Share

Menagih Kejujuran

Author: Amarta Bleue
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dari mana kamu dapat foto in—"

"Jadi itu benar, Mas?" potong Nara langsung seraya menatap serius ke arah manik mata coklat sang suami.

Dimas nampak tergagap setelahnya. Pria itu terlihat banyak kehilangan kosakata, apalagi saat ini Nara terus menatapnya dengan intens meski kedua matanya masih sedikit memerah dan basah.

Istri siapa yang bisa tenang atau tidak cemburu, jika tiba-tiba saja melihat sebuah foto yang menggambarkan kedekatan suaminya dengan wanita lain?

Jika di dalam foto itu mereka hanya berpose sewajarnya, mungkin Nara masih bisa menerimanya. Namun yang telah dilihat Nara ini? Tentu saja ia tak bisa dengan mudah mengabaikannya, karena di sana terlihat dengan jelas bahwa tangan kekar suaminya sedang memegangi pinggang ramping wanita berpakaian minim dengan posisi wajah yang benar-benar sangat berdekatan.

Ah, atau mungkin mereka berdua memang sedang saling mengecup mesra? Entah Nara tak bisa melihatnya dengan jelas, karena posisi foto itu diambil dari belakang.

"Sayang, ak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan Istri Kampungan   Memaafkan

    "Sayang, kenapa pintunya harus dikunci?" tanya seorang pria yang baru saja masuk, setelah sekian lama dirinya mengetuk pintu kamarnya sendiri dan memanggil nama sang istri.Pagi ini, Nara memang masih belum bisa terlihat ceria dari yang sebelumnya. Walau kemarin Dimas sudah menjelaskan semua kepadanya, akan tetapi entah kenapa tetap saja rasanya ia tak bisa percaya begitu saja. Dirinya belum begitu yakin apa yang telah diucapkan oleh suaminya tersebut benar atau tidak, sehingga kini benaknya masih terus memikirkannya tanpa henti."Aku sedang memberikan asi untuk Melody, Mas," kilah Nara singkat seraya menatap sang buah hati."Memberikan asi? Kenapa harus dikunci, Sayang? Aku 'kan suamimu sendiri, bahkan aku sudah lebih dulu merasakan apa yang telah dirasakan oleh anak kita."Nara diam tak mau meneruskan percakapan yang semakin ke mana-mana ini, dirinya hanya memilih menatap sang anak yang telah tertidur dengan tenang. Tanpa mempedulikan sang suami yang tengah mengembuskan napasnya den

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pilihan Sulit

    Seperti apa yang telah Dimas katakan tadi pada Nara, kini pria yang sudah mempunyai anak satu itu berjalan menyusuri sebuah gedung besar bertingkat yang terletak di pusat kota. Dengan sepatu hitamnya, ia terus melangkah mengikuti arahan resepsionis yang sempat ditemuinya tadi. Sampai akhirnya dirinya menemukan sebuah ruangan, dan bertemu dengan seorang karyawan yang memperkenankan dirinya sebagai sekretaris rekan bisnisnya."Ini beberapa dokumennya, Pak. Semuanya bisa Bapak lihat dan baca terlebih dahulu, sebelum nanti bertemu dengan Pak Evan yang sedang berada di perjalanan," ucap wanita itu dengan sopan, seraya mundur beberapa langkah setelahnya.Dimas mengangguk, dan tak lupa juga mengucapkan terima kasih. Sesaat ia membaca semua lembar kertas itu secara sekilas, sambil sesekali memperhatikan ruangan sekitar yang nampak sangat asing baginya ini.Dulu dirinya memang selalu dinomor satukan oleh para rekan-rekan bisnisnya, akan tetapi sekarang? Tentu ia ta

  • Pembalasan Istri Kampungan   Aku Butuh Saranmu, Sayang

    Di sepanjang perjalanan, Dimas tak berhenti mengurut keningnya. Saat ini dirinya benar-benar pening. Ia tak tahu keputusan apa yang harus diambilnya, karena terlalu banyak pertimbangan yang tengah dipikirkannya.Lanjut atau tidak?Pertanyaan itu terus-menerus berputar di benaknya saat ini.Kalau lanjut, mungkin dirinya dan perusahaannya bisa dengan mudah dijebak oleh Evan. Akan tetapi kalau tidak, sudah pasti kondisi keuangannya dan juga perusahaannya akan lebih cepat hancur dari perkiraannya.Sungguh, ini benar-benar bagai buah simalakama!Rasanya tak ada pilihan yang lebih baik menurut Dimas, karena biar bagaimanapun dirinya masih belum bisa percaya dengan Evan yang sudah menorehkan kenangan buruk pada adik perempuan dan juga istrinya.Bughhh!"Akhh! Apa yang harus aku putuskan?!"Dimas berteriak kencang melampiaskan emosi, tepat setelah memukul setir mobilnya yang tak bersalah. Saat ini dirinya masih berada d

