Haical menjadi merasa bersalah, oleh sebab itu dia meminta maaf. Selain dia memang yang paling muda, dia juga sedikit labil."Maaf Mbah. Ini Salah saya. Aku berjanji akan memperbaiki ucapanku,""Bagus, memang itu yang harus kamu lakukan,"tuturnya.Haical menyadari kesalahnnya. Dia hanya tidak mau gara-gara dia nanti malah ke depannya menjadi susah."Bukan hanya salah kamu Haycal. Mbah, kita ke sini itu ada tujuannya. Apa mbah mengenal seorang pria tua yang bernama ki Saleh? Mereka berdua adalah anak buah yang setia menemaniku, di sini aku adalah pemimpin, karena itu, tidak benar jika kamu yang merasa bersalah Haical,"ucap Intan. Dia berbicara lembut namun tetap berwibawa, seraya jari telunjuk miliknya menunjuk dengan sopan kepada anak buahnya seolah mengenalkan identitas nya kepada sesepuh yang berada di depannya."Ki Saleh? Untuk apa kalian mencari Ki Saleh?"ucapnya seolah menyelidik.Lalu, Intan menjelaskan kembali agar tidak terjadi salah faham."Keluargaku dijadikan tumbal oleh se
Barusan Intan mendengar obrolan seorang wanita dan Ki Saleh mengenai Jenderal. Dirasa Intan penasaran. Dia dengan takut-takut mencoba menanyakan kepada pengawal.Sebenarnya pengawal itu sama sekali tidak menakutkan. Hanya saja, bagaimanapun dia warga kota gaib atau jin. Jadi perlu waspada bukan?Saat ini mereka sedang sedang diajak menaiki sebuah kuda milik Ki Saleh.Kereta kuda itu masih sangat mirip dengan zaman peperangan lampau. Namun bedanya, ini jauh lebih modern dan tampak mewah." Silahkan Naiklah!" serunya.Pengawal itu tampak serius dan sopan. Wajahnya tampan walau hanya pengawal, kulitnya putih, namun seperti penduduk kota gaib lainnya, mereka tidak memiliki garis bibir. Itulah yang membedakan dengan manusia. Sebelum naik, Intan bertanya mengenai hal yang membuatnya penasaran tadi.Bola matanya seolah sedang memperhatikan pengawal itu dengan ragu."Hai. Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"tanya Intan."Apa yang ingin kamu tanyakan, bertanya saja, kalau aku bisa, pasti
Godaannya sangat kuat. Seolah berbisik di telinga mereka berkata," Mampir sebentar saja. Nanti kalau tidak nyesel. Belum lagi perjalann jauh. Ini rezeki. Belum lagi nanti di depan bisa makan dan istirahat di tempat yang enak kayak gini,"Namun di sisi itu sebuah bisikan mengingatkan,"Jangan! Ingat pesan Ki Saleh! Kalau tidak kalian busa celaka! Apa kalian mau celaka!"Perut menjadi terasa begitu keroncongan, mata sangat sulit teralih apalagi seorang gadis menatap kepada netra milik Haris dan Haical. Jika bisa diumpamakan ini bisa dikatakan seperti menghipnotis atau memiliki sesuatu kelebihan yang membuat Haris dan Haical merasa begitu berat.Beruntung Intan yang pernah mengalami dipelet teringat. Dia saat itu tajam mencium aroma tidak beres di sana. "Tatapannya sungguh memikat wanita itu!"batin Intan."Ini tidak bisa dibiarkan," ucapnya kembali."Bos. Aku sebentar saja ke sana!"tutur Haical kesal dan memaksa."Iya. Gimanapun kita butuh istirahat," kekeh Haris pula sama dengan Haical
"Melanggar pantangan?"batin Haris mengulang ucapan Intan seraya menatap mata indah milik bosnya yang bisa dia tatap sepuas mungkin.Mereka bertiga duduk di sana saling menatap pohon buah. Ada rasa ragu untuk mengambil namun qda fikiran mungkin ini rezeki.Kebingungan menghinggapi mereka."Oh. Jadi bos sengaja menarikku karena takut buah ini hanya jebakan?"batin Haris dan Haical dengan raut wajah yang sudah tampak amat pucat.Lagi-lagi mereka harus menelan salivanya."Tenggorokan sangat haus. Perut sangat lapar. Kita harus jalan lagi tanpa mengambil buah sedikitpun atau hanya sekedar menghilangkan dahaga?"Haical dan Haris berkata di dalam hati. Mereka berfikiran sama."Ayo sebaiknya kita jalan lagi," seru intan."Apa aku masih bisa hidup hari besok?" batin Haical.Berbeda dengan Haris."Wanita ini benar-benar tangguh. Andai saja dia bukan bosku, aku pasti akan memperjuangkan apapun rintangannya! Tapi sayang, wanita tanggu yang sempurna seperti dia harus menjadi korban lelaki yang bren
