"Terus apa lagi yang lo temukan?"Tita menghela napas panjang, "Tya nemuin beberapa postingan dua tahun ke belakang di Instagramnya Dera, di foto itu Dera kuliah di kampus yang sama dengan suami Lo itu karena penasaran Tya juga buka akun orang-orang yang ikut comment di sana dan setelah buka beberapa akun ada satu akun yang posting foto orang itu sama suami Lo, baik foto jadul di kampus itu atau foto yang diambil tahun baru ini yang kami yakini orang itu teman lama Suami Lo dan Dera yang pernah kuliah di kampus yang sama. Dan mereka masih berteman baik sampai sekarang...yah setidaknya orang itu sama Mas Dean" jelas Tita."Dan di foto jadul itu terlihat jelas kalau suami lo sama Dera pernah berpacaran di masa kuliah"Linar menatap bergantian kedua sahabatnya dengan wajah termangu, fakta baru yang mengejutkan, "Jadi mereka berdua itu mantan pacar dan bersemi kembali, gitu?"Tita dan Tya kompak mengangguk, hal itu membuat Linar menyeringai kecil pedih 'oh, pantas saja! Ternyata mereka ad
"Hallo Mas,""Lin, set perhiasan yang kamu mau itu mahal lho ,pilihan kamu ganti aja deh, cari yang lebih murah dari itu""Tapi aku suka itu, dan setimpal dengan harga plus kualitasnya, jadi aku tetap mau yang itu." saut Linar tegas."Lin, kamu tahu kita masih ada beberapa cicilan jadi jangan banyak maunya deh!""Mas, aku jarang minta dibelikan barang yang pantas ya, dari kamu, lagipula ini kan juga bagus untuk menyetarakan aku dan keluarga kamu" sindir Linar yang membungkam Dean untuk beberapa detik."Kamu bicara seolah aku ngga pernah membelikan kamu barang yang pantas selama ini, dan aku ngga suka itu!"seru Dean menggeram tanda mulai emosi.Linar menarik napasnya dalam, ia jelas sudah mempersiapkan diri. "Kamu memberikan aku semua barang itu demi kesenangan dan tanggung jawab kamu sebagai suami dan sekarang aku minta set perhiasan itu demi keinginan aku memiliki barang itu dan aku minta ke suami aku sendiri! Dan jelas kamu lebih baik memberi lebih ke aku daripada ke wanita lain, ka
Pandangan mereka bertemu lalu Andaru mengangguk untuk meyakinkan, perlahan Linar menarik napas, dan ikut bernyanyi."Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupkuJika cinta dia, jujurlah padaku "🎶"Jika cinta dia, kucoba mengertioh-oh-ho-oh 🎶(Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu) ho-uh-uh 🎶Jika cinta dia, kucoba mengertiMungkin kau bukan cinta sejati di hidupku "🎶🎶Akhirnya Linar bernyanyi seraya menghayati bahkan ia berteriak sekuat tenaga di akhir baitnya seolah tengah melepaskan semua kemarahan, kesedihannya, dan segala rasa frustasi yang terpendam dalam dirinya."Once again? Mau cari lagi galau yang lain?" tawar Andaru kepada Linar yang dibalas anggukan dan seruan, "Ok!"Keduanya larut dalam setiap musik yang dipilih lagu galau tentang cinta bernyanyi dengan penghayatan di selingi nada tinggi mengikuti alunan lagu, tak peduli apakah nyanyian itu terdengar hingga sampai menembus kaca mobil dan mengganggu dengan suara sumbang, atau pun nada-nada yang salah yang mereka lakuk
"So what ? What's the matter ?""Gue lagi gamang, i mean I'ts really hurt me. Gue udah coba bertahan tapi semakin lama rasanya semakin sakit Ta, tapi di sisi lain gue pikir ini itu ujian untuk rumah tangga gue dan gue yakin semuanya juga punya hanya aja kenapa ujian untuk gue seberat ini yah?! bahkan setelah apa yang udah terjadi sebelum ini dan gue udah banyak berjuang untuk sampai sini jadi rasanya ngga adil kalau gue lepaskan semuanya apalagi Mas Dean terlihat menyesal dan gue ngga bisa menyangkal kalau gue masih cinta sama gue berharap dia kembali Tapi gue kesakitan Ta, dan gue ngga tahu sampai kapan begini, I'am totally mess right now!"Tita menatap prihatin ia menarik napas dalam dan berkata "Lin, dalam hidup selalu ada pilihan. Entah bertahan atau melawan, lo harus paham bahwa ada konsekuensi di setiap pilihan lo nanti. If you guys really need each other then, maafin dan terima dia lagi, Lin. Tapi dengan memaafkan dan mulai lagi sama dia artinya Lo harus terima bahwa dia.. dia
