Ditambah lagi dengan penampilan Marisa yang tampak seperti wanita kelas atas, perhatian orang-orang di sekitar pun segera tertuju ke arah dirinya.Di bawah perhatian semua orang, Owen dan Marisa mengikuti pelayan ke sebuah ruangan yang elegan, lalu duduk saling berhadapan. Setelah memesan makanan dan pelayan pergi, suasananya langsung sunyi. Keduanya tidak tahu harus mengucapkan apa. Mungkin karena mereka sudah terlalu lama tidak bertemu, makanya mereka menjadi agak canggung saat ini.Setelah waktu berlalu cukup lama, Owen dan Marisa berusaha memecah kesunyian dan bertanya secara bersamaan."Owen, bagaimana kabarmu beberapa tahun terakhir ini?""Marisa, bagaimana kabarmu belakangan ini?"Begitu pertanyaan ini terlontar, keduanya pun tercengang. Tidak disangka, mereka berdua bisa memiliki pemikiran yang sama."Pfft!" Marisa akhirnya tidak bisa menahan tawa. Senyum manis pun merekah di wajahnya yang cantik sehingga membuatnya tampak menawan. Setelah itu, Marisa bertanya sambil mengerling
Marisa akhirnya sadar bahwa dirinya terlalu banyak berpikir. Bagaimanapun, Owen hanyalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki kemampuan ataupun latar belakang keluarga yang hebat, sedangkan Yura adalah anak kesayangan Keluarga Suwanto. Dia tidak hanya cantik, tetapi juga kaya dan memiliki kekuasaan. Ada banyak orang yang mengejar dirinya, mana mungkin bisa menyukai Owen yang hanya orang biasa?"Marisa, kamu kerja di mana sekarang?" tanya Owen yang ingin tahu tentang kondisi Marisa sekarang."Oh, setelah lulus kuliah, aku masuk ke sebuah perusahaan besar. Keberuntunganku beberapa tahun ini lumayan. Aku sudah menjadi manajer departemen dan gaji bulananku sekitar 30-an juta," jawab Marisa dengan sedikit bangga.Kemudian, dia yang teringat akan situasi Owen berkata, "Owen, seingatku kamu sekarang jadi sekretaris presiden direktur di sebuah perusahaan kosmetik. Posisi ini memang lumayan, tapi sekretaris adalah pekerjaan yang rendah dan biasanya perempuan yang mengisi posisi ini. Selain i
"Bayar pakai debit saja." Owen sama sekali tidak peduli, lalu mengeluarkan sebuah kartu atm dan menyerahkannya kepada pelayan restoran itu.Nominal dalam kartunya saat ini sekitar 140 hingga 160 miliar. Jadi, uang 6 juta ini bukan apa-apa untuknya.Saat melihat kartu di tangannya, pelayan itu sontak terperanjat.Biasanya, orang-orang yang bisa datang untuk makan di restoran berkelas seperti ini memiliki identitas kaya raya ataupun konglomerat. Ada banyak anak-anak orang kaya yang juga menggunakan kartu dari Bank Jenewis.Meskipun pelayan itu tidak mengenal bahwa itu adalah kartu prioritas Bank Jenewis, dia mengenal logo yang ada di atas kartu itu dan tahu nilai kartu dari Bank Jenewis itu.Dalam sekejap, dia yang sedang terkejut diam-diam merasa bersyukur dalam hati. Untung saja, barusan dia bersikap dengan baik dan tidak mengatakan perkataan yang buruk. Jika dia sampai menyinggung Owen, dia mungkin akan kehilangan pekerjaannya ini."Owen, kehidupan ekonomimu nggak terlalu baik. Kelak,
"Marisa, jalanan di kota itu relatif macet, apalagi tempat parkirnya nggak mudah didapat. Jadi, mengendarai motor itu lebih praktis. Kamu bisa memarkir mobilmu di sini lebih dulu, lalu pulang seusai membeli barang nanti." Owen tahu bahwa Marisa datang dengan mengemudi mobil, itu tidak sepraktis dan secepat dia mengendarai motor."Eh, oke." Marisa mengangguk, lalu Owen pun memboncengnya meninggalkan restoran itu.....Mal Fortune merupakan sebuah mal besar yang berada paling dekat dengan restoran tersebut.Setelah memarkirkan motornya, Owen pun masuk ke mal bersama Marisa.Mereka berkeliling ke mana-mana. Saat melihat sebuah toko pakaian dengan merek terkenal, Marisa pun menarik Owen untuk masuk ke dalam. Toko pakaian ini memang bukan merek internasional, tetapi merupakan merek ternama dalam negeri. Pelanggan yang ditargetkan adalah kelas menengah hingga ke atas.Luas di dalamnya sangat besar dan terbagi menjadi dua area. Area sebelah kiri adalah pakaian pria dan sebelah kanan adalah pa
