Aira menatap nanar, sosok yang bergelayut manja di atas tubuh RK. RK pun terlihat mengeratkan pelukannya. Meskipun Aira tahu, karena telah mendengar sendiri, RK melakukan itu karena menyangka wanita itu adalah dirinya, namun bagaimanapun Aira berusaha, bayangan pengkhianatan Ivan semakin mendominasi pikirannya. "Apa yang kau harapkan Aira? Kau bukan siapa-siapa, dan akan tetap seperti itu!" gumam Aira sembari berbalik dan hendak pergi meninggalkan ruangan itu. Namun, Donny segera menahan tangannya. "Jangan pergi!" ucap Donny yang kemudian menarik tangan Aira dan membawanya ke hadapan RK yang sedang mencumbu Laura dengan buasnya. "Boss, ini Aira sudah datang!" ujar Donny dengan suara yang sengaja di buat sebesar mungkin untuk mengagetkan RK yang sedang dikuasai nafsu yang semakin meninggi. "Apa-apaan sih kamu Donn!" kesal Laura pada Donny, karena merasa terganggu. "Apa maksudmu, mengaku-ngaku sebagai Aira?" ketus Donny. "Tidak kah kau merasa malu? RK menganggapmu seperti saudara,
Aira segera membelalakkan matanya dan menutup mulutnya tak percaya, dia telah menampar majikannya itu. Namun dalam hatinya, dia begitu enggan untuk meminta maaf, hatinya sedih karena menampar RK namun disaat yang bersamaan dirinya merasa sakit dengan perlakuan RK yang memaksanya, sedangkan beberapa saat lalu telah mencumbu Laura di depan matanya. Aira hanya terdiam mematung, Ia pasrah pada kemarahan RK setelah ini. RK yang geram, segera mendekati Aira dan menatap sepasang manik indah itu yang sudah mengembun. RK menatapnya dalam-dalam. Aira menjadi takut dan mundur ke belakang, namun RK terus maju dengan tatapan bak elang yang sedang mengintai mangsa, tatapan tajam itu mampu menusuk hingga kedalaman hati Aira. "Aira!" serak suara RK membuat Aira ketakutan, namun tetap enggan meminta maaf. Kini Aira tengah tersandar ke dinding kamar itu, RK segera mengikis jarak di antara mereka. "Aira, kau membuatku gila! Ada begitu banyak wanita yang melemparkan diri mereka padaku, namu
Aira segera menjauhkan tubuhnya dari tubuh RK, Ia menatap RK dengan tatapan menyelidik, sebab dirinya tidak pernah melupakan orang yang sudah berbaik hati membayarkan biaya operasi untuk putrinya, meskipun Kayla tetap tidak tertolong, tetapi bantuan yang datang disaat yang tepat, memanglah sulit untuk dilupakan. Apalagi saat itu dengan kondisinya yang seperti itu, membuat Aira sangat bersyukur atas kebaikan hati orang yang tidak ingin menyebutkan namanya itu. "Mas ...!" Seru Aira dengan perasaan campur aduk. "Ai dengerin aku! Entah orang lain mau ngomong apa, dan entah pandangan mereka seperti apa, tapi bagi diriku dan Bri, kamu adalah malaikat kami! Dan Tuhan seperti mengatur segalanya hingga begitu apik, hingga akupun tidak percaya, saat ini bisa memilikimu dalam pelukanku!" ucap RK mengeluarkan semua isi hatinya. "Mas ..., Aku masih gak paham! Tolong jelasin, lebih jelas lagi!" "Aii ... Kamu pikir kenapa Brian begitu mencintai kamu dan menolak ibunya dan Laura yang sudah lebih
"kenapa dia bisa ada disini, Mas?" RK hanya mengedikkan bahu menanggapi pertanyaan Aira."Bagaimana ini? Dia pasti marah sama kamu, Mas! Maafin aku yah!" Panik Aira.RK yang sejak tadi menelpon anak-anak buahnya dan sangat kesal dengan management hotel yang membiarkan tamu mereka terganggu, karena informasi pribadi yang disebar ke orang lain menjadi geram.Ditambah dengan kepanikan Aira, yang pada akhirnya merasa bersalah pada RK membuat RK semakin marah. Ia lalu mendekati Aira dan memeluknya."Heyy, its okay! Donny akan menangani ini! Aku akan menuntut hotel ini, karena sudah lancang memberikan informasi pribadiku ke orang lain.""Dia bukan orang lain, Dia maminya Bri!" ujar Aira yang membuat RK melepaskan pelukannya dan memasang wajah kesal.Aira bingung, apa yang salah dari kata-katanya? Mengapa RK begitu marah hanya karena hal ini. Banyak pertanyaan berseliweran di kepalanya, namun Ia sudah tidak ingin berkata-kata lagi, lebih baik diam pikirnya."Seperti yang sudah pernah aku kat
