Share

Ancaman

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-30 21:52:57

Ibu menarikku ke dalam dan membawaku ke dapur. Sampai di sana, aku didorong hingga terjatuh ke lantai.

"Beraninya kamu keluar Jani! Sari... " Ibu berteriak memanggil anak perempuannya.

Sari tertatih berjalan dari belakang. "Bu, kakiku sakit." Ucapnya membuat aku menatap juga ke arah kakinya.

"Kenapa dengan kakimu?" Ibu terkejut melihat luka memerah di kaki putrinya itu.

"Tu, tanya sama menantu bulldozer ibu itu!"

"Jani? Buat ulah apa lagi dia?"

"Dia tumpahkan sup di kakiku bu" Ucapnya terisak membuat rasa marah ibu padaku semakin memuncak.

Ibu mengambil sapu di balik pintu, namun aku berdiri sebelum batang kayu itu benar-benar menyentuh tubuhku. "Ayo pukul!" Kubawa pisau dapur di tangan, menodongkannya ke depan ibu dan Sari.

Wanita itu terkejut, melirik sebentar ke depan, mungkin memastikan situasi ini tak terdengar keluar. "Kurang ajar memang kamu! Turunkan pisau itu!" Ucapnya penuh penekanan.

"Nggak mau! Nanti ibu memukulku." Ucapku memelas.

"Telpon Bapaknya yang pemabuk itu Sari!"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
DWITA ERNA MARYAMI DWITA
ini critax kok kemana2 yaa.. jdi g ngerti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Kumal   4. Takdir tak berpihak

    Klek...Kudengar suara pintu di buka, mas Amran sudah berdiri dengan ikat pingang tergerai di tanganya, menatapku tajam dan bersiap membawaku dalam neraka.Yang membuatku terkejut bukan hanya kedatangan mas Amran, melainkan Lusi, wanita yang membawa mas Amran jauh dari yang ku kenal, kini dia berdiri dengan wajah meremehkanku, perempuan itu menatapku dengan senyumnya yang membuatku bertambah marah."Perempuan tak tau diri! Setan memang kau Jani! Beraninya kamu membuatku malu di depan semua teman-temanku!"Sebelum aku mendekati Lusi, tiba-tiba mas Amran mendorongku ketembok, mencengkeram rahangku dengan jari telunjuk dan jempolnya membuatku merasakan kesakitan."Le_le_pas Ma_as!" Ucapku terbata, mas Amram tak membiatkan diriku lepas.Nafasku tercekat, udara yang masuk kurasa amat terbatas, setelah ini aku tak tau masih mampukah aku bertahan melewati malam ini."Katakan, apa maksudmu menghancurkan acaranku? Apa maksudmuengatakan bahwa kau adalah istriku!" Aku mendengar kalimat tanya it

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   5. Malaikat misterius

    Jani terbangun dengan jaket kulit menyelimuti separuh tubuhnya, ia gemetar menahan dinginnya udara pagi. Jani melihat ke sekitar dan tak menemukan siapapun di sana. Lalu, siapa yang memberinya jaket kulit ini?Jani berdiri, mengamati tempatnya tidur semalam hanyalah ruko kosong dengan semak belukar yang tinggi. Ruko ini berdiri di tengah hutan yang rimbun, setapak kecil memang sudah di aspal halus, namun sejak semalam, jalan ini benar-benar lengang dari kendaraan.Di antara kabut tebal yang turun, tertatih Jani berjalan menyusuri setapak kecil ke arah mobil Amran pulang semalam."Tempat apa ini ya Allah?" Jani bergumam, bertanya dalam hati, kemana Amran sudah membawanya kini, Bagaimana bisa lelaki itu bahkan meninggalkan dirinya di tempat ini?Pohon rimbun di kedua sisi menutupi matahari yang mungkin sudah meninggi, ia bahkan tak tau pukul berapa sekarang.Tubuh Jani begitu menggigil, terlebih saat dia berjalan lebih masuk ke dalam tengah hutan. Setapak tempatnya kini memang seperti

