Dharu pergi ke kafe untuk bertemu Dika. Sesampainya di sana, asistennya itu sudah menunggu dirinya.“Aku sudah memesankanmu kopi,” kata Dika sambil mendorong cangkir kopi ke Dharu.“Terima kasih,” ucap Dharu sambil duduk.Dharu memilih menyesap kopi yang sudah tersedia.“Bagaimana?” tanya Dharu setelah selesai minum.“Aku tidak tahu apa ini membantu banyak, tapi ya ini semua pengakuan mereka yang ada di sana,” ucap Dika mendekatkan ponsel berisi rekaman suara.Dika juga memberikan earphone agar Dharu bisa mendengarkan tanpa cemas orang lain mendengarnya.Dharu memasang earphone di telinga, lantas mulai memutar rekaman yang diberikan Dika.Dharu diam mendengarkan, hingga telapak tangannya mulai mengepal.“Tidak tahu pastinya, tapi yang jelas malam itu Farhan yang membawanya.”“Kami hanya diajak minum saja, tapi setelah itu Farhan bilang kondisi Briana kurang sehat lalu mengajaknya pergi.”“Kami tidak tahu lagi setelahnya, kami pikir Briana diantar pulang.”Dharu semakin erat mengepalka
Briana dan Dharu sudah mulai bekerja lagi. Mereka tidak ambil libur lama karena tak ada rencana honeymoon, lagi pula Briana sedang ada tamu bulanan, pergi pun keduanya takkan bisa menikmati hiburan.“Kenapa kalian tidak pura-pura honeymoon agar keluarga mantanmu itu sewot?” tanya Medha masih saja memikirkan bagaimana emosi keluarga Farhan jika tahu Briana hidup enak sekarang.“Inginnya honeymoon, tapi aku sedang datang bulan,” jawab Briana dengan santai.Tampaknya Briana lupa kalau dirinya belum membahas soal pembatalan nikah pura-puranya dengan Dharu lantas menjadikan pernikahan itu sah.“Terganggu karena datang bulan? Tunggu, bukankah kalian menikah karena kesepakatan, untuk apa memikirkan datang bulan atau tidak. Bukankah niatnya hanya buat pamer saja?” Medha sedang mencoba mencerna apa yang terjadi.Briana langsung mengulum bibir, lupa jika dirinya belum memberitahu Medha soal hubungannya dengan Dharu.Medha menatap curiga, hingga tiba-tiba mendekat dengan cepat sampai jarak antar
“Kamu tahu, sepertinya tadi aku melihat Rani.”Dharu langsung menoleh saat mendengar Briana bicara. Dia baru saja sampai rumah, sedangkan Briana sudah lebih dulu sampai.“Apa dia membuat masalah lagi?” tanya Dharu sambil mendekat ke Briana.“Tidak,” jawab Briana menggelengkan kepala, “aku melihatnya di mobil bersama seorang pria.”Dharu menaikkan kedua sudut alis mendengar ucapan Briana.“Pacarnya?” tanya Dharu.“Entah, tapi tampang pria itu seperti sudah berumur. Entah kenapa aku tidak asing,” jawab Briana mengingat tapi lupa di mana pernah melihat pria yang bersama Rani.“Mungkin memang dia suka pria berumur,” ujar Dharu tak ingin Briana memikirkan mantan ipar secara berlebihan.Briana memandang Dharu yang sedang melepas dasi, lantas berkata, “Tapi dia berciuman di mobil. Bukankah itu berlebihan jika memang mereka ada hubungan. Maksudku apa tidak ada tempat lain?”Dharu terkejut mendengar ucapan Briana. Dia menatap istrinya itu dengan serius.“Tapi aku seperti pernah melihat pria it
“Kenapa tiba-tiba ngajak jalan?” tanya Briana ketika Dhira memaksanya ikut padahal dia ingin di rumah karena weekend.“Aku bosan di rumah, jadi sepertinya jalan-jalan akan sedikit menghilangkan rasa jenuhku,” jawab Dhira dengan santainya.Dhira sampai tak berpikir, mungkin saja kakak iparnya itu ingin berduaan dengan sang kakak, tapi malah diajak pergi keluar.Briana hanya mengikuti saja, sekali-kali menyenangkan Dhira karena bagaimanapun adik iparnya itu sudah bersedia menerima dirinya setelah ada drama sebelumnya.“Kamu suka apa? Aku akan mentraktirmu,” ucap Dhira dengan jemawa.Briana sampai menaikkan kedua sudut alis mendengar ucapan Dhira.Dhira menoleh Briana karena tak ada tanggapan, lalu kembali bicara.“Kenapa? Tidak percaya aku mau mentraktirmu?” tanya Dhira.“Bukan,” jawab Briana jadi tidak enak karena tatapan Dhira penuh curiga.“Lalu?” tanya Dhira karena Briana tidak menjelaskan.“Aku hanya merasa aneh, sebagai yang lebih tua, seharusnya aku yang mentraktir, kenapa jadi k
