Butuh waktu selama dua bulan untuk bisa mendapatkan semua informasi tentang Mulan, Selingkuhan Suamiku itu. Ternyata selama ini Ia tinggal di sekitar lokasi perumahan yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Ini benar-benar hal yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya."Jadi, kau tahu benar keseharian Mulan?" aku bertanya karena rasa penasaran yang begitu memuncak. tak sabar rasanya, berkenalan dengan seorang wanita idaman lain suamiku."Bahkan, ada orang yang membantu kita. Rumah yang berada tepat di sampingnya itu sudah diberi sertifikat atas namamu, tapi bukan dengan nama Mawar, melainkan Rose. Katanya, Ia mendukung aksimu." Jawab Siti begitu antusiasnya."Kau tidak takut, kalau itu semua adalah jebakan? Bisa saja dari pihak Suamiku atau Selingkuhannya itu tahu gerak gerik kita selama ini.""Big No! Selingkuhan Akbar adalah orang biasa yang di ambil Akbar dari panti asuhan,di Jawa tengah. Jadi, kemungkinan kecil seorang anak yatim piatu memiliki koneksi besar sehingga mampu m
Aku sedikit terkejut saat berbelanja di sebuah Mall, kedua mataku menangkap sosok tubuh yang sama persis seperti yang sudah aku kenali dari berbagai gambar dan juga video. MULAN! Wanita bertubuh kecil dan memiliki warna kulit eksotis itu terlihat sedang memilih-milih perlengkapan bayi. Aku tersenyum senang, akhirnya tanpa harus bersusah payah, Ikan yang ingin aku pancing, datang sendiri tanpa harus aku susah payah untuk meraihnya. Belum selesai rasa keterkejutan yang aku alami, sesosok pria yang aku kenali sedang menghampiri Mulan. Sambil menggendong seorang bayi!Hebat! apakah itu anak mereka? Wah, Mas Akbar. Kau menyumpal kandunganku dengan berbagai pil KB, agar aku tak dapat hamil. Tapi lihatlah Selingkuhanmu itu, kau benar-benar manusia terkejam yang pernah aku kenal Mas!Untuk saat ini, aku harus pergi meninggalkan mereka. Karena posisiku sungguh tidak aman karena Mas Akbar terlihat begitu posesif terhadap Mulan dan tentu saja, anak mereka!Sakit hati? Jangan lupa untuk menanyaka
Mulan mempercepat langkah kakinya, berharap jika yang datang adalah Akbar suaminya. Karena satu jam yang lalu, Akbar memberi kabar bahwa dirinya sedang dalam perjalanan menuju pulang, setelah semalam Akbar bermalam di rumah istri pertamanya, yaitu diriku sendiri.Ceklek!Pintu utama terbuka. Senyum Mulan berangsur memudar setelah tahu bukanlah Akbar orang yang telah mengetuk pintunya. "Hallo," ucapku ramah sambil tersenyum menatap wajah Mulan. Meneliti setiap lekuk wajah wanita yang telah berhasil menembus hati terdalam suamiku."Maaf, Anda siapa?" Mulan terlihat tidak suka dengan kehadiranku."Aku adalah tetangga baru sebelah rumahmu. Perkenalkan, namaku Rose."Mulan tidak langsung menjabat tanganku, Ia masih setia memandangi wajahku dengan tatapan mata penuh curiga."Em, baiklah. Sepertinya kehadiranku tidak terlalu diterima. Aku minta maaf, karena sudah mengganggu waktu anda, maaf saya permisi.""Oh, tidak. Bukan begitu…aku hanya sedang menunggu kepulangan suamiku. Jadi, sedikit t
"Apakah mas mendengar dengan jelas ucapan dokter tadi, bahwa sakit perut yang mas alami karena kebanyakan makan yang mengandung asam dan pedas. Tapi, aneh sekali, setahu aku, Mas bukanlah pecinta makanan pedas. Lagi pula, aku sangat jarang membuatkan makanan pedas untuk mas makan. Jangan-jangan, mas suka jajan sembarangan ya?"mas Akbar membuang pandangannya ke arah lain. Kedua matanya itu nampak takut untuk menatap wajahku."Mas?""Tidak sayang, oh…mungkin saja waktu ada acara di luar kantor. Mas tidak sengaja makan, makanan yang kurang sehat." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain.Aku hanya mengangguk mengiyakan, malas untuk menambah suasana yang kurang nyaman ini. Lagi pula, memang diriku lah yang mencampurkan obat pencuci perut ke dalam makanannya. Ini adalah sebuah permulaan pembalasan dendam seorang istri pada suami yang kurang ajar Seperti mas Akbar. Pria seperti dirinya harus merasakan rasa sakit. Itu adalah tekad kuat yang ada dalam diriku.Setelah dipikir-pik
Mas Akbar tidak menyerah begitu saja. Ia bergegas menyusul diriku yang sedang membereskan bekas makanan di meja makan. Belum sempat melangkahkan kakiku menuju ke dapur, dari arah belakang Mas Akbar memeluk erat tubuhku."Jangan marah ya. Mas akan berusaha untuk membuat rumah tangga kita bahagia selamanya.""Selamanya?" aku tersenyum getir mendengar ucapan Mas Akbar. Begitu pandai mulut manisnya itu untuk berbohong pada diriku."Iya, selamanya." Mas Akbar semakin mempererat pelukannya."Baiklah, nanti akan kita bahas lagi Mas. Kali ini, aku harus membereskan ini semua."Mas Akbar mengerti maksud ucapanku. Ia Pun melepaskan pelukannya padaku. Tanpa berbalik menatap wajah Mas Akbar, aku melanjutkan langkahku ke arah dapur. Masih ada rasa kesal membelenggu hatiku atas sikap Mas Akbar yang terlalu banyak melontarkan kata-kata cinta. Padahal, kata Cintanya itu hanyalah omong kosong belaka. ***Ketika kembali ke dalam kamar, aku melihat Mas Akbar sedang tertidur. Sepertinya aku sudah benar-
Abian memandang penuh takjub wanita berhijab yang memiliki pahatan wajah begitu sempurna. Kedua mata indah dengan hidung mancungnya, serta bibir mungil berwarna pink. Begitu Indah dipandang."Apa aku terlalu cepat datang ke rumahmu?""Tidak, kau tepat waktu. Apa kau membawa semua yang aku katakan?" jawab wanita yang tidak lain adalah diriku sendiri sambil tersenyum menatap wajah Abian. Pria itu terlihat begitu sangat tampan dengan setelan baju santainya. Celana jeans dan kaos berwarna putih polos."Ayo, masuklah!" ajakku.Abian menganggukan kepalanya lalu mengikuti langkahku.Aku sengaja mengajak Abian untuk duduk di ruang tamu, dengan begitu jika suamiku keluar, dari lantai dua akan dengan mudah melihatku dari atas."Akan aku buatkan minuman dulu,"Abian masih setia memamerkan deretan gigi putihnya itu. tak ada yang berubah dari dulu, Ia masih saja murah senyum padaku walaupun aku adalah wanita yang telah mematahkan semangat hidupnya saat itu.Abian menatap sekeliling rumah Mawar, mel
Mulan menajamkan pendengarannya. Setelah bersaing menangis tersedu-sedu dengan Nathan yang butuh untuk di berikan susu, Mulan menghentikan tangisannya dan berjalan keluar kamar tanpa melihat box bayi Nathan. Bayi itu masih setia menangis histeris karena tak mendapatkan apa yang ia inginkan.Setelah membuka pintu rumah, Mulan dapat melihat seorang pria berkulit sawo matang sedang tersenyum melihat ke arahnya."Siapa anda?""Saya Jimmy, yang ditugaskan pak Akbar untuk datang ke sini. Beliau hari ini tidak dapat datang, karena masalah kesehatannya. Kalau ada yang ingin anda inginkan, anda dapat mengatakan langsung pada saya agar saya dapat membelikan keperluan yang anda inginkan."Mendengar penuturan pria di hadapannya itu, Seketika wajah Mulan memancarkan sebuah senyum kemenangan.dengan datangnya pria bernama Jimmy ini, Ia bisa meminta bantuan kepada Jimmy agar membelikan susu formula untuk Nathan."Belikan aku susu termahal dan pastinya paling bagus untuk Nathan. Untuk bayi usia nol sa
Setelah berhasil mendaratkan ciuman bibir pada diriku, Mas Akbar terlihat begitu bahagia. Ia kembali mengecup keningku, sebagai penutup pergulatan antara rasa kesal dan cemburunya pada Abian. "Puas?" sarkasku."Sangat, bibirmu begitu candu dan selalu ingin aku rasakan kenikmatannya." Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang tertutup oleh Hijab."Benarkah, itu?"Mas Akbar nampak mengangguk dan tersenyum menanggapi pertanyaan diriku."Baiklah, sudah cukup untuk hari ini. Aku harus menyiapkan makan malam kita, mas.""Pesan saja sayang…" rengek Mas Akbar. "Baiklah." Akhirnya aku memilih untuk mengalah dari pada harus berdebat dengan Mas Akbar. "Oh iya mas, besok malam kita harus menghadiri acara ulang tahun pernikahan Paman Hamzah. Dan jangan sampai lupa, kalau ada kendala di kantor, Mas besok harus tetap datang. Jangan sampai melewatkan hal ini."Mas Akbar sedikit terkejut mendengar penuturan diriku, ia nampak duduk dengan gelisah. Mungkin karena sudah membuat janji dengan Mulan, sehin
Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem
Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa
Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu
"Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga
"Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan
Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i
Aku menatap wajah pria yang kini tengah menatap wajahku dengan sorot mata penuh harap. Wajah tampannya yang terlihat dingin seperti hilang ditelan bumi saat berhadapan dengan diriku. Cintanya bagaikan sebuah air yang terus mengalir membasahi seluruh isi hatiku."Mawar?" kembali Abian menyadarkan diri ini untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya."Apakah harus secepat ini?" aku mencoba untuk mengulur waktu yang ada. Bukan bermaksud untuk menyakiti hati Abian, hanya saja aku merasa masalahku dengan Akbar belum selesai sepenuhnya. Lagipula, Masa iddahku belum sepenuhnya selesai.Abian terlihat tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan senyumannya.Merasa tidak nyaman, aku memalingkan wajah ke arah lain. Berlama-lama bertatap muka langsung dengan Abian membuat kesehatan jantungku berdegup kencang sekali."Baiklah, ayo aku antar pulang." Abian mengalihkan pembicaraan dan lebih memilih untuk membuat diriku merasa nyaman berada di dekatnya.***Mulan meremas ujung roknya, menyalurkan rasa tid
"Lagi pula, istrimu itu Mulan bukan Mawar! Pikiranmu Mulan, tapi mulutmu menyebut nama Mawar. Akbar, cobalah untuk mengerti dan pahami hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi."Akbar menghempaskan tubuhnya pada Sofa empuk dan menyandarkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau. Mendapatkan kabar bahwa Ia telah resmi bercerai dalam kondisi kehilangan Mulan, membuat otaknya terasa begitu berat untuk berpikir."Kenapa tidak bertanya pada ayahmu?" Sania menatap wajah Akbar dan berusaha untuk meyakinkan anak semata wayangnya itu untuk dapat melihat sebuah kenyataan bahwa Ayahnya selama ini telah mempermainkan kehidupannya secara tidak langsung."Apa hubungannya dengan Ayah?" Akbar menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Ibunya itu.Sania memutar bola matanya, malas untuk berdebat tentang persoalan yang sebenarnya sepele tapi begitu memuakkan untuk dibahas."Ibu, tolong katakan yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar tak paham atas semua yang terjadi.""Apa ingatanmu sudah tidak bekerja dengan b
Perlahan Abian melepaskan pelukannya dan memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. Pria itu nampak begitu serius menatap wajahku dengan sorot mata yang tak dapat aku artikan."Aku akan menikah Mawar, apa kau mendengarnya?" sederet kalimat itu kembali mencuat keluar dari mulut Abian, menyisakan sedikit rasa perih di hatiku. Aku belum dapat mengetahui isi hatiku sebenarnya, namun akhir-akhir ini memang wajah Abian selalu berada dalam pikiranku."Mawar," sekali lagi. Pria itu terlihat begitu putus asa dengan kediamanku. "Abian, aku tahu selama beberapa tahun terakhir kau mencintaiku. Tapi, ini salah. Kau akan menikahi gadis itu. Jadi, tak lantas jika kau mengatakan bahwa kau mencintaiku." Jawabku tanpa berani memandang wajah Abian. Kepalaku tertunduk sambil sesekali mengusap keringat di keningku.Tangan Abian meraih tanganku, menggenggamnya begitu erat."Kaulah segalanya Mawar, orang yang akan aku nikahi adalah dirimu."Kepalaku mendongak menatap wajah Abian. "Apa maksudmu?""Orang yan