Dean mengangguk "Pinjam ke Roland, sebagai gantinya persentase saham aku masuk ke dia untuk beberapa bulan kedepan""Oh, ok" Linar berbalik memaksa mengeraskan hatinya, ia akan membutuhkannya dan apapun itu urusan Dean.****"Kenapa?""Kenapa pakaian kamu jadi terbuka begitu?" seru Dean tak sukaLinar kembali mengamati pakaiannya, ia memang telah merubah sedikit penampilannya ia memakai tank top biru dongker dan dibalut dengan kemeja abu abu gelap panjang yang tak dikancing sepenuhnya dan celana panjang denimnya di lengkapi tas selempang kecil bahkan ia hanya menguncir rambutnya asal namun tetap pantas."Ngga, biasa aja kok lagian kita mau ke Mall kan? Bukan tempat formal?""Ya udah terserah kamu aja, mau pake yang mana." Dean hidupkan mesin, tak lama kemudian mobil berjalan.Linar duduk diam memperhatikan jalan. Tepat jam sebelas siang Dean mengajaknya pergi. Sempat ia berpikir kalau Dean akan butuh waktu lama untuk mengabulkan keinginannya yang tak murah ini. Ditambah keberatan suam
"Cuma kangen kamu," Linar tak cukup menanggapi ia menyelesaikan kegiatannya, ia menggerakkan tubuhnya minta di lepaskan dengan dalih berbalik namun Dean hanya merenggangkan tanpa membiarkan ia menjauh. Dean menaikkan dagu Linar lembut namun tegas dicumbui bibirnya dalam. Linar terkesiap pelan ia membiarkan Dean berhenti tanpa membalas. "Balas aku Lin!" titah Dean Linar mendongak menyoroti netra Dean dalam, ada cubitan kecil di dadanya ada rasa rindu dan kecewa yang membayanginya, ia menggeleng kecil dengan sendu dan mendorong dada Dean pelan. "Aku mau nyiram tanaman di belakang dulu" dalih Linar. Hanya dua langkah yang ia dapati sebelum tangannya di tarik ke arah sofa ruang keluarga. "Mau ngomong apa, sih?" sentak Linar. Hanya di anggap angin lalu di dorongnya Linar ke arah sofa yang langsung di balas pelototan oleh Linar. Dean menggeram. Memegang ujung kaosnya dan menariknya melewati kepala seraya mendekati sofa. Sebelum Linar sempat membuka mulutnya lagi, ia sudah mendorong w
"Linar!!"Dean mengatupkan rahangnya marah dan membuang wajahnya sedangkan mami hanya mampu memejamkan mata frustrasi.Air mata mulai berlinang di pipi Linar membuka mulutnya merasakan sakit yang menusuk sembilu di relung hatinya."Gimana bisa kamu lakuin ini ke aku Mas? Gimana bisa kamu minta aku MENGIZINKAN kalian menikah di atas HANCURNYA PERNIKAHAN KITA KARENA DIA ,HAH GIMANA BISA?! jerit Linar."Lin!"Linar menjauh dirinya dari sang mami yang ia tahu akan membela suaminya anaknya sendiri."Maaf, Mi aku yakin kalau Mas Dean yang ada diposisi aku, dia pasti akan ngelakuin hal yang sama dan aku akan jawab yang pertanyaan kamu."Sontak Dean menoleh, ada raut wajah takut sedetik kemudian pandangannya menajam. "Jangan berani kami minta macam - macam ya, sama aku!""Aku cuma minta satu macam sebelum kalian menikah tolong ceraikan aku baik - baik, Mas!""LINAR! Tarik ucapan kamu!"Linar menggeleng dengan air mata di pipi "Sakit Mas! Dan aku nggak mau nerima lebih dari ini, kamu tahu masa
33.Silent Treatment Sontak Linar menunduk, belum rela mengangguk tapi lebih tak ingin memperpanjang semuanya. Linar pun menghela napasnya ketika sang Mami sudah berjalan menjauh yang ia yakini memasuki kamarnya untuk istirahat. **** Linar baru saja memasuki kamar milik suaminya sebelum menikah dan ia sudah dikejutkan dengan Dean yang sedang berjalan kearahnya, sama-sama tersentak kaget. "Aku mau kita langsung pulang," ucap Linar datar "Iya, tapi setelah itu aku akan keluar nongkrong dengan teman-teman di kafe, ngga apa-apa kan?" "Oh, aku jadi kepengen juga ketemu dan nongkrong bareng teman- teman aku, sama seperti kamu pun aku butuh itu untuk lepasin sesak dan penat, boleh kan Mas?" Mereka saling pandang dengan cara yang berbeda, Dean yang menatap dalam, merasa sentilan akan ucapan Linar yang provokatif sedangkan Linar menatap dengan raut wajah datar merasa tak ada lagi rasa yang harus ia tahan demi menjadi istri yang baik, dengan tetap berdiam dirumah meninggalkan suasana mala
