"Karena semua anak buahku bodoh ga bejus sebaiknya aku gerak saja sendiri!"batin Franz."Franz!" bentak Sarah yang terus saja diam, malah dia melamun.Mendengar teriakan Sarah Franz mengalihkan pandangan padanya, tampak di sana raut wajah yang semrawut tak karuan. Lalu Franz membuka mulutnya, matanya menyalakan api dan berkata," Ini semua gara-gara anak buah Intan. Salah satu diantara mereka mengetahui rahasia ku,""Apa?" Sarah berkata dengan terkejut," Kamu bener-bener ceroboh Franz, bagaimana caranya dia bisa tahu siapa kamu sebenarnya?"Mendengar suara Sarah yang memakinya membuat Franz naik darah, dia tidak suka dihina."Mah! Aku tidak sebodoh itu! Dia tidak mengetahui siapa aku sebenarnya? Tapi dia hanya tahu kalau aku dalanng di balik pelaku penyerangan ke perusahaan Intan,""Apa maksud kamu Franz?" tanya kembali Sarah dengan bingung. "Sudah cukup, Mah! Jangan terus desak aku!"ucap Franz seraya berlari kecil menaiki tangga."Franz! Kebiasaan buruk!" cibir Sarah menatap anaknya
Mendengar suara seseorang, Intan dan kakek Ardidingrat lalu menatapnya."Haical?"Di sana Haical lalu berkata," Nona muda ada seorang lelaki di luar yang ingin menemuimu?"Haical sengaja tidak memberitahu namanya, pasalnya kakek tidak tahu jika Franz bukan orang baik, dia fikir berbicara seperti itu jauh lebih baik."Hai...Apakah ini penting? Jika orang tidak di kenal. Katakan saja cucuku sedang sibuk hari ini," tutur kakek.Seperti dugaannya, Tuan besar akan seperti itu. Sementara Haical makin bingung."Nona, ini penting!" sahut Haical.Mendengar hal itu, Intan bergegas berdiri dan menanyakan kembali kepada Haical dengan lebih jelas."Nona, Tuan Franz datang kemari!" Mendengar pernyataan bodyguard, kemudian Intan menampakan aura wajah tidak suka."Kenapa sih dia selalu ganggu aku!" batin Intan.Dia berjalan menuju sebuah kaca depan ruang tamu yang tampang bening mengkilat. Dan benar di depan sana terlihat Franz tampak emosi berdebat dengan para bodyguard yang menahannya.Melihat hal
"Kakek?"Mendengar kedatangan kakek Ardidingrat yang tidak di sangka membuat Intan panik."Apa mungkin kakek harus tahu sekarang?"Sebelumnya, kakek mempunyai penyakit jantung. Oleh sebab itu, kakek tidak siap jika mendadak mendengar sebuah kabar buruk. Walauoun saat ini kakek Ardidiningrat tampak sehat, tapi Intan tetap tidak ingin melibatkannya. Baginya, dia adalah orang satu-satunya yang Intan miliki, apalagi karena faktor sudah tua Intan hanya ingin dia menikmati hari tuanya.Di sisi lain Franz malah mencari perhatian kakek Ardidingrat. Apa ini tidak keterlaluan? Franz bergaya layaknya anak baik-baik. Dia yang tahu kedatangan kakeknya Intan segera mencium tangannya dan menghaluskan suaranya seolah sedang menghormati yang lebih tua, seolah dia adalah laki-laki berkualitas dan dapat dipercaya."Muak sekali aku melihat tingkah dia!" Dalam hati Intan mencibir."Ayo kita bicarakan di dalam, nak Franz ayo masuk!" ajak kakek Ardidingrat.Melihat hal itu, Franz tersenyum penuh kemenangan
"Baiklah aku akan mengikuti permainan Anda, Franz Anggara!"batin Intan.Di sana kakek kondisinya tampak kurang sehat.Oleh sebab itu, Intan berkata," Sudah kakek, semua akan baik-baik saja. Semua sudah Intan urus dan sudah hampir selesai,"Intan berbicara dengan lembut, ia juga tidak lupa mengelus punggung kakek agar lebih tenang yang sedari tadi tampak naik darah. Bagaimana mungkin Intan membiarkan kakeknya marah-marah lebih lanjut, bukankah itu bisa menyebabkan kondisinya memburuk?Saat ini wajah kakek Ardidingrat masih menampakan raut yang sedang emosi, namun sudah sedikit lebih baik setelah Intan menenangkannya.Kemudian kakek menyuruh bodyguardnya mengusir Franz.Melihat hal itu, Franz masih juga bersikap seperti manusia yang tidak bersalah."Kakek tidak usah repot mengusir aku, saat ini juga aku akan pergi. Tapi kakek, Franz sungguh tidak bersalah dan aku akan mencari bukti dan memberikan kepada kalian jika ini hanya sebuah fitnah saja. Maafkan aku yabg sudah membuat kakek jadi
Haris dan detective selama masa pemulihan dipindahkan ruang khusus dibawah tanah. Bahkan dokter yang merawat merupakan yang sudah dipercaya."Syukurlah jika kalian sudah bisa beraktivitas lagi hari ini,"Intan berkata kepada Haris dan detective itu. Namun wajah Haris saat itu tak berkedip, dia malah melamun."Haris! Apa kamu masih sakit?" tanya Intan yang ke tiga kali. Karena tidak ada sahutan Intan berjalan mendekat kearah Haris.Di sebuah halaman yang luas sore itu para bodyguard dan detective sedang berkumpul, memang mereka tetap diberi jadwal untuk sekedar olahraga dan melatih ilmu beladiri agar semakin meningkat.Haris berdiri di barisan depan di tengah. Mereka berbaris diberi jeda. Sementara detective itu yang ingin menemui Intan disuruh menunggu di halaman itu pula.Melihat Haris yang tidak merespon nona muda para rekan Haris menegurnya."Hai Haris...!" teriak salah seorang rekan Haris."Halah ..apa dia masih sakit?"fikirnya."Apa dia ke sambet?"tebaknya.Berbagai pertanyaan di
Pagi itu begitu indah. Udara tercium di hidung begitu segar.Intan membuka jendela kamarnya seraya menikmati udara dan keindahan, sesekali ia bersenandung bibirnya. Namun. Tak sengaja Intan melihat segerombolan bodyguard sedang melakukan pemanasan yang di pimpin oleh Haris. Suaranya di bawah begitu nyaring saat-saat mereka berteriak atau berhitung."Kalau dilihat-lihat Haris lucu juga ya? Tapi kalau lagi kaya gini, dia begitu keren? Aduuhh...Aku mikir apa sih?"Kemudian Intan menyenderkan kepalanya di besi."Hmmp, aku rasa aku tidak salah menaikan jabatan Haris. Hum. Aku rasa dia juga akan semakin terasah kemampuannya berada di sini,"batin Intan. Dari lantai atas, Intan terus saja menatap kewibawaan Haris. Dia pasalnya merasa nyaman dan nyambung.Intan lalu tersenyum hingga giginya yang putih tampak terlihat, saat ia tersenyum, ia sangat terlihat semakin manis dan cantik setelah itu, Intan juga memejamkan mata seraya melakukan peregangan tangannya. "Sa-tu...,"Intan luruskan kedua t
"Gimana ya cara ambil ponselnya?"batin Intan.Bagaimanapun nona muda tidak bisa lama-lama di atas pohon bukan? Setelah Intan menghirup nafas dalam-dalam. Saat ini Intan seperti menatap dengan pandangan seekor kucing yang akan menangkap mangsanya, dia tidak berkedip kini dirasa ada peluang Intan segera beraksi.Ia mendekat terus sedikit demi sedikit. Begitu juga Pria bertopeng bergerak tampak waspada."Aku pasti bisa!""Aku pasti bisa!""Aku pasti bisa!"ucapnya Intan berkali-kali. Dia berkata untuk mempengaruhi alam bawah sadarnya. Karena sebenarnya, dia itu merasa takut."Aku memang tidak biasa memanjat! Sungguh hal ini di luar dugaan!""Nona muda, apa kau baik-baik saja di sana?"Terdengar suara dari bawah yang berteriak menanyakan nona muda Intan. Mendengar hal itu, Intan melirik sejenak. "Seperti dugaanku, itu adalah suara Haris,"Intan mengayunkan tangannya sebelah lalu meraih ponsel dengan susah payah.Swiingggg.....Akibat dari ayunan itu, pohon menjadi bergoyang bahkan sangat m
Seketika Haris menoleh karena mendengar teriakan nona muda.Bola mata ekor milik Haris mencuri pandang mengarah kepada Intan.Kemudian karena melihat hal tersebut, Haris segera gerak cepat ingin menolong nona muda.Tapi apalah daya?Musuh di depan Haris ternyata cukup sulit untuk di habisi. Bahkan jujur saja dia malah merasa kewalahan. Bukan hanya Haris yang berhadapan dengan musuhnya itu, bodyguard milik Intan yang lain juga beberapa mengalami kekalahan, tentu saja membuat kondisi dipihak Intan mengalami ketegangan bukan?"Bagaimana ini? Mereka sangat kuat dan bahkan terus saja memberi penyerangan padaku?"Haris berbicara di dalam hati. Dia sangat mencemaskan keselamatan nona muda. Tubuhnya seolah sudah mandi keringat.Sesekali Haris tetap mencuri pandang kearah nona muda yang tampak memaksa untuk terus bertarung. Alisnya sedikit terangkat. "Semoga nona muda bisa melewati ini semua Oh Tuhan.... Semoga Engkau lindungi dia wahai Rabb! Jaga diaa...!"Tak ada yang bisa Haris lakukan sel
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di