“Jaga mulut kalian!” Dhira langsung emosi karena mendengar ucapan Rani dan Litta.Dhira hendak maju, tapi ditahan oleh Briana. Bukannya Briana tak ingin memberikan balasan untuk Rani dan Litta, tapi ini bukan saatnya.“Kami hanya bicara fakta. Keluarga kalian hanya ditipu olehnya,” balas Rani tak merasa bersalah sama sekali.Bahkan Rani seperti memandang remeh ke Dhira yang terlihat emosi.Dhira menoleh Briana yang menahan tangannya. Dia keheranan kenapa kakak iparnya itu malah menahannya.“Lihat, dia saja tidak bisa membalas. Bukankah apa yang kami katakan memang benar,” cibir Rani lagi.Dhira ingin maju, tapi kembali ditahan lengannya oleh Briana.Rani tertawa mengejek, lantas pergi bersama Litta.Litta memberikan lirikan tajam ke Briana, kemudian melewati Briana begitu saja.Dhira benar-benar gemas, ingin sekali dia menjambak Rani karena mulut mantan ipar Briana itu sangat pedas.“Kenapa kamu menahanku untuk membalas ucapan mereka?” tanya Dhira yang kesal.“Kita terlalu berkelas un
“Banyak sekali belanjaanmu?” tanya Dharu langsung menutup laptop ketika melihat Briana pulang.Briana meletakkan barang bawaannya di sofa, lantas melepas sepatu yang dipakai. Berjalan-jalan dengan Dhira membuatnya sangat lelah, sampai-sampai kaki Briana terasa sangat pegal.“Ternyata jalan-jalan bersama Dhira, lebih capek dari jalan bareng Medha,” ucap Briana sambil duduk lantas meluruskan kaki.Dharu ingin membalas ucapan Briana, tapi lebih dulu melihat paper bag yang tadi diletakkan istrinya jatuh ke lantai, membuat beberapa barang di dalamnya jatuh di lantai.Dharu berinisiatif memungut barang-barang itu, saat akan memasukkan barang kembali ke paper bag. Dharu melihat sesuatu yang membuatnya mengulum bibir.“Kamu beli ini? Untuk apa?” tanya Dharu sambil mengangkat baju tidur kurang bahan yang transparan ke udara.Briana menoleh saat mendengar pertanyaan Dharu, hingga sangat terkejut saat melihat lingerie tipis berwarna hitam itu.“Tunggu! Siapa yang beli itu?” Briana terkejut sampa
“Siang nanti, datanglah ke perusahaanku,” ucap Dharu sambil mengancingkan manik ujung kemeja.Briana terkejut mendengar ucapan Dharu. Dia sampai menoleh ke suaminya itu.“Kenapa?” tanya Briana.“Datang saja,” jawab Dharu.“Iya tapi kenapa?” tanya Briana lagi.Briana menarik laci, lantas mengambil dasi. Dia berjalan mendekat ke Dharu, kemudian meminta suaminya itu menghadap ke arahnya karena ingin dipakaikan dasi.“Kamu memintaku datang, pasti ada alasannya. Jadi, alasannya apa memintaku ke sana?” tanya Briana yang merasa harus tahu secara detail apa pun yang akan dilakukannya.Dharu memandang Briana yang sedang mengikat dasi, memperhatikan wanita itu yang sekarang sangat perhatian semenjak mereka kembali bersama.“Kamu akan tahu ketika datang nanti,” jawab Dharu.Briana mengerutkan alis mendengar ucapan Dharu, kenapa juga suaminya itu pakai main rahasia-rahasiaan seperti itu.“Tinggal ngomong, kenapa pakai acara rahasiaan?” tanya Briana sambil mengikat dasi, lantas merapikannya dengan
Briana berjalan dengan penuh amarah. Bahkan saat beberapa staff perusahaan memandangnya dengan rasa heran, dia mengabaikan semua itu.Briana terus berjalan dengan gaya angkuh agar tak ada yang menginjaknya. Hingga akhirnya dia sampai di depan pintu ruangan yang dituju, Briana masuk begitu saja meski staff berusaha mencegahnya.“Maaf, Pak. Beliau tiba-tiba saja masuk,” ucap sekretaris Farhan.Farhan cukup terkejut melihat Briana datang. Dia membuat gerakan tangan agar sekretarisnya itu meninggalkan ruangan.Briana menatap kesal, benci, juga eneg melihat wajah mantan suaminya itu. Namun, jika dia tak melabrak, rasanya masih ada yang mengganjal di dada.“Kenapa kamu tiba-tiba datang kemari, hm? Apa kamu butuh bantuanku?”Farhan bicara dengan nada ledekan, bahkan menyeringai mengejek Briana.Briana menatap Farhan penuh emosi. Dia berjalan mendekat ke meja pria itu, saat sudah sampai di depan meja Farhan, Bria