Silahkan Mampir Cerita Lainnya, Peringatan Cerita 19+Genre Adult Romance, Kontrak dg CEO yg bergaya Cassanova. Alur dan permasalahannya lebih real dan relate kehidupan normal. BlurbJavas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?""Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-""Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?"Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah.Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta
Empat Tahun Kemudian “Elkan sudah berusia enam tahun, sudah agak telat buat punya adik, tapi kenapa masih belum?” pupil mata Tante Ambar membesar, dengan reaksi dramanya ia melanjutkan. “Apa kalian cuma berencana punya satu anak atau ada masalah dengan rahim kamu lagi, Lin?”Pertanyaan terakhir adalah yang paling sensasional terbukti semua mata tertuju pada Linar yang tengah menuangkan air ke dalam gelas kosong. Ia menyadarinya tapi tak cukup ada alasan untuk menghentikan gerakannya. Ia memang langsung haus saat Tante Ambar kembali kumat.“Ambar! Jaga ucapan kamu!” peringat Om Soepomo.“Aku cuma tanya, kita ini ‘kan keluarga. Wajar dong kalau saling terbuka lagipula lebih baik bertanya langsung dari pada ngomongin di belakang ‘kan?”“Memangnya Tante Ambar masih ngomongin aku di belakang, ya?” tanya Linar berpura-pura ingin tahu.Tante Ambar mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengulas senyum sambil mengedikkan bahunya. “Kadang-kadang aja, kamu terlihat awet muda sih,”“Aku ‘
"Dia pasti tahu itu, Roland pasti sudah cerita tentang itu ke dia." Linar bersedekap layaknya petugas biro interogasi, "Maryn tahu kamu sudah punya anak?" Dean menghela napasnya kasar. “Aku nggak tau, kami jarang ketika bertemu, ngobrol urusan pribadi seperti itu.” Linar memutuskan untuk tidak berhenti, ia mengikuti suaminya. "Lantas, mau apa dia menghubungi kamu selarut ini?" Dean memandang Linar lama, mencoba merangkai kata dengan penjelasan yang ia pilih. "Maryn memastikan aku hadir di pestanya Roland. Akan banyak yang datang dan mungkin akan menjadi acara semacam reuni." "Kamu memang pasti hadir 'kan? Secara dia sahabat kamu. Lagian acara pernikahannya masih dua minggu lagi, jadi kenapa dia harus memastikan kamu hadir sampai segitunya?" Dean terlihat frustrasi dengan enggan ia menambahkan. “Bukan acara pernikahannya tapi…semacam pesta lajang di tempat yang sudah di booking sama yang punya acara.” “Pesta lajang? Dimana?” “Di salah satu pulau Bali.” “Hah, pesta sendirian sek
Braaak! Dean memejamkan matanya, coba menahan keluhan lantaran pintu mobilnya yang baru saja dibanting oleh istrinya. Ia melirik pada Linar yang masih cemberut mengotak atik ponselnya.“Sebentar lagi jam sebelas, kita sekalian makan siang aja ya, jadi kamu pulang jam satu aja.” buka Dean sembari menjalani mobilnya keluar garasi.“Nggak bisa, ‘kan aku udah bilang aku nggak tega ninggalin Elkan terlalu lama.” balas Linar.“Makanya aku udah bilang tadi, bawa Elkan dan susternya sekalian.” bantah Dean santai namun dibalas delikkan oleh Linar.“Justru karena aku mikirin posisi kamu di kantor. Gimana kalau tantrumnya kambuh? Udah pasti mengganggu kesejahteraan kantor kamu.” ucap Linar sewot.Dean memejamkan matanya lelah. Tangannya mengusap wajahnya gusar. Dia mencoba mendekati Rere. “Aku minta maaf, ok. Berhenti ketus saat bicara sama aku, Lin.” Hening…Linar menyadari jika Dean sudah mulai tersinggung dan mengambil sikap tegas dan dinginnya.“Aku pikir kita udah baik-baik aja. Aku bena
"Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut
"Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa
Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa
"Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D
Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar