Setelah merasakan bahwa energi spiritual di puncak gunung sudah hampir habis, Owen merasa lumayan terkejut. Untungnya dia tidak perlu berkultivasi di Gunung Milburga. Jadi, dia juga tidak peduli meskipun energi spiritual di tempat ini sudah diserap habis. Lagi pula, energi spiritual adalah benda yang berkelanjutan. Dalam waktu 2-3 bulan, energi spiritual di puncak Gunung Milburga akan pulih kembali. Akan sangat disayangkan juga apabila energi spiritual di tempat ini tidak dimanfaatkan. Selesai mengumpulkan embun di puncak gunung, Owen pun turun dari gunung dan pulang ke rumah. Sekarang, pembelian bahan obat herbal dan pengumpulan embun sudah selesai. Masalah produksi kosmetikal juga sudah terpecahkan. Selain itu, komposisi terpenting dalam produksi kosmetikal adalah embun. Jadi, Owen berencana untuk menamai embun ini sebagai embun sukma. Kelak, embun sukma akan menjadi resep eksklusifnya, seperti banyak produk makanan dan lain-lain yang mempunyai resep eksklusif tersendiri.Dengan b
Jika mengetahui bahwa Owen melangkahi otoritasnya lagi dalam masalah pembelian, Darius pasti akan murka.“Apa yang mau kamu katakan? Kok bertele-tele banget?” Theresa menatap Owen dengan aneh karena tidak mengerti apa maksud Owen.“Begini, Grup Suwanto itu pemasok obat herbal terbesar di Jenggala. Kalau perusahaan kita perlu membeli bahan obat herbal, kita boleh langsung kerja sama dengan mereka tanpa perlu lewat Jisuka Herbal lagi ...,” jawab Owen setelah memberanikan diri. Meskipun tidak begitu menyukai Darius, Owen sudah berulang kali melangkahi otoritas Darius. Jadi, dia merasa sedikit bersalah. Jika Darius setuju untuk bekerja sama dengan Grup Suwanto, Owen akan menyerahkan kontrak yang ditandatanganinya semalam kepada Darius. Dia juga tidak keberatan membiarkan Darius mengambil semua jasanya. Dengan begitu, dia bukan hanya tidak melangkahi otoritas Darius, tetapi juga bisa mempertanggungjawabkannya pada Yura.“Gampang sekali kamu ngomongnya! Kerja sama dengan Grup Suwanto memang
“Aku bisa tunjukkin kontraknya. Tapi, aku mau kita bertaruh dulu!” ujar Owen dengan santai.“Taruhan apa?” tanya Darius.“Bukannya kamu nggak percaya aku sudah berhasil kerja sama dengan Grup Suwanto? Kalau aku bisa keluarin kontraknya, kamu jangan salahin aku ya!” Owen tahu bahwa dirinya pasti akan dirugikan setelah melangkahi otoritas Darius. Jadi, dia mau mewaspadainya dulu sebelum Darius merasa malu dan sembarangan menyalahkan dirinya.“Buat apa aku menyalahkanmu tanpa alasan? Dasar gila!” Ekspresi Darius sangat jelek. Dia mengira Owen sedang memakinya secara halus.“Oke, kamu sendiri yang bilang ya! Jangan ingkar janji!” Owen terlihat sangat senang karena sudah berhasil membuat Darius terlebih dahulu berjanji untuk tidak menyalahkannya.Darius melambaikan tangannya. Dia sudah malas berbicara omong kosong dengan Owen dan langsung bertanya, “Gimana kalau kamu nggak bisa keluarin kontraknya?”“Kamu boleh hukum aku sesuka hatimu!” jawab Owen dengan yakin.“Oke. Sepakat, ya!” Darius sa
Namun, Theresa telah mengetahui seluk beluk masalah ini dan telah memastikan bahwa Bintang Samudra Biru itu memang produk asli. Hal yang terpenting adalah Bintang Samudra Biru ini sangat berharga. Owen bukanlah orang yang kaya dan berkuasa, tetapi dia bersedia memberikan yang terbaik untuknya. Hal ini membuat Theresa yang hatinya selalu teguh mulai goyah. "Dia bukan bernasib baik, tapi hanya kebetulan beruntung," ucap Darius dengan tidak senang.Dia sempat berpikir bahwa Owen benar-benar mempunyai hubungan baik dengan Keluarga Suwanto. Namun, Darius baru menyadari bahwa Owen ternyata memiliki keberuntungan yang cukup baik karena bisa kebetulan bertemu dan mengenal Pak Indra. Di sisi lain, Owen mengabaikan perkataan Darius dan berkata, "Karena kejadian inilah aku bisa berteman dengan Pak Indra. Kemarin, aku menelepon Pak Indra dan menyampaikan kepadanya bahwa perusahaan kita mau membeli bahan obat tradisional. Dia langsung setuju untuk bekerja sama.""Oh, ternyata begitu! Kamu sudah
