Home / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / Noda Di Atas Ranjang

Share

Noda Di Atas Ranjang

Author: Amarta Bleue
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas? Kamu kenapa?" tanya Nara setelah berhasil menahan rasa sakit dan perih yang sempat dialaminya.

Setelah tadi Nara sempat berteriak kencang merintih kesakitan, Dimas memang sempat terlihat sangat khawatir hingga langsung memberikan sedikit jarak pada istrinya tersebut. Akan tetapi setelahnya, pria itu malah terdiam seolah sedang terkejut akan sesuatu.

"Mas? Apa ada yang sal—"

"Apa ini adalah pertama kalinya untukmu?" potong Dimas yang akhirnya tersadar dari sikap terkejutnya.

Nara yang ditanya seperti itu pun seketika mengerjap. Awalnya ia tak begitu mengerti dengan pertanyaan suaminya, hingga akhirnya baru bisa paham di saat Dimas memberikan sedikit kode melalui gerakan matanya.

"A—ku ... Aku tidak tahu, Mas. Mungkin bisa saja waktu itu orang yang menculiku waktu itu melakukan suatu hal padaku, sehingga waktu itu aku terbangun dalam keadaan yang—"

"Tidak! Sebelum itu! Apa kamu pernah melakukannya dengan pria lain?" tanya Dimas dengan sangat serius, hingga membuat Nara sedikit ket
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan Istri Kampungan   Janji Dimas Pada Nara

    "Nara?"Perempuan itu terkejut, hingga langsung membalikkan badannya di saat merasakan ada lilitan tangan kekar yang berada di pinggang rampingnya. Tadi, Nara memang sempat memandangi indahnya pemandangan laut dari balik jendela kamarnya. Ia sedang menikmati indahnya pemandangan yang ada di sana, setelah sempat seharian penuh menghabiskan waktunya berdua dengan sang suami di atas ranjang dengan perasaan yang penuh akan cinta.Sepasang pengantin yang masih sangat baru itu, memang sangat menikmati momen bulan madunya kali ini. Meski sempat terdapat beberapa halangan sebelumnya, akan tetapi pada akhirnya mereka bisa merasa lebih santai di saat telah berhasil menemukan sebuah bukti yang dapat menampik semua dugaan buruk yang sempat mereka berdua pikirkan sebelumnya.Sehingga sekarang, Nara dan Dimas pun nampak selalu tak bisa berhenti memadu kasih di sepanjang waktu, bahkan sampai melupakan beberapa agenda yang sebenarnya sudah direncanakan mereka berdua sebelumnya."Apa masih ada lagi y

  • Pembalasan Istri Kampungan   Mengurus Semuanya

    "Hmm, Sayang. Kamu ...."Ting! Tong!Tepat sebelum Dimas menyelesaikan, tiba-tiba saja terdengar suara bel yang berbunyi kencang. Sepertinya itu adalah dari pelayan kamar, yang akan mengantarkan segala pesanan yang tadi telah Dimas minta sebelumnya."Nara, lebih baik kita makan dulu. Duduklah di sini, Sayang. Biar nanti aku yang akan menyuapimu," ucap Dimas yang langsung menarik lembut tangan mulus istrinya itu ke atas kasur.Sekarang pelayan kamar sudah keluar, sehingga kini yang tersisa di dalam sana hanyalah Dimas dan Nara. Seperti yang tadi sudah dibilang, Dimas benar-benar menyuapi istrinya itu dengan sangat romantis, akan tetapi tentu kali ini Nara tak hanya diam saja. Sesekali perempuan itu juga menyuapi suaminya, sebagai bentuk balasan atas semua kebaikan dan perlakuan lembut sang suami kepadanya."Terima kasih, Mas," ucap Nara sambil membersihkan sisa-sisa makanan yang masih menempel di sekitar bibir suaminya dengan sebuah tisu yang ada di genggaman tangannya.Dimas tersenyum

