Setelah Audrey masuk ke dalam lift, Mia menghela napas panjang sambil berjalan menuju pintu keluar mansion . Di dalam pikirannya, Mia berusaha memikirkan cara untuk melaporkan hal ini kepada Elang tanpa membuatnya marah. Sebagai asisten yang dipercayakan untuk menjaga Audrey, Mia tahu bahwa Elang sangat memperhatikan kenyamanan istrinya, bahkan dalam hal kecil seperti kelelahan mencari buku.
Di dalam kamarnya, Audrey duduk di tepi tempat tidur, mengeluarkan buku-buku yang telah dipilihnya. Meski lelah, ada rasa puas di hatinya karena berhasil menemukan buku-buku yang ia butuhkan untuk persiapan ujian. Sementara itu, Mia, dengan ragu-ragu mengetik pesan singkat kepada Nick. Ia tahu bahwa Tuan Elang tidak akan senang mendengar bahwa Audrey kelelahan, namun Mia juga tidak ingin mengabaikan tugasnya. Setelah berpikir sejenak, Mia mengirimkan pesannya: 'Tuan, nyonya Audrey memilih untuk mencari buku sendiri di perpustakaan. SLeo yang masih memakai pakaian formal kerjanya terlihat menunggu dengan sabar didalam mobil sembari menatap sekitar. Leo yang melihat semua siswa-siswi sekolah itu keluar juga ikut keluar menunggu didepan mobil. "Wah ganteng banget." "Kayaknya dia anak orang kaya deh, lihat aja baju dan mobilnya." Leo yang mendengar beberapa bisikan- Ah lebih tepatnya seperti pekikan itu mencoba tidak peduli dan fokus mencari sosok yang dicarinya. Setelah cukup lama ia berdiri didepan mobil hingga sekitar mulai terlihat sepi, namun orang yang ia tunggu tak kunjung juga keluar. "Kemana dia? bukankah dia selalu pulang cepat agar bisa membantu bunda panti?" gumam Leo keheranan. Hingga beberapa saat, Leo yang ingin menyerah tiba-tiba mengulas senyum saat Audrey terlihat berbincang dengan dua gadis yang satunya tidak Leo kenali. Tangannya melambai saat Audrey m
Sesampainya di kamarnya, Audrey segera melepaskan sepatunya dan duduk di tepi tempat tidur. Dia berusaha untuk tenang, tetapi suasana hati yang buruk sepertinya semakin mendominasi. "Kenapa semuanya terasa aneh ?" gumamnya pelan, memandang ke jendela dengan tatapan kosong. Di luar kamar, suasana mansion kembali tenang. Para pelayan melanjutkan tugas mereka dengan diam-diam, terutama setelah kehadiran Grett yang tegas dan sering kali dianggap menyeramkan oleh mereka. Namun, Grett sendiri adalah sosok yang sangat setia pada keluarga Loues, terutama pada Elang. ° Keesokan paginya. Ia menuruni tangga melihat Mia yang berdiri tak jauh dari ujung tangga. "Nyonya, Tuan sudah menunggu Anda untuk sarapan bersama." Audrey hanya mengangguk. Entah kenapa pagi ini suasana hati buruk. Mereka pun sarapan dengan keheningan. Elang tiba-tiba berkata, "Ayo, aku akan mengantarmu."
Audrey mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Mia. Aku harap pelajaran nanti tidak seberat matematika tadi." Mia tertawa kecil. "Yakinlah, nona. Semuanya akan baik-baik saja." Audrey mulai makan, mencoba mengalihkan pikirannya dari nilai buruk yang baru saja ia dapatkan, dan berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih giat belajar agar tidak mengulang kegagalan ini. ° Jam pulang sudah tiba, Audrey dan Mia yang berjalan riang menuju halte bis menoleh saat merasa bahunya ditepuk oleh seseorang. "Astaga sa, ada apa?" tanga Audrey Salsa menggeleng kepala, "Astaga kakak, kakak lupa ya kalau dipanti hari ini ada acara. Apakah kakak jadi akan kesana?" tanya Salsa Audrey tersenyum tipis, menggeleng. "Maaf ya sa, kakak belum izin ke suami kakak. Jadi nanti kakak akan menelepon bunda sebagai balasa
Audrey lalu menelepon bunda panti. Dering ketiga telepon itu langsung diangkat. 'Halo Audi sayang.' "Halo bunda, maaf Audi tidak bisa mengikuti acara hari ini. Kak Elang mengajakku keluar jadi aku tidak bisa." 'Ah sayang tidak masalah, bunda senang kamu dan tuan pertama semakin dekat.' bip setelah mengobrol cukup lama Audrey mengakhiri sambungan telepon lalu mulai membershikan tubuhnya. Audrey mulai berkutat mengerjakan tugas rumah selama beberapa jam. 'tok tok tok' "Selamat sore nyonya, bibi Grett telah menunggu anda di dapur sesuai apa yang anda perintahkan." jelas Mia setelah memasuki kamar Audrey. Audrey segera beranjak dari meja belajarnya lalu turun menuju dapur berada. Sesampainya disana terlihat Grett menunggunya dengan beberapa bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai perintah Audrey.
Hingga makan malam tiba, Audrey yang baru saja turun dari tangga melihat Elang yang juga baru saja turun menggunakan lift. Audrey hanya melengos langsung menuju meja makan, diikuti Elang yang mengikutinya dengan heran. Audrey dan Elang memakan makanannya dengan tenang, makanan mulai diganti dengan makanan penutup. "Hmm, dessert matcha ini lezat. Siapa yang membuatnya, Grett?" tanya Elang setelah menghabiskan satu wadah dessert itu. Grett terlihat melangkah mendekat, lalu berbisik membuat Elang menatap Audrey yang fokus memakan dessert cokelat. "Apakah benar kau yang membuatnya?" tanyanya memastikan. Audrey menatap tempat dessert yang tidak tersisa dihadapan Elang. "Itu? iya aku membuatnya beberapa." jawabnya Elang mengangguk puas, "Baiklah, kau ingin hadiah apa sebagai
Mobil melaju pelan menyusuri jalan kota yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. Audrey duduk di kursi penumpang, sesekali melirik ke arah Elang yang tampak serius mengemudi. Suasana di dalam mobil terasa hening, namun keheningan itu bukanlah hal yang canggung. Ada sesuatu yang nyaman dalam diam mereka berdua. "Kak, kenapa tiba-tiba ingin mengantarku?" tanya Audrey akhirnya, memecah keheningan yang terasa cukup lama. Elang melirik sekilas ke arah Audrey, lalu kembali fokus ke tabletnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu sampai dengan aman," jawabnya singkat, namun senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Audrey merasa jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Perhatiannya pada hal-hal kecil seperti ini selalu membuat Audrey merasa tersentuh, meski Elang jarang menunjukkan perhatiannya secara terang-terangan. "Aku selalu aman, Kak." Audrey berusaha menggodanya sedikit. Elang tersenyum
Audrey berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah anggun dan tenang. Di belakangnya, Mia mengikuti sambil membawa beberapa kotak berisi dessert yang telah dibuat oleh Audrey semalam. Sinar matahari pagi menyoroti wajah Audrey yang tampak tenang, meskipun di baliknya, ia menyimpan sedikit rasa bersalah karena tak bisa mengikuti acara di panti asuhan kemarin. Sesampainya di depan kelas, Audrey menoleh ke Mia, "Nanti pas jam istirahat, aku ingin memberikannya pada Salsa. Ini sebagai permintaan maaf." Mia mengangguk sopan, "Tentu, nona." drrt drrt Mia segera merogoh saku rok nya, mengambil handphonenya yang bergetar. Mia menatap Audrey, "Saya ijin mengangkat nona. Silahkan anda memasuki kelas terlebih dahulu." ujarnya lalu membukakan pintu kelas yang masih tertutup. Audrey hanya mengangguk, lalu duduk dengan tenang. Kelas mulai ramai seiring berjalannya waktu, menunggu pembelajaran akan dimu
Pagi itu, Audrey duduk di bangku kelas dengan wajah yang terlihat cerah. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian malam sebelumnya ketika ia belajar bersama Elang di perpustakaan. Hatinya berdebar setiap kali mengingat senyum tipis dan suara lembut Elang yang dengan sabar menjelaskan soal-soal matematika. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Teman-teman sekelas mungkin tak menyadari, tapi bagi Audrey, kejadian semalam itu sangat istimewa. Ia merasa lebih dekat dengan suaminya, meski semuanya berjalan secara alami, tanpa dipaksakan. Saat bel berbunyi, menandakan akhir jam pelajaran, ia tersadar dari lamunannya. ° Ketika Audrey keluar dari gerbang sekolah, menuju halte bus, dibelakangnya Mia senantiasa mengikutinya. Audrey terlihat kebingungan saat tidak menemukan mobil yang biasa pak Gaga supiri. Mia mendekatkan tubuhnya pada Audrey, "Itu adalah mobil Nyonya besar. Mari saya an