"Huh capeknya,"keluh Intan di hati seraya menghapus keringatnya lagi dan lagi. "Haikal juga berat, kalau kayak gini terus kapan sampainya?"Beberapa kali langkah mereka yang memapah Haikal harus berhenti selain mereka karena kecapean juga berat, oleh karena itu Haris yang menyadari memutuskan menggendong Haikal. Setelah duduk kembali di atas kerikil yang sudah tidak terhitung berapa kali mereka berhenti karena seringnya."Kamu nggak usah bercanda Haris!"ucap Intan mendengar keputusan Haris."Sudah enggak apa-apa, percayalah sama aku, ayo kita jalan lagi, kita nggak akan sampai kalau kita nggak jalan-jalan,"tutur Haris.Pada akhirnya Intan nurut sama bodyguardnya apalagi perkataan Haris itu benar walaupun dia sendiri sebenarnya tidak tega."Jika tidak jalan, apalagi bolak balik berhenti tidak akan mungkin ada hasil?""Semoga Haris kuat deh!"ucap Intan yang hanya bisa mendoakan saja.Haical dari tadi di cubit pipinya di tepuk masih belum sadar, wajahnya tampak sangat pucat pula. Mau ti
Intan merasa tidak enak apalagi dia tidak kenal dengan ibunya, oleh sebab itu, dia merasa gusar. Haris dan Haikal pun jadi nggak enak juga mendengar keluh Intan, oleh sebab itu sekarang mereka berbisik-bisik untuk mencari jalan keluar. Di sela-sela itu, Ibu tadi keluar."Bagaimana? makannya sudah selesai apa belum?"Mendengar pertanyaan ibu mereka menyahut jujur. Ada penyesalanan karena merasa tidak sopan seluruh buah dan makanan habis tanpa sisa. Mereka berbicara dengan sungkan tampak senyum namun senyuman itu penuh arti, melihat hal itu Ibu tadi yang berada di ambang pintu mendekat ke meja makan. Mereka lantas berkata;"Maaf Bu, kami kelaparan jadi makanannya habis,"sahut Intan.Kemudian Intan melanjutkan lagi dan berkata,"Tapi saya janji nanti kalau sudah sampai rumah saya akan mengganti dengan mengirim uang untuk membayar makanan ini," tutur Intan.Gubuk Itu tampak berjejer. Setiap gubuk ada yang menjual aneka minuman seperti kopi ada juga yang menjual makanan buah-buahan dan
Haical sebenarnya kan berharap ingin bertemu adiknya juga. Oleh sebab itu, dia juga tidak mau tujuannya berantakan gara-gara makhluk itu.Ibu yang kesurupan terus saja berbicara seolah memfitnah mereka. Dia marah-marah tidak karuan."Hai kalian manusia! Untuk apa masih di sini. Pergi sekarang juga. Jika kalian tetap di sini sebentar lagi pasti terjadi malapetaka!""Aku tidak akan membiarkan kalian di sini!"Suara ibu itu dalam, sekarang malah matanya tambah menakutkan, bahkan seperti akan copot. Dia maju mulai menyerang Intan dan dua bodyguardnya.Melihat hal itu, tentu saja Intan spontan mundur, begitu juga dengan Haris. Berbeda dengan Haical."Haical...!" Intan dan Haris spontan berteriak melihat malah Haical maju."Apa yang akan Haical lakukan?" Intqn berkata di dalam hati, dia tidak mengerti dengan Haical.Haaris mengerutkan keningnya, dia mencegah Haical yang entah akan bertindak apa, dia tidak mengerti."Apa sih bro! Please jangan halangi aku! Aku akan mendoakan beberapa ayat a
Mendengar ucapan Intan Haical lalu menarik nafas dalam-dalam. Di saat itu, ibu yang kesurupan semakin marah-marah. Piring yang di atas meja jatuh, bahkan mejanya dia gulingkan. Dia juga berkata,"Kalian harus pergi dari sini! Kalian harus pergi...!"Melihat hal itu, penghuni makhluk gaib berkata kepada kami," Hai ...Kalian untuk apa kemari? Bukannya kalian punya alam sendiri. Sebaiknya kalian segera pergi saja dari sini. Jika tidak, saya takut makhluk yang merasuki ibu itu akan menghancurkan tempat ini, apa kalian mau tanggung jawab! Kalian egois. Kalian berbuat tidak memikirkan dampaknya!"Penghuni makhluk gaib itu seorang laki-laki. Dia berbicara seolah benar-benar kesal kepada kami. Dia menekankan beberapa kalimat seolah sudah tidak mau melihat kami kembali. Penyebabnya mereka duga kami akan menyembah iblis di bulan purnama."Gara-gara kami warung ibu itu juga jadi berantakan. Pada akhirnya kami harus pergi. Tapi harus pergi kemana malam-malam seperti ini? Apa di perjalanan ada tem