"Bu Theresa, kalau nggak ada urusan lain, aku akan kembali ke pabrik." Owen pamit, lalu meninggalkan kantor.Di sisi lain, Darius yang melihat kepergian Owen mengepalkan tinjunya dan ekspresinya yang kesal itu tampak mengerikan. Beberapa hari yang lalu, Owen mengambil alih tanggung jawabnya atas bagian produksi. Sekarang, Darius harus membiarkan Owen lagi. Mana mungkin dia tidak marah?"Pak Darius, kembalilah bekerja!" kata Theresa dengan santai.Lantaran Reynold telah membuat rencana untuk menjebak Owen, Theresa selalu merasa bahwa Darius juga ikut terlibat. Jadi, dia tidak memperlakukan Darius seserius sebelumnya."Bu Theresa, ada yang ingin aku sampaikan. Hanya saja aku nggak tahu harus mengatakannya atau nggak," kata Darius dengan ragu-ragu, lalu tidak mengatakan apa-apa lagi."Ada apa? Katakan saja," kata Theresa sambil mengangkat alisnya. Dia tidak dapat menebak apa rencana Darius kali ini."Bu Theresa, aku tahu kamu mau melatih Owen. Tapi, dia punya ambisi liar yang sangat besar
Theresa buru-buru menyingkirkan keraguan di hatinya, lalu mendengkus dingin dan berkata, "Nggak mungkin! Owen nggak akan mengkhianatiku. Dia bukan orang seperti itu!"Perusahaan bisa memiliki harapan untuk berkembang pesat berkat kontribusi Owen. Owen telah mengorbankan banyak hal demi perusahaan dan bekerja dengan sepenuh hati, mana boleh Theresa meragukan Owen? Selain itu, Owen telah menyelamatkan nyawanya dan karakternya juga sangat baik dalam berbagai aspek. Jika tidak memercayai Owen, siapa lagi yang bisa dia percaya?"Bu Theresa, aku mengatakan ini supaya kamu bisa melakukan tindakan pencegahan. Owen nggak punya apa-apa sekarang dan dia hanya bisa mengandalkanmu untuk saat ini. Tapi, ketika dia berhasil mencapai posisi teratas dan melampauimu, dia mungkin akan segera mengkhianatimu ...."Darius masih tidak ingin menyerah. Namun, sebelum dia menyelesaikan perkataannya, Theresa segera menyela, "Diam! Darius, melihat kerja keras yang sudah kamu lakukan demi perusahaan dalam dua tahu
Ditambah lagi dengan penampilan Marisa yang tampak seperti wanita kelas atas, perhatian orang-orang di sekitar pun segera tertuju ke arah dirinya.Di bawah perhatian semua orang, Owen dan Marisa mengikuti pelayan ke sebuah ruangan yang elegan, lalu duduk saling berhadapan. Setelah memesan makanan dan pelayan pergi, suasananya langsung sunyi. Keduanya tidak tahu harus mengucapkan apa. Mungkin karena mereka sudah terlalu lama tidak bertemu, makanya mereka menjadi agak canggung saat ini.Setelah waktu berlalu cukup lama, Owen dan Marisa berusaha memecah kesunyian dan bertanya secara bersamaan."Owen, bagaimana kabarmu beberapa tahun terakhir ini?""Marisa, bagaimana kabarmu belakangan ini?"Begitu pertanyaan ini terlontar, keduanya pun tercengang. Tidak disangka, mereka berdua bisa memiliki pemikiran yang sama."Pfft!" Marisa akhirnya tidak bisa menahan tawa. Senyum manis pun merekah di wajahnya yang cantik sehingga membuatnya tampak menawan. Setelah itu, Marisa bertanya sambil mengerling
Marisa akhirnya sadar bahwa dirinya terlalu banyak berpikir. Bagaimanapun, Owen hanyalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki kemampuan ataupun latar belakang keluarga yang hebat, sedangkan Yura adalah anak kesayangan Keluarga Suwanto. Dia tidak hanya cantik, tetapi juga kaya dan memiliki kekuasaan. Ada banyak orang yang mengejar dirinya, mana mungkin bisa menyukai Owen yang hanya orang biasa?"Marisa, kamu kerja di mana sekarang?" tanya Owen yang ingin tahu tentang kondisi Marisa sekarang."Oh, setelah lulus kuliah, aku masuk ke sebuah perusahaan besar. Keberuntunganku beberapa tahun ini lumayan. Aku sudah menjadi manajer departemen dan gaji bulananku sekitar 30-an juta," jawab Marisa dengan sedikit bangga.Kemudian, dia yang teringat akan situasi Owen berkata, "Owen, seingatku kamu sekarang jadi sekretaris presiden direktur di sebuah perusahaan kosmetik. Posisi ini memang lumayan, tapi sekretaris adalah pekerjaan yang rendah dan biasanya perempuan yang mengisi posisi ini. Selain i