  • Pembalasan Istri Kampungan   Keterangan Nara

    "Apakah ada saksi mata yang melihat kejadian penculikan waktu itu?"Degh!Jantung Nara seketika terhenti, ketika ia kembali mengingat kejadian penculikan waktu itu. Di mana dirinya sempat bertemu atau yang lebih tepatnya lagi ditolong oleh seseorang yang sebenarnya sangat tak asing di hidupnya.Sebelumnya, Nara memang sengaja menutupi cerita itu. Dan itu semua tentu bukan tanpa alasan, karena sebenarnya dirinya hanya mau mencegah keributan yang mungkin saja bisa terjadi di antara Dimas dan Evan nanti.Akan tetapi sekarang, sepertinya Nara tak bisa menutupinya lagi. Seperti yang telah pengacaranya di itu telah katakan sebelumnya, karena dengan adanya saksi mata semua proses pengurusan laporannya ke polisi bisa semakin diproses dengan cepat."Kalau kamu tidak bisa mengingatnya, kamu—""Ada, Pak!" aku Nara akhirnya, yang seketika membuat perhatian kedua pria yang ada di sekitarnya tertuju penuh ke arahnya."Ada? Apa maksudmu, Nara?" tanya Dimas yang tentunya sangat terkejut dengan pengak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Kekecewaan Dimas

    "Mas?"Tepat setelah turun dari mobil, Nara langsung berusaha mengejar langkah sang suami yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Dengan langkah yang sedikit terseok karena sebenarnya dirinya masih sedikit sakit sehabis menjalankan ritual malam pertama itu, ia tetap berusaha menyusul Dimas yang sedari awal sudah terlihat kesal dan kecewa padanya.Sebenarnya, Nara sungguh sama sekali tak menyangka kalau kepulangannya ke tanah air akan langsung disambut dengan masalah yang seperti ini.Jika pasangan lain yang baru saja pulang dari acara bulan madunya akan terlihat semakin romantis, kini tentunya sangat berbeda jauh dengan dirinya dan juga Dimas. Semua hal romantis yang sempat tercipta di sana, kini memang entah pergi ke mana hilangnya.Akan tetapi jika Nara pikirkan lebih jauh lagi, ini juga memang karena salahnya sendiri. Ia memang sudah sangat salah karena baru mengungkapkan fakta kemunculan mantan suaminya di tempat penculikan waktu itu pada Dimas, padahal seharusnya dirinya harus men

  • Pembalasan Istri Kampungan   Amarah & Gairah

    Brukkk!Dengan cepat Dimas langsung menghampiri istrinya, dan juga langsung berusaha menahan bobot tubuhnya sebelum benar-benar terjatuh. Ia sungguh tak tahu dengan apa yang telah terjadi, sehingga tiba-tiba saja mendapati sang istri yang terlihat sangat lemas seperti ini hingga tak sengaja menyenggol salah satu barang yang ada di atas meja kerjanya."Mas? Kepalaku tiba-tiba saja pusing," ucap Nara pelan dengan bibirnya yang terlihat semakin pucat.Melihat hal ini, Dimas pun seketika jadi menyesal. Ia menyesal karena sempat bersikap keras pada istrinya itu, padahal mungkin saja Nara lah yang lebih tertekan dengan situasi yang amat rumit seperti ini."Bertahanlah, Sayang. Aku akan membawamu ke kamar, agar kamu bisa beristirahat di sana," ungkap Dimas yang langsung menggendong tubuh istrinya dengan kedua tangannya sendiri, hingga akhirnya membuat Nara pasrah dengan semua keputusan suaminya itu.Sebenarnya, Nara sendiri pun tidak tahu tentang alasan dirinya yang tiba-tiba saja merasa pus

  • Pembalasan Istri Kampungan   Suami Pengertian

    "Maaf, Tuan. Untuk saat ini, kami hanya baru mengetahui informasi tersebut, dan untuk selanjut mungkin nanti kami kabari lebih lanjut lagi," ucap Marvori sesaat setelah menunjukkan beberapa foto rumah baru Evan dan juga alamat jelas tempat tinggal pria itu pada sang atasan.Untuk sesaat, Dimas pun terdiam. Ia melihat kembali ke berapa lembar foto-foto yang baru saja berada di tangannya, sampai akhirnya ia menyuruh anak buah kepercayaannya tersebut untuk sedikit mendekat ke arahnya agar percakapan tak sampai terdengar oleh Nara yang sedang tertidur."Awasi terus rumah ini! Laporkan padaku apa saja kegiatan pria bejat itu di luar sana, dan juga pastikan dia tidak akan kabur ke mana-mana!" tekan Dimas dengan pelan, dan juga dengan urat-urat yang terlihat jelas di lehernya.Kali ini, Dimas memang tak main-main lagi. Ia benar-benar ingin memastikan bahwa Evan lah biang kerok dari semua masalah ini, dan menghukumnya dengan hukum yang setimpal atau bahkan lebih. Gara-gara kejadian ini, kond