  • Pembalasan Istri Kampungan   Meredam Ego

    "Apa? Jadi seperti itu? Bagaimana bisa, Mas? Setahu aku ...."Nara kehilangan kata-kata, tepat setelah mendengar semua keluh kesah sang suami. Di sepanjang Dimas bercerita, kedua netranya benar-benar tak berhenti membulat terkejut. Bahkan kedua tangannya sampai saat ini masih berada di depan bibirnya untuk menutupi mulutnya yang terbuka lebar."Aku juga tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi, Sayang. Awalnya aku menganggap salah dugaanku, akan tetapi nyatanya memang dia orangnya. Dia yang benar-benar menjalankan perusahaan itu sekarang, bahkan aku sudah menanyakannya langsung melalui sambungan telepon dengan rekan bisnisku yang mempunyai perusahaan itu tadi," jelas Dimas yang semakin terlihat lesu tak bersemangat.Meski juga tak bisa percaya, Nara tetap mengangguk. Otaknya masih mencoba berpikir, kenapa orang seperti mantan suaminya bisa bekerja di salah satu perusahaan yang sedang sangat dibutuhkan oleh suaminya. Ini benar-benar tak pernah diduganya sebel

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dukungan Takdir

    Cupp!"Iya, Sayang. Kalau begitu aku pulang dulu," ucap Bella yang kembali mengambil kesempatan, bergelayut manja di lengan sang suami.Untung saja kali ini Dimas sudah bisa menduganya, sehingga dengan cepat dirinya mengalihkan pandangan ke arah lain agar tak menyaksikan kemesraan yang sangat menggangu konsentrasinya pagi ini.Seperti apa yang telah dikatakan oleh Nara kemarin, kali ini Dimas benar-benar mengesampingkan masalah pribadinya terlebih dahulu demi perusahaannya. Ia membahas dengan serius proyek barunya bersama Evan. Dan untungnya, selama pembahasan itu pria yang ada di hadapannya tersebut juga tak melakukan hal-hal atau pun mengeluarkan celotehan yang membuat kesabarannya menghilang."Baiklah, menurut saya ini sudah cukup! Anda sudah merencanakan semuanya dengan baik, sehingga nanti kita tinggal tunggu saja hasilnya. Mudah-mudahan program acara yang kita buat nanti bisa menarik banyak perhatian dari orang-orang, terutama kalangan muda!

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dasar Wanita Ular!

    Tak terasa sudah tiga bulan berlalu dengan begitu cepat. Melody yang tadinya terlihat sangat mungil di mata Nara, kini sudah menjadi anak bayi gembul yang terlihat semakin menggemaskan. Media sosial Nara yang tadinya sempat lama vakum pun, kini sudah mulai kembali ramai dengan beberapa konten review yang dibuatnya dan juga konten kesehariannya yang merawat sang anak. Begitu pula dengan proyek acara baru kerja sama Dimas dan Evan, sejauh ini semuanya berjalan dengan lancar. Walau di tengah jalan mantan suami Nara itu sempat berduka karena katanya Bella sempat mengalami keguguran. Namun ternyata sama sekali tak berpengaruh apa pun, perlahan-lahan semua kecurigaan buruk Nara dan Dimas teredam begitu saja. Bahkan rencananya, malam ini akan diadakan sebuah acara kecil-kecilan untuk menyambut peluncuran yang akan dilakukan hari esok setelah lamanya persiapan yang telah dilakukan di balik layar."Bagaimana, Bi? Apa bisa? Maaf aku jadi merepotkan Bibi ya, karena tadi aku harus mengurus Melod

  • Pembalasan Istri Kampungan   Kesamaan Nara dan Bella

    "Nara! Tunggu, Sayang! Kamu mau ke mana?!"Teriakan Dimas seolah tak berarti bagi Nara, karena wanita itu sudah lebih dulu berlari mengejar kepergian Evan yang sudah berbuat kasar pada istrinya sendiri. Nara yang melihat kejadian itu di depan matanya, benar-benar merasa tak bisa diam begitu saja. Ia ingin memperingati pria tersebut, karena sifatnya yang selalu saja kasar pada perempuan tak kunjung berubah.Dulu dirinya, sekarang Bella. Esok, siapa lagi?Walau Bella telah berbuat jahat padanya, akan tetapi Nara tentu tak tega juga dengan wanita itu. Apalagi belum ada dua bulan ke belakang ini wanita itu baru saja keguguran. Sehingga ia tahu seperti apa rasa sakit hati dan fisiknya, ketika diperlakukan kasar oleh pria yang masih berstatus sebagai suaminya sendiri."Evan! Tunggu!" teriak Nara menghentikan langkah kaki pria itu.Dengan langsung menoleh ke belakang, kedua alis Evan pun mengerenyit. Ia cukup merasa terkejut, karena baru kali in

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berdamai Dengan Kenyataan

    "Nara? Hey? Bangun, Sayang! Tolong bangun!"Sayup-sayup suara terdengar, membuat Nara perlahan membuka kedua netranya. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuh, Nara langsung melihat sekeliling. Dahinya mengernyit kala menyadari sekitarnya yang terbalik, hingga setelahnya mendapati seutas senyum tulus dari seseorang yang sama sekali tak disangkanya."Mas? Mas, aku ... Awhh!""Sabar, Sayang! Tolong berikan Melody dulu," ucap Dimas pelan, seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan situasi yang masih terhimpit, Nara pun berusaha menyerahkan Melody yang tengah menangis pada sang suami. Dirinya berusaha tenang, meski saat ini ia melihat Evan yang masih belum tersadar dengan beberapa bercak kemerahan di dahinya.Mobil yang ditumpangi Nara memang sempat terpelanting cukup jauh. Mobil itu rusak berat dalam kondisi yang terbalik, setelah Evan sempat dengan cepat memutar setir kendaraan di saat Bella berusaha menabraknya.Ah, iya. Mengingat Bella, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Nara t

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berpacu Dengan Waktu

    Keesokan harinya berita tentang pembunuhan Haris pun kian tersebar meluas ke seluruh penjuru setiap kota. Beberapa stasiun televisi dan media cetak pun tak luput menyorotinya, terlebih sebuah nama yang ikut terseret dalam kasus pembunuhan pengusaha kaya raya itu adalah seorang mantan artis papan atas yang telah dinikahi oleh pemilik rumah produksi terkenal yang kini sedang berada di ambang kebangkrutan.Anara Aditya, nama itulah yang kini menjadi puncak pembicaraan seluruh orang. Kini wanita itu telah menjadi buronan polisi, terlebih setelah Bella mengungkapkan berbagai keterangan mengejutkan yang sangat menghebohkan publik.Ada yang yang percaya begitu saja dengan mudah, dan ada juga yang sama sekali tak menyangka. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Dimas saat ini. Pria itu semakin memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing, seraya terus berusaha melacak keberadaan sang istri dengan secepat mungkin."Bagaimana? Apa kau telah mendapatkan kabar tentang keberadaannya?" tanya D

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jadi, Sekarang Aku Harus Apa?

    Suara mobil polisi langsung berbunyi setelahnya. Di mana hal tersebut tentu membuat Nara dan Bu Inah menoleh panik. Rasanya percakapan mereka tak bisa diteruskan lagi, sehingga dengan cepat Evan segera memutar dan menyuruh ketiga perempuan berbeda generasi itu untuk masuk ke dalam mobilnya."Baiklah, kita jalan sekarang!"Tak ada lagi perdebatan, Bu Inah dan Nara pun akhirnya duduk terdiam bersisian. Saat ini yang terpenting memang hanyalah kabur sejauh mungkin. Nara tentu tak mungkin menyerah begitu saja, karena pasti Bella akan membuatnya terlihat bersalah di hadapan seluruh orang dengan seluruh upaya yang dilakukannya."Maaf karena telah membuat kalian berdua seperti ini," lirih Nara pelan, tepat setelah menidurkan Melody di dekapannya.Dengan mencoba menahan tangisnya, Nara mengeratkan pelukannya pada sang buah hati. Bibirnya bergetar, menahan semua rasa pening dan sakit. Sehingga membuat Bu Inah yang melihatnya pun tak tega, dan segera langsung memeluk dan menenangkannya."Tidak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pamit

    Bella tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari dan berteriak seolah mencari pertolongan. Sementara Nara, wanita itu masih terdiam dengan ekspresi syok yang tak dapat ditahannya lagi. Seluruh tubuhnya benar-benar membeku, melihat Haris tergeletak tak berdaya di hadapannya dengan cairan kental kemerahan yang mengalir dengan deras dari belakang tengkuknya."Tidak! Apa yang harus aku lakukan?!"Nara berteriak dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan. Sungguh, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun di sisi lain, dirinya juga tak tega meninggalkan Haris begitu saja sebelum benar-benar memastikan pria itu telah ditangani oleh tangan yang tepat."Stop! Jangan sentuh dia! Sebaiknya kau sekarang segera pergi dari tempat ini, Nara!"Nara terperanjat, kala mendengar suara Evan yang tergesa-gesa dan mendapatkan tarikan dari pria itu. Entah sejak kapan mantan suaminya tersebut ada di tempat ini, dirinya tak tahu. Yang jelas saat ini Evan sama sekali tak memberikannya jeda wak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dia Ingin Membunuhku!

