nya kicep. Dia tarik lagi Soya hingga kembali duduk di sebelahnya, lantas kembali melayangkan cubitan gemas."Kamu pintar banget sih ngomongnya.""Oh, itu jelas," balas Soya sembari tersenyum jemawa.Anya yang kehabisan kata mendesah. Dia peluk erat Soya dari samping. "Kamu benar. Aku sedang berantem dengan kakek Hanhan. Jadi kira-kira apa yang harus Onty lakukan agar kakek kamu tidak marah lagi?"Soya melepaskan diri dari pelukan Anya, lalu mengetuk-ngetuk dagunya berkali-kali seakan sedang berpikir. Anya yang gemas pun tersenyum dan menarik hidung mancung kecil milik sang keponakan."Sok sekali sih kamu. Jadi kira-kira ada ide tidak?" tanya Anya lagi."Ada. Coba biarkan saja kakek. Soalnya kalau mama marah sama aku, ya aku biarkan saja. Nanti juga marahnya hilang."Anya manggut-manggut. Anak kecil ini memang pintar. Anya sendiri bahkan tidak terpikirkan hal itu. Tapi, mengingat berapa keras kepalanya Hantoro, dia pun dibuat mengembuskan napas panjang. Membalas papanya itu dengan car
"Sudah Kak. Sudah aku katakan tapi tahulah sendiri Papa seperti apa. Padahal andai dia mau membuka hati, pacarku itu tidak seburuk itu. Dia sudah bertaubat dan tidak akan lagi berselingkuh.""Apa?"Teriakan Kirana membuat Anya spontan menekan dada. Detak jantungnya bertalu. Ditatapnya nanar sang kakak yang melotot tajam."Kamu mempunyai pacar mantan peselingkuh?" ulang Kirana. Anya mengangguk ragu-ragu."Dia duda dan punya anak," jelas Anya lagi.Tak ayal teriakan Kirana kembali menggelar hingga membuat sang suami yang bernama Mike melongok ke teras demi memastikan keduanya baik-baik saja. Setelah itu menggeleng beberapa kali, lalu masuk lagi ke dalam."Kamu gila, Nya? Kenapa bisa terlibat dengan laki-laki semengerikan itu?""Tapi aku menyukainya, Kak.""Persetan, putuskan hubunganmu dengannya."Perintah telak itu membuat Anya mematung. Dia bisa melihat kemarahan yang begitu besar di raut wajah Kirana tanpa bisa menyela maupun membela diri."Sekarang bertambah satu orang lagi yang aka
“Ha-ha-ha, ayolah Sayang! Semua orang pernah salah dan semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Jangan terlalu kaku begitu. Ada baiknya kita melihat progres hubungan mereka. Kalau sekiranya sudah tidak wajar barulah kamu boleh bersikap berlebihan seperti ini," oceh Mike yang direspon Kirana dengan cubitan di perut hingga suaminya itu mengaduh kesakitan."Jangan dicubit, sakit!" Mike mengusap perut dan memajukan bibir."Itu karena kamu menyebalkan." Omelan Kirana hanya dibalas Mike dengan kekehan ringan."Jangan tertawa, aku sedang marah.""Aku tau kamu sedang marah, tapi lihat dulu mereka. Anya menyukai lelaki itu. Kalau mereka saling suka ya kita tidak bisa melarang. Saranku kita pantau saja perkembangan hubungan mereka saat ini.""Tidak bisa. Itu karena kamu juga laki-laki. Enak saja menyarankan hal itu. Tidakkah kamu tau berhubungan dengan laki-laki yang seperti itu berpotensi menghancurkan Anya?""Bagaimanapun kita lihat dulu, jangan gegabah."Kirana makin gemas, meski beg
"Suka bukan artinya cinta," sela Anya. "Aku paham itu dan sudah menyadarinya sejak lama."Lidah Kaisar seketika kelu, saat seperti ini dia merasa menjadi pria paling brengsek karena memanfaatkan gadis baik seperti Anya."Aku sadar kalau Om tidak memiliki rasa cinta. Kita memutuskan pacaran karena murni ada udang dibalik batu. Tapi aku tidak bisa apa-apa. Rasa sukaku ke Om tetap tidak bisa diredam. Aku menutup mata meski tahu Om tidak mencintaiku."Maafkan aku ...." Lirih suara Kaisar saat mengatakannya. Rasanya dia tidak mampu untuk mengangkat kepala, sekadar untuk melihat mata Anya saja dia malu. “Jika Om mau aku bisa membantu Om agar bisa lebih dekat dengan Mauri," ucap Anya. Sekarang senyuman kembali terbit di bibirnya dan itu semakin membuat Kai terheran-heran.Pria itu pun menatap lekat pada Anya. "Apa kamu bisa?”"Ya." Anya mengangguk yakin. "Aku akan membantu, tapi bukan untuk merebut hak asuh Mauri. Om masih bisa menjadi papa yang baik tanpa perlu memisahkan Mauri dari Mba
Setibanya di rumah Anya segera mencari keberadaan Hantoro. Namun, sayang dia tidak mendapati sang papa. Dari keterangan Hantari, Hantoro baru saja berangkat ke kantor dan mungkin saja tadi berselisih jalan saat masuk komplek dengan Anya.Anya pun merasa sedikit menyesal. Tadinya Gadis itu ingin membicarakan masalah yang membuat mereka perang dingin sesuai saran Kirana. Anya Ingin memperbaiki keadaan agar situasi tidak terus-terusan canggung. Diabaikan sang ayah membuatnya sedih, tapi Anya bertekad dalam hati untuk tidak menyerah dan melepaskan Kaisar.Merasakan sedikit rasa kecewa, Anya pun memilih berganti baju dan bersiap pergi ke agensinya. Tadi saat di jalan Martha menghubungi dan mengingatkannya untuk bersiap karena dia harus melakukan pemotretan sebuah produk kosmetik yang memang sudah dijadwalkan beberapa hari yang lalu.Tak menunggu lama, suara klakson pun terdengar dan Anya buru-buru menuruni anak tangga. Dia mendekati sang mama yang sedang menonton acara gosip di ruang tenga
Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah taman. Karena memang masih siang tidak banyak yang ada di sana. Anya memilih duduk di bawah pohon menikmati indahnya bunga yang bergoyang tertiup angin. Tidak lupa topi dan masker tetap menutupi wajahnya."Kenapa sejak tadi diam? Apa ada masalah?" tanya Kai setelah itu menyerahkan minuman dingin ke Anya dan ikut merebah kembali."Terima kasih, Om." Anya menerima, lalu membuka masker untuk menikmati minuman isotonik pemberian Kaisar. Beberapa detik kemudian gadis itu mendesah panjang."Aku hanya sedih, papa mendiamkan aku sejak kemarin. Kami sering adu mulut, beda pendapat juga tidak terhitung lagi berapa kali. Tapi aku merasa saat ini dia benar-benar serius dan aku sedikit takut," jujur Anya, suaranya begitu pelan, terdengar penuh tekanan."Apa aku perlu bertemu papamu? Katakan! kapan kamu siap aku akan segera ke rumahmu. Aku akan menjelaskan ke papamu kalau aku tidak main-main denganmu.""Om?" Mata Anya mulai berkaca-kaca. Tidak pernah te
"Airin!""Mama!"Kedatangan Airin disambut suka cita oleh Kartika. Wanita tua berambut pendek sebahu itu langsung menghambur memeluk anak tunggalnya yang datang sembari menggendong bayi. Mereka pun saling berpelukan melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu."Kamu apa kabar, Sayang? Mama rindu. Kamu jahat sekali pergi tanpa pernah sekalipun kembali selama ini. Apa tidak memikirkan Mama yang selalu khawatir dengan keadaan kamu?" omel Kartika. Ia pun tidak bisa pergi mengunjungi putrinya karena dilarang oleh sang suami. Mata Kartika yang sembab lalu menatap bayi mungil yang ada dalam gendongan Airin."Lucunya, persis sepertimu saat bayi," lanjut Kartika yang sedetik kemudian bergeming dan terbeku karena mendengar suara dehaman dari belakang."Sudah nostalgianya? Jika sudah suruh dia masuk," titah Wijaya. Lelaki tua yang memiliki uban hampir di seluruh bagian kepala itu menatap kesal dan penuh ketidaksenangan pada bayi mungil berjenis kelamin laki-laki yang Airin gendong. Dia benci p
***Sama halnya dengan Anya, pagi Kaisar juga tidak begitu baik. Ia yang tadinya bekerja serius dikejutkan dengan informasi dari Audy – sekretarisnya, yang menyampaikan bahwa dia akan dipindah ke divisi lain lagi."Maaf Pak, saya harus menyampaikan kabar buruk lagi,” ucap Audy.Kaisar yang masih duduk di kursi empuknya menatap lamat berkas yang ada di tangan. Berkas tentang pemindahan posisinya, sudah beberapa kali seperti ini dan selalu dilakukan secara dadakan."Bukan salahmu. Kamu bisa keluar, biarkan aku berpikir sebentar," balas Kai. Dia pijit pelipisnya karena seketika merasa pening.Audy pun paham dan segera undur diri dari ruangan Kaisar yang terus menatap kertas berkas yang ada di depannya itu. Saat begini semuanya terasa abu-abu. Kaisar tidak masalah dengan pemindahannya karena merasa ini adalah karma atas kebrengsekannya di masa lalu. Hanya saja hati nurani seakan tercubit, dia tidak tega pada Audy yang telah berkorban banyak demi menemaninya selama ini. Karena ketika dia m
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k