  • Pembalasan Istri Kampungan   Kegilaan Evan

    Prangg!Sebuah vas bunga yang ada di ujung kamar tidur Nara dan Dimas pun seketika pecah berkeping-keping, tepat setelah tak sengaja tersenggol oleh seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar itu dan baru saja mengangkat sebuah telepon dari salah satu kerabat dekatnya.Dengan seluruh tubuh yang membeku terkejut, ia pun menatap nanar pada semua pecahan keramik yang ada di sekitar kedua kakinya. Hingga akhirnya, perlahan-lahan air matanya pun luruh begitu saja."Ada apa ini? Kenapa vas bunganya bisa pecah?" tanya Dimas yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sedikit terburu-buru.Pria itu keluar memang hanya seorang diri saja. Dimas menyuruh Nara menunggu di dalam kamar mandi sesaat, sampai akhirnya nanti ia kembali setelah memastikan asal mula bunyi menggelegar yang sempat mengejutkan dirinya tersebut."Ma–maaf, Tuan! Maaf! Saya benar-benar tidak sengaja memecahkannya, tadi ... Tadi saya sangat syok, karena baru saja mendapatkan kabar duka dari kampung, Tuan," ucap Suti dengan

  • Pembalasan Istri Kampungan   Hasil Penyelidikan

    "Nara? Apa kamu sudah siap, Sayang?" tanya Dimas setelah keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang melilit pinggangnya, dan melihat ke arah sang istri yang pagi ini sudah mandi terlebih dahulu.Dengan senyum yang kini sudah mulai terlihat lebih sumringah, Nara pun mengangguk mengiyakan. Kedua netra beningnya yang tadinya sempat terpaku menatap ketampanan sang suami yang terlihat semakin hari semakin menggoda itu, kini beralih menatap sekilas ke arah tas dan juga pakaian yang baru saja disiapkannya tadi.Akhir-akhir ini, Dimas memang sangat memberikan perhatian penuh pada Nara. Kondisi Nara yang tadinya sempat sakit pun, kini sudah menjadi semakin membaik berkat segala perhatian dari pria itu. Dimas memang selalu saja mempunyai berbagai macam cara, hingga akhirnya membuat segala kesedihan dan juga pikiran buruk yang tersimpan di dalam benak Nara menghilang. Walau kenyataannya ia tak bisa mengajak istrinya hanya untuk sekedar pergi keluar berjalan-jalan singkat karena takut tida

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berdamai Dengan Kenyataan

    "Nara? Hey? Bangun, Sayang! Tolong bangun!"Sayup-sayup suara terdengar, membuat Nara perlahan membuka kedua netranya. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuh, Nara langsung melihat sekeliling. Dahinya mengernyit kala menyadari sekitarnya yang terbalik, hingga setelahnya mendapati seutas senyum tulus dari seseorang yang sama sekali tak disangkanya."Mas? Mas, aku ... Awhh!""Sabar, Sayang! Tolong berikan Melody dulu," ucap Dimas pelan, seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan situasi yang masih terhimpit, Nara pun berusaha menyerahkan Melody yang tengah menangis pada sang suami. Dirinya berusaha tenang, meski saat ini ia melihat Evan yang masih belum tersadar dengan beberapa bercak kemerahan di dahinya.Mobil yang ditumpangi Nara memang sempat terpelanting cukup jauh. Mobil itu rusak berat dalam kondisi yang terbalik, setelah Evan sempat dengan cepat memutar setir kendaraan di saat Bella berusaha menabraknya.Ah, iya. Mengingat Bella, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Nara t