*Satu Bulan kemudian* "Bu, aku gugup sekali!" "Kamu sedang ngomong sama siapa, Ai?" tanya Ibu Panti sembari terkekeh geli. "Yaa, sama kalian bertiga, Ibu-ibuku tersayang! Masa aku harus bilang, Bu Ibu aku gugup sekali, jadi berasa lagi arisan," canda Aira pada ke tiga wanita paruh baya yang memiliki tempat khusus dihatinya ini. Mereka bertiga adalah Bu Panti sebagai Ibu yang telah membesarkannya, Bu Rita sebagai Ibu yang menemani hari-hari sulitnya hidup bersama Ivan, dan Bu Retno sosok yang mendukung penuh, hubungannya dengan RK, pria yang Ia besarkan dan sudah Ia anggap seperti anak sendiri. Aira merasa beruntung, memiliki ke tiga orang ini. Mereka selalu ada untuknya, hingga dirinya mampu melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. "Bajunya kok lama banget yahh, katanya mau di antar pas malam, kok malah belum di antarkan juga," ujar Bu Retno khawatir. "Lagian ibu sih, pake dipingit segala, kalau gak kan aku bisa langsung nanya ke si bapak yang mesen bajunya." gerutu Air
Aira yang bingung harus bagaimana, ditambah para undangan sudah mulai berdatangan. Meskipun hanya kerabat dan kenalan, namun RK bukanlah orang sembarangan, hingga yang hadir cukup banyak. Sejam lagi upacara pernikahan akan segera di gelar, Aira seperti sudah tidak memiliki semangat lagi. Dia hanya duduk terdiam ditemani malaikat kecilnya, yakni Brian, yang terus menghiburnya. "Bu Aira, ini ada kiriman dari Tuan," ujar salah seorang pekerja yang tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil menenteng paket berukuran besar. Wajah Aira yang dipenuhi airmata, seketika berseri seri karena dia tahu pasti, benda apa yang berada di dalam paketan itu. Setelah membukanya, Aira sangat tercengang dengan baju yang berada dihadapannya ini. "Kamu kabulin mimpiku, Mas!" gumam Aira dengan airmata yang menetes, namun kali ini karena bahagia, tidak menyangka RK akan mengabulkan keinginannya. Meskipun hanya sekali RK melihat Aira begitu terpesona dengan penampilan Kate Middleton saat menikah dengan Pan
"Hhmm ... Ibu, aku mencarimu sejak tadi, ayo temui menantumu!" ujar Bent mengalihkan pembicaraan wanita itu. Dirinya juga segera menarik tangan wanita bergaun hitam pekat itu hingga berdiri dan mulai berjalan mengikuti langkah kakinya. "Si-siapa kamu?" tanya wanita itu yang tidak terima dirinya di bawa paksa. "Berhenti bertanya, hanya turuti kataku!" jawab Bent dingin. "Berjalan lebih dulu, aku akan mengikutimu dari belakang Nyonya, kau sudah melakukan kesalahan dengan tujuan ingin mencemarkan nama baik Nyonya kami, kau akan mendapatkan ganjaran sesuai. Jalan!" Titah Bent dengan nada sedikit menekan, membuat Nyonya bergaun hitam itu menjadi takut, Ia juga sangat kesal karena diperlakukan dengan tidak hormat seperti ini. "Kau akan menyesal! Kau tidak kenal siapa aku," ketus wanita yang masih sangat cantik diusianya ini. Bent hanya terdiam dan terus melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan, yang di depan pintu masuknya berdiri dua orang penjaga. "Masuklah, jangan hanya berdiri disan
Suasana pesta yang menyenangkan berubah sedikit mencekam bagi mereka yang menyadari ada sesuatu yang terjadi. Sebab tiba-tiba saja gerbang di tutup, dan tidak ada yang boleh pulang sampai Aira selesai diperiksa. "Ada apa sih ini, Pa? Mama takut!" tanya seorang wanita bergaun off shoulder berwarna putih pada suaminya yang juga mengenakan kemeja berwarna senada yang dipadukan dengan celana berwarna beige dan sneaker putih. sebab pesta pernikahan ini bernuansa putih. "Papa juga gak tahu, tapi sebaiknya kita ikutin arahan pria-pria itu. Jangan membantah, Tuan RK bukanlah orang yang ramah, dia sangat dingin dan misterius," balas suaminya yang juga sedikit khawatir. "Tapi kok jadi begini sihh!" lirih istrinya, sebab mereka hendak pulang, namun di hentikan karena gerbang telah ditutup. "Dengar-dengar, pengantin wanita tiba-tiba saja pingsan, mungkin ada kejanggalan, oleh sebab itu, kita sebaiknya tenang, agar membantu proses penyelidikan berjalan lancar." tukas suaminya setelah bertanya-
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese