“Aku ....”Baru saja Owen hendak menjawab pertanyaan Gunawan, Haryanto tiba-tiba menyela, “Gunawan, kamu kenal sama anak ini?”Setelah melihat Gunawan yang sepertinya sangat akrab dengan Owen, Haryawan merasa agak terkejut dan tidak mengerti kenapa Gunawan bisa berteman dengan seorang penjahat.“Benar! Tuan Gustari itu ....” Baru saja Gunawan hendak mengungkapkan identitas Owen, dia tiba-tiba merasa ada yang salah. Saat datang untuk menjatuhkan Tangan Beracun sebelumnya, Owen mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya. Itu berarti dia tidak ingin atau tidak bisa mengungkapkan identitasnya. Oleh karena itu, Gunawan merasa dirinya tidak boleh mengatakan bahwa Owen adalah Prajurit Naga Hitam dari Organisasi Dragmar Tonham Selatan di hadapan semua orang. Begitu memikirkan hal ini, dia buru-buru menutup mulutnya.“Tetua Gunawan, nggak peduli kalian kenal atau nggak, dia sudah melakukan tindak kejahatan yang nggak bisa diampuni. Apa kamu mau melindunginya karena kenal dekat dengannya?” tanya
“Kak Haryanto, aku nggak berniat untuk melindungi Tuan Gustari. Tapi, aku sangat memahami karakternya. Dia nggak mungkin melakukan tindak kejahatan seperti merampas barang milik orang lain atau membunuh orang nggak berdosa. Menurutku, ini pasti hanyalah kesalahpahaman,” jawab Gunawan dengan buru-buru.“Salah paham? Salah paham apa? Dia itu satu-satunya orang yang paling mencurigakan di lokasi kejadian. Selain itu, dia juga sengaja mencegah kami membawa Spencer ke rumah sakit, lalu membunuh Spencer supaya bisa menutupi kedoknya! Siapa lagi pelakunya kalau bukan dia?” ujar Wahab sambil menatap Owen dengan penuh kebencian.“Sembarangan! Siapa bilang aku membunuh Pak Spencer? Tadi, aku sudah bilang, Pak Spencer baik-baik saja karena aku sudah menyembuhkannya!” bentak Owen dengan marah.Owen sudah benar-benar kehilangan kesabaran. Sebelumnya, dia berulang kali ingin menjelaskan bahwa Spencer baik-baik saja. Namun, Wahab dan yang lain malah menolak mendengar penjelasannya. Sekarang, setelah
“Uhuk, uhuk ....”Tepat pada saat ini, Spencer terbatuk ringan dan mulai tersadar.“Spencer, ka ... kamu baik-baik saja?”Begitu menyaksikan hal ini, Wahab, Yakob, Suhendra, dan Suryanto pun tercengang. Awalnya, mereka mengira Spencer sudah tewas dibunuh Owen. Tak disangka, Owen benar-benar sudah menyembuhkan Spencer yang tadinya sekarat. Hal ini benar-benar bagaikan keajaiban! Jika bukan mengalaminya sendiri, mereka tidak akan percaya ini adalah hal nyata.“Syukurlah!”Pada detik selanjutnya, Wahab dan yang lainnya pun berseru gembira. Kemudian, mereka buru-buru menghampiri Spencer dan memapah Spencer untuk duduk.“Kakek, Ayah, kok kalian ada di sini .... Ini tempat apa? Kenapa aku ada di sini?” tanya Spencer dengan lemah. Dia menatap kelompok Wahab dan pepohonan rindang di sekeliling dengan bingung.Begitu terkena serangan Rusli sebelumnya, Spencer langsung tidak sadarkan diri dan sama sekali tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Setelah tersadar kembali, dia langsung melihat kelu
Bruk! Setelah tiba di hadapan Owen, Wahab langsung berlutut dan berkata dengan tulus, “Pak Gustari, maaf. Sebelumnya, kami sudah menuduhmu tanpa menyelidiki masalahnya dengan jelas. Selain minta maaf, aku juga mau berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan cucuku. Keluarga Wulianto nggak akan melupakan kebaikanmu ini ....”Kali ini, Owen berbaik hati ingin menolong Spencer. Namun, selain menuduh Owen, Wahab, Yakob, dan yang lain malah berulang kali menyerang serta hendak membunuh Owen. Untungnya, basis kultivasi Owen sangat tinggi sehingga mampu menahan serangan mereka sebelumnya. Jika tidak, Owen mungkin sudah tewas di tangan mereka. Dengan begitu, mereka bukan hanya membunuh orang yang tidak berdosa, juga secara tidak langsung mencelakai Spencer.Setelah mengingat kembali hal ini, Wahab tanpa sadar langsung merinding.Intinya, kali ini, Owen bukan hanya mampu membalikkan situasinya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, juga telah menyelamatkan Spencer. Demi menunjukkan rasa
