Haris berbicara dengan canggung bahkan nervious.Lihat saja keningnya, beberapa bulir keringat berjatuhan di sana.Intan sendiri juga melihat betapa susah payahnya Haris berbicara, mana sedikit gagap pula. Bahkan sampai si Haical menahan tawa saat itu.Saat ini, satu tangan Haical membantu menepuk punggungnya Haris, sementara itu tangan sebelahnya lagi untuk mengemudi.Pada waktu itu Haical benar-benar jahat, dia mungkin memang menahan tawa, tapi wajahnya tetap terlihat giginya seolah sedang meledeknya.Apa dia kira ini sebuah lelucon.Melihat hal itu, Intan jadi merasa kasihan. Walaupun sebenarnya ia juga sedikit bingung."Ada apa dengan Haris? Kenapa akhir-akhir ini jadi tambah aneh gitu,ya?"Intan yang sedang runyam, benar-benar tidak menyadari akan cinta dari seorang anak buahnya itu."Sudah ngga papa Haris, lupakan saja kejadian tadi. Kamu kan memang tugasnya menjaga aku bukan?! Sebaiknya kamu obati luka di wajah kamu, aku takut nanti malah infeksi,"Bosku begitu perhatian! Bagaim
"Kasih tahu kepadaku semua yang mengganggu kamu! Agar semua bisa di atasi!" ucap Infan kepada detective.Intan diperlihatkan beberapa pesan teror oleh detective itu.Seketika itu, mata Intan terbelalak.Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Beberapa orang masuk dengan wajah memakai topeng. "Siapa mereka?" batin Intan. Matanya melotot.Tembakan diluncurkan begitu saja."Doorrŕr...!"Intan berbicara seraya berdiri, matanya terbelalak melihat detektivenya tiba-tiba ditembak."Ada apa ini? Kenapa kalian berani-beraninya mengacaukan tempatku!" Intan berbicara seraya berteriak, tangannya menunjuk mereka. Ia panik.Semua kunci berada di tangan detective. Lantas, bagaimana jika dia mati?Intan menarik sesuatu di lehernya, setelah menekannya, ia berkata," Segera datang ke kantor!"Untung saja saat itu Intan memakai celana, oleh sebab itu, kakinya lebih leluasa saat bergerak.Intan melompat naik ke atas meja dengan lihai.Tangan, kaki, bahkan mata bergerak layaknya seorang penari kungfu yang
Apa dia tidak salah bicara?Kurang lebih begitulah apa yang ada di benak Intan. Karena wanita itu sedang emosi, membuat Franz kena semprot.Intan yang barusan menatap wajah Franz kemudian mengalihkan pandangannya. Ia lalu berujar dengan nada yang terdengar kesal," Kamu itu dari tadi hanya menonton Franz? Sepertinya kamu salah bicara!"Mendengar wanita yang sedang diincar kini sedang marah padanya, Franz mengerutkan keningnya, suaranya dia pelankan, seolah dia saat ini sedang bermain peran, pasalnya Franz harus keluar dari jati dirinya.Sebelumnya Franz sempat gelagapan dan mengalihkan pandangan. Tapi dia tidak habis akal."Maafkan aku Intan, tapi kamu sudah salah faham padaku! Sebenarnya tadi aku sudah melawan beberapa prajurit hingga tulang punggungku mengalami masalah, oleh sebab itu, tadi aku hanya diam, aku sudah tidak bisa melawan lagi tadi, Intan,"Franz berbicara seraya memegang punggungnya. Dia lalu bergerak seolah sedang sakit. "Jika kamu tidak percaya, nanti kamu aku kasih
Pada saat ini, Franz memasuki ruang dokter. Di sana, tampak lelaki dengan memakai jas dokter berwarna putih dan wajah kulit sawo matang. Di bawah bibirnya sebelah kiri terlihat sebuah tanda lahir berukuran sedang. Melihat kehadiran pasien, dokter itu tersenyum dan menyambutnya.Franz tampak saling berkedip bersama dokter, namun Intan tidak menyadari hal itu.Seperti yang sudah diceritakan Franz, dia harus memberikan bukti kepada Intan. Jika tidak, tentu Intan akan marah bukan?Jadi, rencana ini harus berhasil!"Dok, saya tadi sempat bertarung dengan preman, setelah itu tubuh saya terutama bagian punggung kok rasanya sakit banget," tutur Franz dengan ekspresi seolah sedang merasakan sakit."Baik Pak Franz. Untuk memastikan lebih jelas, ini harus uji lab. Bagaimana? Apa Anda bersedia?"Franz menganggukan kepala dengan yakin, raut wajahnya seolah memang menginginkan kesembuhan dari sakitnya.Setelah di priksa lab selama beberapa saat, kata dokter hasilnya akan segera keluar."Berapa jam
Rahasia besar Franz bocor! "Aku harus bagaimana ini?"Franz berbicara di dalam hati dengan begitu resah, wajah berekspresi seperti seseorang yang sedang berfikir, namun di dalam hatinya terus saja bertanya-tanya, bukan itu saja, otaknya pun turut ikut bekerja mencari jalan keluar.Di depannya Franz ada pertigaan jalan, untuk keluar rumah sakit melewati jalan kanan, untuk ke ruang operasi melewati jalan kiri, sementara untuk lurus jalan menuju ruang rawat inap. Melihat hal itu, Franz harus memutuskan.Berhubung dirinya sedang tidak bisa berfikir, sementara pertanyaan menumpuk, membuat Franz memilih untuk duduk di sebuah kursi kayu panjang depan ruang rawat inap.Di sana, Franz tampak mengacak-ngacak rambutnya. Baru saja duduk dia malah kesal sendiri dan memutuskan untuk menemui Intan. Dia lalu beranjak berdiri kembali."Jika Haical membocorkan sekarang bagaimana? Sebaiknya aku temui Intan, dengan begitu dia tidak mungkin membocorkan nya kepada Intan di depanku. Aku juga yakin dia bera
"Karena semua anak buahku bodoh ga bejus sebaiknya aku gerak saja sendiri!"batin Franz."Franz!" bentak Sarah yang terus saja diam, malah dia melamun.Mendengar teriakan Sarah Franz mengalihkan pandangan padanya, tampak di sana raut wajah yang semrawut tak karuan. Lalu Franz membuka mulutnya, matanya menyalakan api dan berkata," Ini semua gara-gara anak buah Intan. Salah satu diantara mereka mengetahui rahasia ku,""Apa?" Sarah berkata dengan terkejut," Kamu bener-bener ceroboh Franz, bagaimana caranya dia bisa tahu siapa kamu sebenarnya?"Mendengar suara Sarah yang memakinya membuat Franz naik darah, dia tidak suka dihina."Mah! Aku tidak sebodoh itu! Dia tidak mengetahui siapa aku sebenarnya? Tapi dia hanya tahu kalau aku dalanng di balik pelaku penyerangan ke perusahaan Intan,""Apa maksud kamu Franz?" tanya kembali Sarah dengan bingung. "Sudah cukup, Mah! Jangan terus desak aku!"ucap Franz seraya berlari kecil menaiki tangga."Franz! Kebiasaan buruk!" cibir Sarah menatap anaknya
Mendengar suara seseorang, Intan dan kakek Ardidingrat lalu menatapnya."Haical?"Di sana Haical lalu berkata," Nona muda ada seorang lelaki di luar yang ingin menemuimu?"Haical sengaja tidak memberitahu namanya, pasalnya kakek tidak tahu jika Franz bukan orang baik, dia fikir berbicara seperti itu jauh lebih baik."Hai...Apakah ini penting? Jika orang tidak di kenal. Katakan saja cucuku sedang sibuk hari ini," tutur kakek.Seperti dugaannya, Tuan besar akan seperti itu. Sementara Haical makin bingung."Nona, ini penting!" sahut Haical.Mendengar hal itu, Intan bergegas berdiri dan menanyakan kembali kepada Haical dengan lebih jelas."Nona, Tuan Franz datang kemari!" Mendengar pernyataan bodyguard, kemudian Intan menampakan aura wajah tidak suka."Kenapa sih dia selalu ganggu aku!" batin Intan.Dia berjalan menuju sebuah kaca depan ruang tamu yang tampang bening mengkilat. Dan benar di depan sana terlihat Franz tampak emosi berdebat dengan para bodyguard yang menahannya.Melihat hal
"Kakek?"Mendengar kedatangan kakek Ardidingrat yang tidak di sangka membuat Intan panik."Apa mungkin kakek harus tahu sekarang?"Sebelumnya, kakek mempunyai penyakit jantung. Oleh sebab itu, kakek tidak siap jika mendadak mendengar sebuah kabar buruk. Walauoun saat ini kakek Ardidiningrat tampak sehat, tapi Intan tetap tidak ingin melibatkannya. Baginya, dia adalah orang satu-satunya yang Intan miliki, apalagi karena faktor sudah tua Intan hanya ingin dia menikmati hari tuanya.Di sisi lain Franz malah mencari perhatian kakek Ardidingrat. Apa ini tidak keterlaluan? Franz bergaya layaknya anak baik-baik. Dia yang tahu kedatangan kakeknya Intan segera mencium tangannya dan menghaluskan suaranya seolah sedang menghormati yang lebih tua, seolah dia adalah laki-laki berkualitas dan dapat dipercaya."Muak sekali aku melihat tingkah dia!" Dalam hati Intan mencibir."Ayo kita bicarakan di dalam, nak Franz ayo masuk!" ajak kakek Ardidingrat.Melihat hal itu, Franz tersenyum penuh kemenangan
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di