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   6.Tuan muda Leon

    Leon melajukan mobilnya meninggalkan jalan kecil di tengah hutan, dia tidak berbohong, hutan tempat Jani di tinggalkan memang jauh ke dalam, Jani tak akan sanggup bila dia harus berjalan keluar dari hutan ini sendirian.mengerikan! Mengapa lelaki itu tega membuang istrinya sendiri!Leon kembali menatap wajah Jani, di matanya Jani begitu cantik, tubuh gemuk, bahkan badan tak terurus seperti wanita kebanyakan, tapi semua itu tak bisa menutupi betapa berbedanya wanita itu dari yang lain.Leon membuang wajahnya ke depan saat Jani memergokinya sedang mencuri pandang ke arahnya. Jani jadi sedikit kikuk, ia merasa mungkin Leon sedang membatin juga bentuk tubuhnya.Kruuk... Krukk...Mereka saling pandang, perut Jani berbunyi nyaring, menandakan ada angin yang masuk karena kosongnya isi perut Jani.Wanita itu memejamkan mata, malu dengan apa yang baru saja mereka dengar. Sejujurnya dia memang sangat lapar, sejak memasak kemarin, dia tak sempat memakan apapun, bahkan dirinya di kurung dalam ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   7

    Jani masih tertunduk sementara Leon menahan amarahnya, tangannya mengepal melihat air mata tumpah dari mata bening Jani."Baiklah, jika aku menerimamu bekerja, apa yang akan kamu lakukan setelahnya?"Jani menatap Leon dengan tajam, ia menghapus air mata di pipinya yang gempal. "Aku ingin membalas rasa sakit hatiku, menyingkirkan Lusi dari hidup suamiku dan membuatnya menyesali semua kekejamannya padaku!""Lusi, siapa Lusi?""Oh, pacar suamiku, sepertinya teman kantornya. Dia cantik, tak sepertiku!" Nada bicara Jani terdengar sesak.Leon mendengarkan dan ikut merasakan sesak dari jawaban Jani yang di luar kendalinya."Itu alasanmu ingin membalas dendam?"Jani menganggukan kepalanya. "Kamu tau, berat rasanya di sisihkan, di hina, di rendahkan, aku sudah sangat sering mendapat perlakuan itu." Senyumnya tipis namun penuh luka.Leon kembali terdiam, ia tak menyangka luka hati Jani begitu dalam. Dengan berat dia mendekatkan wajahnya pada Jani. "Caranya, bagaimana caramu membuat mereka semua

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   8. Bertemu Dokter

    Jani masih tak percaya, segala mimpinya dulu kini hanya tinggal selangkah lagi menjadi kenyataan, terlebih membayangkan bahwa suaminya akan kembali padanya, meminta maaf bahkan mungkin menyesali perbuatannnya pada Jani, membuat wanita itu terus tersenyum simpul."Ada apa?" Leon bertanya, sejak tadi ia tak berhenti menatap wajah Jani yang besemu.Jani hanya menggelengkan kepala, ia bisa di kira gila bila terus tersenyum sendiri. " Tak ada, hanya aki ingin bilang terimakasih Leon, kamu sudah merubah hidupku." Ucapnya pelan sembari menatap lagi ke arah luar mobil.Leon tersenyum tipis, senyum yang hampir tak terlihat, ia begitu bahagia merasa kali ini keberadaannya begitu berarti untuk Jani.Mobil mereka berhenti di perlintasan kereta, Jani menatap keluar, menyaksikan kendaraan.yang ikut berhenti seperti mobil yang ua tumpangi. Tanpa sengaja mata Jani tertuju pada dua wajah yang sedang bercanda di dalam mobil tepat di sisinya."Mas Amran!" Ucapnya pelan, lelaki itu sedang bercanda dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   9. Patah hati lagi

    Pulang dengan harapan barunya, membawa segala rasa yang telah ia kubur, Jani bertekat merebut kembali apa yang berhak ia miliki. Terbayang pernikahan impiannya dulu, meninggalkan rumah dingin sang Bapak, berharap mendapat tempat bernaung yang nyaman, namun ternyata hanyalah rumah dengan segala harapan semu.Teringat di awal pernikahannya, senyum kecil Amran yang menyambutnya hangat setelah ijab qobul, lelaki itu tak berhenti mengucap terimakasih, masih ada wanita yang mau menerima kekuranngannya. Dengan cinta Jani mengabdi, melepaskan segala mimpinya yang tinggi, ia menerima takdirnya menjadi istri.Menikmati kodratnya yang baru, manjadi istri sekaligus menantu yang baik. Tak ada yang membuatnya merasa sakit hati, bahkan ibu mertuanya yang ketus tak pernah berkata kasar, meski sebagai menantu ia mungkin tak mendapat tempat istimewa di rumah mertuanya.Segalanya tetap terasa sempurna, hingga di malam yang sunyi, tangis menggema di setiap sudut rumah suaminya, Bapak mertua yang begitu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   10. Persiapan pernikahan

    Amran membawa Lusi ke tempat belanja, mereka habiskan gaji Amran hari itu untuk membeli semua keperluan pernikahan. Baju, sandal, perhiasan, semua barang mewah itu sudah ada dalam paper bag yang di bawa Amran.Lusi merasa sangat bahagia, setelah merasa cukup dengan apa yang di beli, Lusi mengajak Amran pulang. Amran mengantarkan Lusi ke Kosnya lebih dulu, mereka ingin bermesraan tanpa ada orang yang mengganggu.Kembali mereka melakukan hubungan terlarang. Dosa bagi mereka seperti candu, meski ikatan halal belum jelas di buat, mereka tak canggung meneguk madu berkali-kali sebelum waktunya."Mas, kenapa harus menikah siri dulu? Apa tak bisa langsung menikah resmi saja?" Lusi bertanya setelah mereka sama-sama selesai dengan puncak gairahnya.Amran membelai tubuh wanita yang belum resmi ia nikahi itu, mereka masih ada dalam satu selimut yang sama. "Aku harus menceraikan Jani dulu, atau kita tunggu dia mati di tengah hutan!" Ucap Amran, ia menatap langit kamar Lusi yang gelap."Sampai seka

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Pembalasan Istri Kumal   Cintai dirimu sendiri

    Malam itu Amran tak dapat memejamkan matanya, ia tak tau mengapa gelisah membuatnya begitu tak nyaman, berkali-kali ia menilah wajah Lusi sanh kekasih dan bertanya bagaimana bila Jani masih hidup sekarang."Harusnya ku bunuh saja dia saat itu!" Ucapnya kesal pada keputusannya membiarkan saja Jani tetap hidup.Amran bangun dari ranjang, memakai kembali bajunya yabg berserakan di lantai kamar, ia keluar dari kamar dan duduk di teras rumahnya. Beberapa lampu masih menyala, membuat halaman yang tertutup tenda itu tak terlalu gelap sekarang.Amran menyalakan sebatang rokok, mengingat kembali wajah wanita yang di lihatnya siang tadi, ia begitu yakin itu Jani, meskit baginya cukup mustahil wanita besar itu bisa berjalan keluar dari hutan terlarang."Atau mungkinkah itu hantu Jani? Ia datang untuk membuatku tak tenang?" Ucapnya dalam hati, membuat bulu kuduknya meremang membayangkan."Ah bukan, mungkin saja itu hanyalah seseorang yang mirip, wanita itu jauh berbeda dengan Jani yang kukenal, d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Kumal   Kejujuran

    Jani mengambil foto di tangan Leon dan memperhatikan lebih jelas, gadis bermata abu itu memang nampak sanggat bahagia bersanding dengan seorang anak lelaki kecil dengan rambut menutup poninya."Ini_" Jani menghentikan kalimat nya dan menatap ke arah Leon."Ya, itu aku. Meski tak kamu ingat kita adalah sahabat kecil Jani..Kata Jani berkaca menatap ke arah Leon, memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki nan tampan itu dengan seksama."Benarkah itu dirimu? sahabat yang kadang hadir dalam mimpiku, aku selalu bertanya itu kisah siapa, sebab ta ada yang aku ingat dari masa lalu ku selain karena sepenggal kisah yang ku denggar dari bapak yang membesarkan ku."Jani berkata dalam hati, air mata nya turun tanpa sadar, membuat wajahnya yang putih merona kemerahan sekarang."Ada apa sayang?" "Sekarang aku tau kenapa kamu begitu baik padaku." Ucap nya lirih.Ya, selama ini Jani selalu merasa bersyukur sebab masih di beri hidup lebih lama, mengucap terimakasih pada Leon dalam hatinya sebab memberin

  • Pembalasan Istri Kumal   Cerita rahasia

    "Karena kamu tau segalanya Jani, kamu kehilangan ingatanmu saat mengalami kecelakaan setelah bertemu dengan Lenzia, itu pertemuan terakhirmu, sebab Lenzia menghilang setelahnya." Leon menjelaskan dengan gamblang"Jadi aku pernah bertemu dengan Lenzia?""Ya, dan Aini mencoba juga untuk membunuhmmu."Sri dan Jani sama-sama terkejut, menghadapi kenyataan yang teramat berat sekarang. ""Dan wanita tadi adalah Aini? ." Ucap Jani membuat Sri menatap nya serius."Kalian sudah bertemu Aini?""Iya, kami tak sengaja bertemu dengannya saat aku turun membeli minum, dia hampir membunuh Jani.""Dia terus menyebut ku Lusia.""Ya karena itu yang dia tau, dia hanya mengenal nama Lenzia Jani." Leon kembali menjelaskan dan membuat Jani semakin diam."Dimana kalian bertemu Aini?" Sri penasaran."Di minimarket tengah hutan.""Begitu? aku harus segera mencarinya." Sri berdiri, dia ingin bicara lebih banyak namun Sepertinya Aini jauh lebih Penting sekarang."Sepertinya aku harus permisi dulu, kami sudah lam

  • Pembalasan Istri Kumal   Kenyataan pahit

    Sri tersenyum menyetujui, dirinya memang harus mengatakan banyak hal pada Jani sekarang."Saya janji tidak akan memaksa, bila nona Lusia berkenan saya pergi, saya akan pergi." Ucap Sri jujur, dia tak ingin mengusik Lusia yang sedang sakit namun jika wanita itu meminta penjelasan, Sri tentu saja lebih senang mendengarnya."Baiklah, hanya sebentar saja, tanyakan saja apa yang ingin kamu dengar dan setelah itu istirahatlah."Jani tersenyum dan mengganggukkan kepala. "Terimakasih sayang, terimakasih." Ucap Jani dengan wajah merona, mereka lalu masuk ke dalam kamar Leon.Leon meletakkan Jani ke atas tempat tidur, Jani bersandar pada tempat tidur nya dan Leon menyelimuti wanita itu hingga menutupi sebagian tubuhnya yang putih. Sri duduk di sisi ranjang, melihat betapa Leon memperlakukan Jani dengan istimewa, dia yakin lelaki ini memang tulus mencintai Jani."Katakan segera yang ingin anda katakan." Leon bicara dengan tegas, tak ingin Janin terusik lebih lama lagi.Jani menyentuh lengan keka

  • Pembalasan Istri Kumal   Amarah

    "Wanita ini menyebutku Lusia, Leon." Ucap Jani pada Leon membuat Leon juga merasa tak tenang."Dia menyebut Lusia, Leon! Dia tau Lusia!!" Jani terdengar panik, memeluk Leon dalam ketakutan.Leon mendekap mendekap erat Jani, menatap menatap marah pada apa yanh baru saja Aini lakukan, dia tak mengenal Aini, namunn beraninya wanita otu bahkan menyakiti orang yang sangat dia lindungi."Bawa dia pergi!" Ucap Leon kesal, dia ingin membuat. perhitungan pada Aini, namun menenangkan Jani jauh lebih penting sekarang.Leon melihat Aini di bawa paksa pergi, sementara Jani yang ketakutan merosot terduduk di lantai pelataran, dia terus menatap Aini yang menjauh, tak dapat lagi berpikir biaik, Jani berharap semua yang di lalukan bisa membuat nya mengingat sesuatu."Kamu baik-baik saja sayangku?" Leon tertunduk, mendekap Jani penuh penyesalan."Harusnya aku tak meninggalkan mu sendirian. sayang." Ucapnya merutuki kebodohan nya sendiri.Jani menangis kencang, tangisan yang entah kenapa tiba-tiba saja

  • Pembalasan Istri Kumal   Ingatan itu kembali.

    "Jauhkan tanganmu, siapa kamu!" Jani berteriak histeris, tatapannya melihat ke arah dalam minimarket"Kenapa kamu cantik? Aku benci saat kamu cantik!'" Ucap Aini kesal, tangannya terus mencoba menyentuh wajah Jani."Kemari kami sialan!" Aini meremas kuat kerah baju Jani, membuat ia gemetar karena histeris."Tidak!.... tidak!" Ucapnya kencang dan sebuah ingatan masa lalu kembali muncul....Jani melihat wanita berparas mirip dirinya berlari letakutan dengan perut membesar, entah apa yang sudah di lalui hingga gaun putih yang di kenakan berlumur darah dan tanah, dinginya malam bukanlah musuh terbesarnya, dia lebih takut jika bayi dalam dekapan itu lepas dari pelukan. "Jangan mencoba lari Lusia!" Teriakan itu begitu nyaringo dan lantang terdengar.Lusia gemetar dalam tangis, berjongkok pada rimbunya dedaunan kecil dan ilalang, berharap diri nya tak di temukan."Lusia!" Teriakan itu kembali terdengar, tubuh kecil Lusia semakin gemetar."Sabarlah sayang, mama akan membawamu pulang, kita ak