Bruk! Pada detik selanjutnya, Yakob berjalan ke arah Owen, lalu berlutut di hadapannya.Bruk! Bruk! Melihat Wahab dan Yakob yang sudah berlutut, Suhendra dan Suryanto ragu sejenak, lalu juga ikut berlutut di hadapan Owen. Meskipun Yakob memiliki andil yang paling besar, mereka juga telah berulang kali membela Yakob dan tidak lepas dari kesalahan. Setelah mengetahui kebenarannya, mereka juga merasa bersalah dan berharap Owen memaafkan mereka.“Apa-apaan kalian?”Begitu menyaksikan hal ini, Owen pun merasa sangat serbasalah. Dia memang masih merasa kesal atas tindakan keempat orang ini. Namun, dia juga merasa tidak enak hati untuk membiarkan mereka berlutut di hadapannya, apalagi Wahab, Suhendra, dan Suryanto yang sudah begitu tua.“Pak Gustari, semua ini memang salahku. Aku terlalu panik dan mengira kamu sudah membunuh Spencer, makanya aku langsung bertindak tidak rasional. Sekarang, aku sudah menyadari kesalahanku. Aku harap kamu bisa berbesar hati dan memaafkanku,” ujar Yakob dengan
“Tetua Haryanto, maaf. Ini memang adalah kesalahan kami. Kami bukan sengaja melakukannya. Aku harap kamu bisa memaafkan kami,” ujar Wahab untuk meminta maaf pada Haryanto.“Ya sudahlah. Berhubung masalah ini belum sempat berkembang hingga terlalu besar, aku nggak akan mempermasalahkannya dengan kalian. Tapi, jangan mengulanginya lagi!” dengus Haryanto.“Baik, baik. Kami nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi,” jawab Wahab dengan terburu-buru. Dia akhirnya merasa lega juga.Setelah menegur Wahab, Haryanto menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia baru menatap Owen dan berkata dengan tulus, “Tuan Gustari, tadi, aku langsung menyerangmu tanpa menyelidiki kebenarannya dulu dan hampir membahayakan nyawamu. Maaf, ya. Itu memang salahku. Aku harap kamu memakluminya.”Sebagai anggota Organisasi Dragmar, Haryanto tidak terlebih dahulu mengumpulkan buktinya sebelum menyerang Owen. Dalam aspek ini, dia memang agak lalai. Untungnya, Gunawan mengenal Owen dan menghenti
“Benar! Spencer, siapa sebenarnya pelakunya?” tanya Wahab. Dia dan orang lainnya juga langsung menatap ke arah Spencer. Kali ini, orang itu sudah membunuh beberapa pengawal Keluarga Wulianto dan hampir membunuh Spencer. Jadi, mereka sangat membencinya. Jika bisa menemukan pelakunya, Keluarga Wulianto pasti akan membalaskan dendam ini meskipun harus mengorbankan segalanya.“Orang itu pakai topeng untuk menutupi wajahnya. Jadi, aku nggak tahu dia itu siapa .... Tapi, kalau dari karakteristik tubuh dan suaranya, dia seharusnya adalah seorang pria paruh baya,” jawab Spencer dengan lemah.“Apa? Bahkan kamu juga nggak tahu pelakunya itu siapa? Sial! Kenapa jadi begini ....”Setelah mendengar jawaban Spencer, hati Wahab dan Yakob pun tenggelam. Awalnya, mereka mengira Spencer pasti mengetahui siapa pelakunya. Tak disangka, orang itu sangat berhati-hati dan sengaja menyembunyikan identitasnya saat berbuat jahat. Selain itu, meskipun Spencer bisa menyimpulkan pelakunya adalah seorang pria paruh
“Eh, Pak Gustari, Rusli berada di Tonham Selatan, sedangkan Tonham Selatan juga cukup jauh dari Tonham Barat. Mana mungkin dia tiba-tiba datang kemari dan melakukan hal seperti ini? Apa kamu nggak salah?”Tonham Selatan memang berbatasan dengan Tonham Barat. Namun, kedua wilayah ini sangat luas dan jarak pusat kota yang satu dengan yang lain sangatlah jauh. Selain itu, Keluarga Wulianto hanyalah keluarga besar kelas menengah di Tonham Barat yang koneksinya tidak seluas keluarga besar terkemuka, Jadi, Wahab dan yang lain masih belum tahu mengenai Keluarga Yukari yang sudah hancur maupun Rusli yang terluka parah dan melarikan diri.Mereka pun merasa sangat bingung kenapa Rusli bisa tiba-tiba muncul di Tonham Barat, juga melakukan pembunuhan demi merampas bunga lima warna. Mereka merasa kemungkinan ini sangatlah kecil dan Owen seharusnya salah.“Aku nggak salah. Dulu, aku pernah bertarung dengan Rusli dan sangat familier dengan energi sejatinya. Saat periksa luka Pak Spencer tadi, aku men