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berpacu Dengan Waktu

    Keesokan harinya berita tentang pembunuhan Haris pun kian tersebar meluas ke seluruh penjuru setiap kota. Beberapa stasiun televisi dan media cetak pun tak luput menyorotinya, terlebih sebuah nama yang ikut terseret dalam kasus pembunuhan pengusaha kaya raya itu adalah seorang mantan artis papan atas yang telah dinikahi oleh pemilik rumah produksi terkenal yang kini sedang berada di ambang kebangkrutan.Anara Aditya, nama itulah yang kini menjadi puncak pembicaraan seluruh orang. Kini wanita itu telah menjadi buronan polisi, terlebih setelah Bella mengungkapkan berbagai keterangan mengejutkan yang sangat menghebohkan publik.Ada yang yang percaya begitu saja dengan mudah, dan ada juga yang sama sekali tak menyangka. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Dimas saat ini. Pria itu semakin memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing, seraya terus berusaha melacak keberadaan sang istri dengan secepat mungkin."Bagaimana? Apa kau telah mendapatkan kabar tentang keberadaannya?" tanya D

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jadi, Sekarang Aku Harus Apa?

    Suara mobil polisi langsung berbunyi setelahnya. Di mana hal tersebut tentu membuat Nara dan Bu Inah menoleh panik. Rasanya percakapan mereka tak bisa diteruskan lagi, sehingga dengan cepat Evan segera memutar dan menyuruh ketiga perempuan berbeda generasi itu untuk masuk ke dalam mobilnya."Baiklah, kita jalan sekarang!"Tak ada lagi perdebatan, Bu Inah dan Nara pun akhirnya duduk terdiam bersisian. Saat ini yang terpenting memang hanyalah kabur sejauh mungkin. Nara tentu tak mungkin menyerah begitu saja, karena pasti Bella akan membuatnya terlihat bersalah di hadapan seluruh orang dengan seluruh upaya yang dilakukannya."Maaf karena telah membuat kalian berdua seperti ini," lirih Nara pelan, tepat setelah menidurkan Melody di dekapannya.Dengan mencoba menahan tangisnya, Nara mengeratkan pelukannya pada sang buah hati. Bibirnya bergetar, menahan semua rasa pening dan sakit. Sehingga membuat Bu Inah yang melihatnya pun tak tega, dan segera langsung memeluk dan menenangkannya."Tidak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pamit

    Bella tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari dan berteriak seolah mencari pertolongan. Sementara Nara, wanita itu masih terdiam dengan ekspresi syok yang tak dapat ditahannya lagi. Seluruh tubuhnya benar-benar membeku, melihat Haris tergeletak tak berdaya di hadapannya dengan cairan kental kemerahan yang mengalir dengan deras dari belakang tengkuknya."Tidak! Apa yang harus aku lakukan?!"Nara berteriak dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan. Sungguh, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun di sisi lain, dirinya juga tak tega meninggalkan Haris begitu saja sebelum benar-benar memastikan pria itu telah ditangani oleh tangan yang tepat."Stop! Jangan sentuh dia! Sebaiknya kau sekarang segera pergi dari tempat ini, Nara!"Nara terperanjat, kala mendengar suara Evan yang tergesa-gesa dan mendapatkan tarikan dari pria itu. Entah sejak kapan mantan suaminya tersebut ada di tempat ini, dirinya tak tahu. Yang jelas saat ini Evan sama sekali tak memberikannya jeda wak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dia Ingin Membunuhku!

    Dengan langkah tergesa-gesa, Nara langsung mengecek satu persatu semua nomor pintu kamar hotel yang telah dilewatinya. Ia sungguh tak sabar ingin segera bertemu dengan sang suami, apalagi tadi di telepon Bella sempat menangis sesenggukan tanpa menjelaskan sebab."Kamar 207! Tidak salah lagi ini pasti tempatnya!" Nara bergumam pelan, sambil melihat ke arah celah pintu yang tak tertutup rapat tersebut. Dirinya merasa sangat penasaran, tetapi ragu ingin masuk begitu saja atau tidak. Biar bagaimanapun Nara bukanlah wanita yang polos, ia tahu hal apa saja yang biasa dilakukan jika seorang wanita dan pria berada di dalam kamar hotel yang sama. Terlebih tadi, Bella sempat mengabarkan bahwa suaminya itu dalam keadaan yang mabuk berat."Tidak! Aku harus percaya dengan Mas Dimas!" gumam wanita itu berusaha membuyarkan pikiran buruknya.Dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun akhirnya mengetuk pintu. Ia berusaha mempersiapkan mental sebelum mengetahui apa pun yang tengah terjadi di dalam

  • Pembalasan Istri Kampungan   Di Mana Kamu, Mas?

    Sementara itu di sebuah hotel di pusat kota, terdapat seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang besar dengan pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan. Seorang wanita yang baru saja membawanya ke tempat ini terlihat tersenyum penuh kemenangan, hingga akhirnya tatapannya pada pria itu teralihkan berkat panggilan masuk dari seseorang."Bagaimana?" tanya seseorang dari sambungan telepon."Semuanya berjalan sesuai rencana! Tapi, aku masih kesal denganmu! Kenapa sangat mendadak seperti ini sih? Karenamu aku jadi tidak mempunyai persiapan yang lebih, sehingga aku hanya memasukkan obat tidur saja dalam minumannya!"Wanita itu berdecak kesal, karena perintah mendadak yang ditujukan padanya. Andai saja lawan bicara teleponnya ini mengutarakan rencananya dari jauh-jauh hari, sudah pasti dirinya memasukkan obat lain yang akan membuat malamnya detik ini menjadi lebih panas dan menyenangkan."Hahaha! Itu semua salahmu yang tidak cekatan!" ejek sosok lelaki itu dari

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rumit

    "Tunggu!"Nara berteriak, mencegah kepergian Bi Inah. Dengan tergesa-gesa, ia langsung menahan salah satu tangan perempuan paruh baya tersebut seraya menatapnya dengan penuh harap."Tidak bisakah semua ini dibicarakan secara baik-baik terlebih dahulu, Mas? Biar bagaimanapun kita harus selesai masalah ini dengan kepala dingin, bukan seperti di saat situasi tegang dan kacau seperti ini!" pintanya dengan pandangan yang mulai berkaca-kaca.Masih dengan adanya Melody di dekapannya, Nara melangkah menghampiri sang suami. Ia berharap agar Dimas bisa merubah keputusannya, atau setidaknya pria itu mau memberikan kelonggaran waktu sebelum benar-benar mengusir Bi Inah dari tempat ini.Walau sebenarnya Nara tahu bahwa sekarang suaminya sedang sangat hancur dan terkejut dengan semua kenyataan ini, akan tetapi tetap saja dirinya tidak mau membiarkan semua masalah ini semakin memburuk. Menurutnya semua itu masih bisa dibicarakan dengan baik-baik, meskipun pastinya sangat sulit sekali mengalahkan ego

  • Pembalasan Istri Kampungan   Anda Bukan Ibu Saya!

    "Apa maksudmu? Kenapa Bi Inah bisa akan tahu itu? Jangan sembarang asal tuduh Darren!"Dimas tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan tatapan tajamnya yang penuh menyelidik. Langkahnya yang perlahan pasti mendekat, kian membuat nyali perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdikan dirinya pada keluarga besar itu pun semakin menciut. Bi Inah sekarang hanya bisa menunduk dalam, tanpa bisa berkata-kata atau pun membela dirinya sendiri."Aku? Asal tuduh?" ucap Darren tak terima."Ya! Kau jelas mengada-ngada! Mana mungkin orang seperti Bi Inah tahu tentang perusahaan ayahku yang telah direbut oleh orang tuamu!"Darren tersenyum miring setelahnya. Ia mengamati sesaat wajah Bi Inah yang semakin terlihat ketar-ketir, dan kembali memusatkan perhatiannya pada sang saudara sepupu."Lebih baik kau sekarang pulang, Darren! Kedatanganmu sangat mengganggu rumah ini! Apalagi sekarang sudah ada Melody yang sangat sensitif dengan suara keributan!" tegas Dimas tepat di hadapan wajah Darren yang bergemi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

DMCA.com Protection Status