  • Pembalasan Istri Kumal   pertemuan tak terduga

    "Aku ingin tau apa yang terjadi Leon, aku mohon katakan sesuatu." Ucapnya meminta, segala hal yang menimpanya begitu menyiksa dan membuat dirinya bertanya."Perlahan saja sayang, kita akan bicara nanti." Ucap Leon lalu membawa Jani masuk ke dalam mobil mereka.Meninggalkan rumah kosong yang serasa tak asing bagi jani, rumah yang sepertinya sangat dia kenal namun tak bisa di ingat lebih baik.Mobil Leon membelah malam sunyi, melewati hutan yang lebat dengan hanya satu, ldua penerangan minim, mereka hanya berdua saat datang dan pergi, menyisakan kesunyian nyata setiap kali tak ada suara di antara mereka."Kenapa diam?" Tanya Leon, ia masih Melihat Jani terdiam Menatap ke luar jendela."Rasanya aku pernah ada di sini." Ucapnya sembari melihat ke arah rumah kosong di sisi jalan.Leon berhenti mendadak, menatap ke arah rumah kosong di sisinkanan mereka, rumah tangga memang sejak lama tak di tempati, namun kenapa Jani merasa pernah ada di sana?"Kamu yakin pernah ada di sana?"Jani mengangg

  • Pembalasan Istri Kumal   Aini

    Aini menjerit di depan toko, dia takut sebab Fandi sudah meninggalkan dirinya sendiri di tempat asing, pegawai toko juga ketakutan sekarang, Aini bisa saja melukai orang karena tertekan. "Wanita murahan!" Tiba-tibsa saja kalimat itu keluar dari bibir Aini, dia teringat pernah menyebut nama itu begitu sering dulu.Aini terduduk di trotoar jalan, uang yang di genggamnya ia lepas begitu saja, ia menatap nanar ke jalan yang sepi, seakan dirinya bisa saja tenggelam dalam gelap.Aini mengingat betul dia pernah hidup mewah, namun entah kenapa sekarang semua hanya bergantung pada saat orang memberinya perhatian dan cinta. "Kenapa kamu pergi mas!" Aini menangis lagi, kali ini bayang wajah Arka suaminya tergambar jelas, lelaki itu bahkan telah damai sekarang.Aini begitu mengingat bagaimana Arka yang tak pernah berbuat jahat padanya dulu, masih menjadi lelaki yang menempati hatinya selain Satria. Dia bahkan rela menyingkirkan semua rintangan yang ada hanya untuk menempati ruang yang tak lagi

  • Pembalasan Istri Kumal   pelarian dari wanita masalalu

    Sementara Fandi dengan perasaan tak menentu memutuskan pulang ke Solo, dia tak ingin mendapat masalah dengan bertemu lelaki seperti tuan Cien. Bergegas dia berjalan ke kamar dan melihat Kila tertidur dengan baju terbuka."Ada apa Sayang?" Kila bertanya dengan cemas, melihat Fandi membuka lemari baju dan mengemasi barangnya."Ayo pulang sekarang." Ucapnya kesal terus di tanya namun Kila masih tak memahami situasi yang ada."Kenapa mendadak pulang?""Ya karena kita memang harus pulang Kila!" Ucap Fandi kesal. "Bantu aku berbenah dan jangan banyak tanya!" Ucapnya lagi lalu melanjutkan lagi menata pakaiannya.Dengan kesal Kila medekat, menarik kopernya juga ke depan lemari dan ikut memasukkan barang-barangnya."Padahal kita baru berapa hari di sini!" Ucapnya ketus."Kalau kau mau di sini terus, silahlan! aku mau pulang!" Ucap Fandi lagi dengan nada tinggi, dia benci sekali saat Kila merajuk tanpa alasan.Fandi menatap Kila dengan wajah tak suka."Harus nya kau malu bilang begitu, aku suda

  • Pembalasan Istri Kumal    Kenangan yang tersibak

    "Kau tau tempat ini?" Leon bertanya dengan alis terangkat.Jani menggelengkan kepalanya, meski merasa tak asing namun dirinya tak dapat mengenali lingkungan tempatnya barada sekarang."Aku tak tau, ada sesuatu di sini?" Jani berusaha mengingat, namun tak dapat menemukan serpihan cerita dari tempatnya berada sekarang."Ayo kita masuk, mungkin kamu akan menemukan jawabannya. " Ucap Leon membuka pintu mobil nya dan segera berjalan ke sisi yang lain."Ayo keluar." Ucap Leon lagi, menarik jemari kecil Jani keluar dari dalam mobil mereka."Aku tak mengerti." Jani masih mematung di tempat, takut bila Leon berbuat sesuatu yang mungkin membuat dirinya merasa kecewa."Kau hanya perlu mengikuti kata hatimu, tak ada yang perlu di mengerti Jani, aku tak akan pernah membuatmu merasa terluka, percayalah!" Ucap Leon meyakinkan wanita di hadapannya itu.Mata Jani keluar menelisik ke sekitar tempatnya berdiri, sebuah pelataran kecil dengan pohon mangga besar di dekat pagar rumah itu, membuat hati kecil

DMCA.com Protection Status