    Dengan langkah tergesa-gesa, Nara langsung mengecek satu persatu semua nomor pintu kamar hotel yang telah dilewatinya. Ia sungguh tak sabar ingin segera bertemu dengan sang suami, apalagi tadi di telepon Bella sempat menangis sesenggukan tanpa menjelaskan sebab."Kamar 207! Tidak salah lagi ini pasti tempatnya!" Nara bergumam pelan, sambil melihat ke arah celah pintu yang tak tertutup rapat tersebut. Dirinya merasa sangat penasaran, tetapi ragu ingin masuk begitu saja atau tidak. Biar bagaimanapun Nara bukanlah wanita yang polos, ia tahu hal apa saja yang biasa dilakukan jika seorang wanita dan pria berada di dalam kamar hotel yang sama. Terlebih tadi, Bella sempat mengabarkan bahwa suaminya itu dalam keadaan yang mabuk berat."Tidak! Aku harus percaya dengan Mas Dimas!" gumam wanita itu berusaha membuyarkan pikiran buruknya.Dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun akhirnya mengetuk pintu. Ia berusaha mempersiapkan mental sebelum mengetahui apa pun yang tengah terjadi di dalam

  • Pembalasan Istri Kampungan   Di Mana Kamu, Mas?

    Sementara itu di sebuah hotel di pusat kota, terdapat seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang besar dengan pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan. Seorang wanita yang baru saja membawanya ke tempat ini terlihat tersenyum penuh kemenangan, hingga akhirnya tatapannya pada pria itu teralihkan berkat panggilan masuk dari seseorang."Bagaimana?" tanya seseorang dari sambungan telepon."Semuanya berjalan sesuai rencana! Tapi, aku masih kesal denganmu! Kenapa sangat mendadak seperti ini sih? Karenamu aku jadi tidak mempunyai persiapan yang lebih, sehingga aku hanya memasukkan obat tidur saja dalam minumannya!"Wanita itu berdecak kesal, karena perintah mendadak yang ditujukan padanya. Andai saja lawan bicara teleponnya ini mengutarakan rencananya dari jauh-jauh hari, sudah pasti dirinya memasukkan obat lain yang akan membuat malamnya detik ini menjadi lebih panas dan menyenangkan."Hahaha! Itu semua salahmu yang tidak cekatan!" ejek sosok lelaki itu dari

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rumit

    "Tunggu!"Nara berteriak, mencegah kepergian Bi Inah. Dengan tergesa-gesa, ia langsung menahan salah satu tangan perempuan paruh baya tersebut seraya menatapnya dengan penuh harap."Tidak bisakah semua ini dibicarakan secara baik-baik terlebih dahulu, Mas? Biar bagaimanapun kita harus selesai masalah ini dengan kepala dingin, bukan seperti di saat situasi tegang dan kacau seperti ini!" pintanya dengan pandangan yang mulai berkaca-kaca.Masih dengan adanya Melody di dekapannya, Nara melangkah menghampiri sang suami. Ia berharap agar Dimas bisa merubah keputusannya, atau setidaknya pria itu mau memberikan kelonggaran waktu sebelum benar-benar mengusir Bi Inah dari tempat ini.Walau sebenarnya Nara tahu bahwa sekarang suaminya sedang sangat hancur dan terkejut dengan semua kenyataan ini, akan tetapi tetap saja dirinya tidak mau membiarkan semua masalah ini semakin memburuk. Menurutnya semua itu masih bisa dibicarakan dengan baik-baik, meskipun pastinya sangat sulit sekali mengalahkan ego

  • Pembalasan Istri Kampungan   Anda Bukan Ibu Saya!

    "Apa maksudmu? Kenapa Bi Inah bisa akan tahu itu? Jangan sembarang asal tuduh Darren!"Dimas tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan tatapan tajamnya yang penuh menyelidik. Langkahnya yang perlahan pasti mendekat, kian membuat nyali perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdikan dirinya pada keluarga besar itu pun semakin menciut. Bi Inah sekarang hanya bisa menunduk dalam, tanpa bisa berkata-kata atau pun membela dirinya sendiri."Aku? Asal tuduh?" ucap Darren tak terima."Ya! Kau jelas mengada-ngada! Mana mungkin orang seperti Bi Inah tahu tentang perusahaan ayahku yang telah direbut oleh orang tuamu!"Darren tersenyum miring setelahnya. Ia mengamati sesaat wajah Bi Inah yang semakin terlihat ketar-ketir, dan kembali memusatkan perhatiannya pada sang saudara sepupu."Lebih baik kau sekarang pulang, Darren! Kedatanganmu sangat mengganggu rumah ini! Apalagi sekarang sudah ada Melody yang sangat sensitif dengan suara keributan!" tegas Dimas tepat di hadapan wajah Darren yang bergemi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

DMCA.com Protection Status