“Linar, kamu belum jawab pertanyaan aku! Kamu tahu 'kan Elkan baru umur setahun, kamu benar kasih susu formula ke bayi kita, hah?” tanya Dean ngotot, ia terus mengikuti langkah Linar.“Iya terpaksa Mas, maksud aku tuh cuma buat pendamping asi, karena asiku kadang keluarnya sedikit.” Jawab Linar seadanya, sembari memberi arahan pada sus Rini yang sigap membantunya mengambil wrap carrier atau gendongan bayi depan dan Linar berjalan ke walk closet untuk menyalin baju."Elkan selalu terlihat kelaparan dan aku berinisiatif memberikan dia susu sapi formula yang merek terkenal.""Dan kamu tahu 'kan? Elkan masih kecil untuk asal dicoba kasih susu formula sekalipun yang termahal.""Iya aku nyesel, sebenarnya dari tadi Elkan nangis terus dan dia beberapa kali pupnya encer banget nyaris cuma cairan."“Jadi dari pagi dia udah sakit? Dan kamu nggak bilang apapun sama aku?!” pekik Dean.Linar segera membuang wajahnya ke samping, wajahnya resah dan menyesal bukan main. Pasalnya, kini Dean sudah ber
"Iya, memang kamu yang salah. Dengar! Aku belum selesai ngeluarin unek-unek aku." Linar menarik napasnya panjang dan "Mas, kita berdua sama-sama baru jadi orang tua, tentang cara asuh itu udah pasti ada aja yang error di anak pertama. Maka dari itu kita harus saling peka, kerjasama dan dukungan bukannya malah cercaan pertanyaan di saat genting macam tadi. "Kamu berlebihan Lin, cercaan? Kesannya aku buruk banget tadi."Linar tersenyum tipis. "Nah itu dia, sejujurnya aku merasa tertekan karena lagi panik, dan harus terburu-buru, Mas. Dan kamu itu ya, selalu menyerahkan semuanya sama aku, meyakini itu bagian aku sebagai istri dan kalau bermasalah kamu menyalahkan aku begitu aja. Kalau dulu soal pekerjaan rumah tangga sekarang tentang anak. Kamu pikir Elkan cuma tanggung jawab aku?!"Dean yang menyadari ucapan kasarnya mengusap wajahnya gusar. "Bukan itu maksud aku, Lin, tapi-""Iya bukan, tapi arahnya kesitu! Aku udah bilang ini kali pertama aku jadi seorang ibu, aku butuh kerjasaman
Mas, kalau kamu mau makan tinggal diangetin tumis ayam kecapnya yang di panci atas kompor ya. Di atas meja makan juga udah udah ada tempe crispy dan sambalnya. Dean mengernyit dahinya, lalu. Dia mencabut sticky note itu dan membuangnya ke tong sampah. *** Dean memang pulang sangat telat karena jalanan yang macet pada akhir pekan terlebih ia dari luar kota. Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa perjalanannya akan memakan waktu yang lama hingga sampai pukul sepuluh malam, dan saat dia tiba di rumah, hampir semua ruangannya sudah dimatikan lampunya. Dan pertama kali yang ia lakukan adalah menyalakan lampu di ruangan yang ia lalui. Dean berjalan di antara lampu-lampu ruangan yang masih menyala terang. Naik ke lantai dua, dia membuka pintu kamar Elkan. Namun, ia tak menemukan anaknya itu, tanpa pikir panjang Dean melewati pintu penghubung dengan kamarnya dan benar saja di atas ranjang ia menemukan Linar dan Elkan tertidur dengan Linar yang berada di pinggir ranjang membiarka
Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar
"Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D
Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa
"Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa
"Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut