Berhubung Intan sudah menyuruh asistannya mencari di seluruh ruangan tidak tampak wujud kakek, dia menjadi sedih. Oleh sebab itu, ia mencoba menghubungi kakeknya."Kakek. Kenapa kakek tidak angkat telfon aku juga?"Intan berkata dengan begitu cemas. Saking cemasnya hingga sebutir air mata turun, karena kakeknya tidak mengangkat telfon yang ke lima belas kali."Ini benar-benar tidak biasa!" ucap Intan lalu menghapus air matanya.Intan saat ini berkata seraya duduk di sofa mewah yang terbaik, empuk, juga menarik.Seluruh asistan yang berjumlah sepuluh serta bodyguard yang berjumlah sepuluh belum juga satpam memenuhi ruangan yang megah itu, mereka tampak berdiri rapi dihadapan Intan. Mereka berdiri dengan di tanyai serentetan pertanyaan oleh nona muda. Bahkan, Intan sendiri lupa membiarkan mereka berdiri hingga satu jam, tentu saja mereka pada akhirnya menggerutu.Bugh!Salah seorang asistan tukang masak ibu-ibu yang sudah berusia hampir kepala lima jatuh pingsan. Ia kelelahan juga kare
Kemudian, wajah Intan yang kemerah-merahan di pipi, semakin menaikkan kecantikannya apalagi dia wajah yang manis.Saat itu, Intan sedang menatap wajahnya di depan cermin. Kemudian, suara ketukan pintu terdengar."Tok,, tok,, tok,,"" Intan...,apa kamu sudah siap?"Dari luar suara yang parau dan berat terdengar."Ya, masuk," teriak Intan lalu bergegas menghampiri kakeknya."Kakek, ada apa?"Intan berkata dengan nada males.Melihat Intan kakek Aldi Diningrat tersenyum sempurna. Matanya melebar, hingga menimbulkan lekungan di wajahnya."Wah,, wah,, wah,, wah,, cucu kakek cantik sekali!"Pada saat itu, kakek berbicara seraya melihat penampilan cucunya dari atas hingga ke bawah. Intan menggunakan dress berwarna hitam dengan pernik-pernik yang menyala berjejer dibagian leher. Olesan make up tipis namun masih tetap terlihat, dan tidak mencolok.Walaupun Intan sudah memiliki anak dua, tapi tidak disangka kecantikannya mengalahkan yang belum menikah.Intan yang saat itu berdiri di depan kakek
Franz menjilati bibirnya yang berwarna merah jambu.Bola matanya lalu memutar mencuri pandang melihat wajah dan tubuh dari Intan."Aww," Saat ini, Franz benar-benar mulai tergoda. Fikirannya melayang, tatapan wajah mulai berubah."Kulit putih indah milik dia itu...?gleg, Franz kemudian menelan salivanya. Semakin melihat semakin terangsang."Bagaimana mungkin mantan istriku bisa secantik ini?" ucap Franz dari dalam hati, kemudian dia menjilat bibirnya menggunakan lidahnya kembali.Di sisi lain, Intan terus saja acuh, ia malah sibuk makan, bahkan ketika di tegur kakeknya hanya menyahut, "Kelaperan kakek...!"Bagaimana mungkin seorang wanita terhormat memiliki kepribadian buruk? Dia sama sekali tidak menyapa tamu atau bahkan menawarkan makanan kepada tamunya, lebih parahnya lagi ia malah langsung beranjak makan. Apakah itu tidak keterlaluan?Kepribadian itu bukan milik Intan. Lalu?Intan menyahut dengan ekspresi tidak bisa dibaca."Intan!" seru kakek.Karena tidak enak kakek Ardiding
Sarah mengelap ujung matanya, seraya menarik nafas. Lalu dia berdiri dan menghampiri Intan."Maafkan mamah Intan. Mama tau kamu pasti marah kan?"Saat ini, Sarah berjongkok menghadap Intan. Dia rela melakukan ini demi bisa memiliki uang banyak. Menurutnya, sedikit merendahkan diri lebih baik setelah beberapa saat dia mengingat saat jatuh miskin.Kemaren, setelah harta mantan-mantan istrinya yang konglomerat mulai bermasalah, Franz tentu saja mencari target baru.Kebetulan sekali Franz yang sedang mengelola perusahaan istrinya yang baru saja meninggal ternyata memiliki seorang kelayen yang hartanya banyak, tentu saja dia senang. Baginya, ini adalah sebuah jalan rezeki dan tidak boleh minyia-nyiakannya.Sebenarnya, Franz sendiri memiliki desas desus buruk, pasalnya kehidupan Franz yang selallu berhasil menikah dengan wanita kaya raya setelah itu meninggal membuat dia harus dikejar-kejar wartawan.Namun, otak Franz yang licik itu selalu menemukan seolah jalan. Pada akhirnya, Franz menyog
Kakek Ardidingrat ikut tersenyum.Tentu saja Intan bisa melihat suasana itu, setelah dirasa mereka mempunyai niat menjodohkan dirinya, Intan segera mengajukan pertanyaan."Kakek, apa kakek ingin bertemu mantan suami aku yang dulu?"Spontan mereka bertiga yang mendnegar terkejut bukan main.Apa maksud Intan? Pertanyaan macam apa itu?Intan mencuri pandang kepada Sarah dan Franz, seketika mereka menjadi gelagapan.Dalam benak Sarah berfikir,"Apa yang sudah Intan katakan kepada kakeknya tentang pernikahan mereka dulu? Apakah dia sudah mengadu semuanya?" Wajah Sarah menjadi gelap seketika, ia bahkan bersiap-siap diri jika harus diusir. Dia sadar betul, dahulu tidak sedikitpun berbuat baik kepada Intan selama menjadi menantunya.Lihatlah sekarang!Intan memiliki rumah yang mewah dan megah. Pelayan di rumah juga banyak, dulu Intqn malah dijadikan pembantu. Apakah kakeknya akan memaafkan? Sarah rasa, Intan sengaja ingin membalasnya!Franz sendiri malah menelan salivanya. Dia berusaha menga
Setelah Franz berbicara seperti itu, dia menggerutu di dalam hati."Sial! Sekarang dia begitu angkuh dan jual mahal padaku! Lihat saja nanti, aku yakin kamu akan tunduk kembali padaku dan...,"Franz sebenarnya sangat kesal, siapa sih yang ngga kesel saat sudah terangsang malah si target masih sangat dingin, bahkan begitu acuh. Memang, sebelumnya Franz yang sudah tampan dari sananya, belum lagi dia memiliki mantra untuk bisa memikat wanita tentu saja dalam hitungan jam target yang disukai Franz tak kan bersikap dingin, malahan malah sebaliknya. Oleh sebab itu, dia merasa kesal. Tadi malam Franz di kasih tahu sama mbah Kirono, beliau berkata jika Intan memiliki sebuah benda yang bisa menghancurkan mantra-mantra yang di bacakan olehnya, jika Franz bisa mengambil benda tersebut, kemungkinan besar Intan dalam sekejap bisa tergila-gila.Seraya menyetir, Franz mengerutkan keningnya,"Bagaimana mungkin aku bisa mengambil benda itu jika benda tersebut mbah Kirono saja ngga tahu benda apa?"Se
Haris berbicara dengan canggung bahkan nervious.Lihat saja keningnya, beberapa bulir keringat berjatuhan di sana.Intan sendiri juga melihat betapa susah payahnya Haris berbicara, mana sedikit gagap pula. Bahkan sampai si Haical menahan tawa saat itu.Saat ini, satu tangan Haical membantu menepuk punggungnya Haris, sementara itu tangan sebelahnya lagi untuk mengemudi.Pada waktu itu Haical benar-benar jahat, dia mungkin memang menahan tawa, tapi wajahnya tetap terlihat giginya seolah sedang meledeknya.Apa dia kira ini sebuah lelucon.Melihat hal itu, Intan jadi merasa kasihan. Walaupun sebenarnya ia juga sedikit bingung."Ada apa dengan Haris? Kenapa akhir-akhir ini jadi tambah aneh gitu,ya?"Intan yang sedang runyam, benar-benar tidak menyadari akan cinta dari seorang anak buahnya itu."Sudah ngga papa Haris, lupakan saja kejadian tadi. Kamu kan memang tugasnya menjaga aku bukan?! Sebaiknya kamu obati luka di wajah kamu, aku takut nanti malah infeksi,"Bosku begitu perhatian! Bagaim
"Kasih tahu kepadaku semua yang mengganggu kamu! Agar semua bisa di atasi!" ucap Infan kepada detective.Intan diperlihatkan beberapa pesan teror oleh detective itu.Seketika itu, mata Intan terbelalak.Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Beberapa orang masuk dengan wajah memakai topeng. "Siapa mereka?" batin Intan. Matanya melotot.Tembakan diluncurkan begitu saja."Doorrŕr...!"Intan berbicara seraya berdiri, matanya terbelalak melihat detektivenya tiba-tiba ditembak."Ada apa ini? Kenapa kalian berani-beraninya mengacaukan tempatku!" Intan berbicara seraya berteriak, tangannya menunjuk mereka. Ia panik.Semua kunci berada di tangan detective. Lantas, bagaimana jika dia mati?Intan menarik sesuatu di lehernya, setelah menekannya, ia berkata," Segera datang ke kantor!"Untung saja saat itu Intan memakai celana, oleh sebab itu, kakinya lebih leluasa saat bergerak.Intan melompat naik ke atas meja dengan lihai.Tangan, kaki, bahkan mata bergerak layaknya seorang penari kungfu yang
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di