"Owen, pakaian itu benda musiman, modelnya sangat mudah ketinggalan zaman. Kita beli yang ini dulu sementara, nggak perlu beli sebanyak itu," ujar Marisa sambil tersenyum dengan canggung."Nggak masalah, pakaianku sedikit, jadi langsung beli beberapa sekaligus juga nggak apa-apa," ujar Owen yang tidak sependapat."Tapi …." Marisa tidak bisa tersenyum lagi. Dia ingin terus membujuk Owen, tetapi Owen sudah menyelanya sebelum dia sempat berbicara."Nggak apa-apa, beli saja semuanya. Kak, aku mau beberapa pakaian ini. Tolong dibungkuskan, ya," ujar Owen dengan bangga."Baik." Karyawan wanita itu tampak sangat bahagia. Dia tidak pernah bertemu pelanggan selugas Owen sebelumnya. Dia segera menyadari bahwa Owen mungkin saja anak orang kaya sehingga sikapnya saat melayani pun menjadi jauh lebih ramah.Selanjutnya, dia bergegas membungkus beberapa pakaian itu seolah-olah takut Owen akan menyesalinya.Saat melihat adegan itu, Marisa sepenuhnya tertegun. Sekarang, Owen sudah selesai membual dan p
“Tapi ....” Marisa merasa serba salah dan tidak bisa mengutarakan kesulitannya.“Sudahlah, kita lihat saja dulu,” ujar Owen. Setelah itu, dia pun menarik Marisa ke area pakaian wanita.Berhubung tidak bisa menolak, Marisa pun diam-diam berdesah, ‘Ya sudahlah. Toh sudah datang, nggak ada salahnya pilih beberapa untuk dicoba dulu. Kalau harganya terlalu mahal, palingan nggak usah beli.’ Setelah berpikir seperti itu, Marisa pun menjadi lebih tenang. Kemudian, mereka memasuki area pakaian wanita.“Nona, beberapa gaun pas badan ini adalah produk terbaik toko kami. Desainnya sangat mewah dan sangat cocok sama auramu. Kamu boleh pilih beberapa untuk dicoba ....” Pegawai wanita itu bersikap sangat ramah. Dia menunjuk ke deretan pakaian yang berisi pakaian wanita mewah, lalu merekomendasikan satu-satu kepada Owen dan Marisa.“Ini ....” Marisa sedikit ragu. Apabila pakaian-pakaian ini adalah produk terbaik toko ini, harganya pasti tidak murah. Dia merasa dirinya pasti tidak sanggup membelinya. N
Harganya sudah terlalu mahal. Marisa benar-benar tidak mampu membelinya.“Aku rasa biasa saja. Sudahlah, sebaiknya kita pergi lihat-lihat ke toko lain saja ...,” ujar Marisa. Kemudian, dia mengembalikan beberapa pakaian itu kepada si pegawai wanita.Senyum pegawai wanita itu pun membeku. Dia merasa sangat kecewa. Awalnya, dia mengira Marisa paling tidak akan menyukai 1-2 buah pakaian yang direkomendasikannya. Tak disangka, Marisa ternyata tidak menyukai satu pun.Namun, Marisa sangat cantik. Wajar saja apabila seleranya juga lebih tinggi. Mungkin juga pakaian-pakaian merek menengah ke atas ini bukan selera Marisa. Setelah memikirkan hal ini, pegawai wanita itu tiba-tiba terpikirkan sebuah ide.Dia berjalan ke depan sebuah rak baju, lalu merekomendasikan sebuah gaun pesta kepada Marisa, “Nona, kami punya sebuah gaun pesta yang sangat bagus. Gaun ini didesain oleh seorang perancang busana dalam negeri yang terkenal. Baik bahan maupun modelnya bisa menyaingi banyak produk dari merek kelas
“Mbak, selain gaun ini, semua baju yang dicoba Marisa tadi juga sekalian dibungkus ya!” ujar Owen dengan yakin.“Oke, aku akan segera membuka bonnya!” Pegawai wanita itu sangat gembira. Dia buru-buru mengeluarkan semua pakaian yang dicoba Marisa tadi dan membungkusnya. Senyum di wajahnya sangat cerah.“Mbak, tunggu dulu! Kami nggak mau beli gaun dan baju-baju tadi ....” Marisa langsung terkejut dan buru-buru mencegahnya.“Marisa, semua baju ini bagus banget di kamu. Kenapa nggak mau beli?” tanya Owen dengan heran.“Aku ....” Marisa merasa sangat malu. Namun, dia sudah tidak peduli meskipun berkata jujur akan mempermalukan dirinya. Dia pun berbisik, “Aku nggak punya uang sebanyak itu ....”“Nggak punya uang?” Pegawai wanita itu langsung terkejut setelah mendengarnya. Ekspresinya juga langsung berubah. Tadi, dia mengira bahwa Owen adalah anak dari keluarga kaya dari sikapnya yang royal. Sekarang, dia baru tersadar bahwa kedua orang ini mungkin hanya sok kaya. Bukankah itu artinya dia sud