanya retak. Akex menangis keras, memohon pada Ryan, "Ja-jangan bunuh aku. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi," ucapnya terbata-bata."Aku akan memberimu kesempatan hidup. Tapi, kau harus menjawab pertanyaan dariku dengan jujur," ucap Ryan seraya terus tersenyum.Alex serasa mendapat amnesti. "Be-benarkah kamu akan membiarkanku hidup?"Ryan mengangguk. Detik berikutnya, senyum di wajah Ryan menghilang, digantikan ekspresi dingin bagai balok es. "Sekarang jawab dengan jujur. Apakah kecelakaan yang menimpaku beberapa tahun silam dan membuatku hidup cacat, bukanlah kecelakaan, tapi kesengajaan?"Mendengar pertanyaan Ryan, Alex memunculkan wajah penuh keraguan dan keengganan. Ryan tanpa belas kasih langsung menekan lebih kuat lagi kakinya yang masih menginjak dada Alex."Aaaah—!" Ter
Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap
Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa
Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema
Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di
Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge
Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp
“Rooaar—!”Suara auman dari manusia yang telah dimodifikasi itu terus terdengar secara bergantian. Alena yang berada di dalam mobil bersama Winnie, Ratna, Latisha, Rahmad, Arin, dan juga Arnold, tampak sangat ketakutan. Sebagai tangan kanan Ryan, Arnold bertekad melindungi semua teman dan juga anaknya dari marabahaya. Arnold kemudian memberi aba-aba pada rekan-rekan gangster dan Praktisi Bela Diri untuk melawan monster tersebut. Di bantu oleh 500 anggota mafia Cosa Nostra, lahan parkir kawasan Jakarta Expo tersebut pun menjadi medan perang.Dududududu—!Suara derap senapan mesin meraung memecah kegelapan malam. Peluru demi peluru dimuntahkan senapan milik anggota Cosa Nostra, meluncur dengan liar ke arah beberapa monster yang berada di dekat mereka. Akan tetapi, begitu peluru tersebut menyentuh kulitnya, bagaikan peluru karet, peluru-peluru itu malah dimentahkan. Hal tersebut membuat mata orang-orang terbelalak."Ini benar-benar gawat!" gumam Arnold. Ia lalu mengeluarkan pisau dari k
Satu per satu, para tamu bergelagat aneh mulai berubah menjadi makhluk menyerupai monster. Mereka semua adalah manusia yang telah dimodifikasi menggunakan NTZ-461. Berbeda dengan seri sebelumnya, seri NTZ-461 tidak hanya meningkatkan kemampuan otak hingga 100%, tetapi juga meningkatkan kekuatan fisik. Akan tetapi, karena masih belum sempurnanya NTZ-461. Mata merah menyala menunjukkan kekacauan pikiran mereka, yang telah hancur akibat penggunaan obat eksperimental itu. Kekuatan fisik mereka melampaui manusia biasa, tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah Albert seperti mesin tanpa jiwa.Yudha, yang masih terkejut dengan munculnya makhluk modifikasi ini, segera sadar akan prioritasnya. "Percepat evakuasi! Jangan hiraukan makhluk-makhluk ini! Utamakan keselamatan para tamu!""Siap Letnan!" Para personel Pasukan Khusus segera mengevakuasi para tamu undangan, tanpa menghiraukan para monster bertubuh besar itu. Beruntungnya, para manusia hasil modifikasi itu sama sekali tidak menghirau
Melihat kedatangan Ryan, air mata mulai menitik dari sudut mata Dian. Ia merasa terharu dan lega melihat sosok pria yang selama ini menjadi cinta sejatinya. "Ryan…" gumamnya pelan, tapi penuh emosi.Hal itu tidak luput dari pandangan para tamu, membuat mereka saling berbisik, membicarakan Dian dan Ryan."Bukankah itu Ryan Santoso, CEO baru LionKing Indonesia?""Sepertinya Ryan dan calon mempelai wanita memiliki hubungan spesial.'"Pantas saja sang calon mempelai wanita terlihat sedih, tampaknya dia dijodohkan dengan paksa.""Wah kasihan sekali Tuan Albert, calon mempelainya akan direbut oleh Ryan malam ini.""Kalau aku jadi Tuan Albert, aku pasti akan malu tujuh turunan."Pembicaraan yang senada seperti itu, menyebar di antara para tamu, membuat Albert sedikit jengkel. Faktanya, Albert tidak merasa malu dengan semua ini. Karena kejadian ini sudah masuk dalam salah satu prediksinya."Ryan, apa yang kau lakukan di sini? Jika kamu ingin memberiku selamat, silahkan minggir dulu. Biarkan k