Angelina berkata dengan susah payah dan dia mengambil pembalut dari dalam tasnya. Ketika hendak bangkit berdiri, rasa sakit langsung menghantam perutnya dan Angelina pun terhuyung-huyung hingga akhirnya terjatuh ke lantai. Untung Owen sigap, dia langsung mengulurkan tangannya ke pinggang Angelina dan memeluk Angelina tepat waktu."Apa kamu mengalami nyeri haid lagi?" tebak Owen sambil mengernyitkan alis."Aku nggak apa-apa. Aku hanya perlu menahan sakitnya saja. Tolong lepaskan aku," kata Angelina.Merasakan aura keperkasaan Owen, wajah cantik Angelina pun merona dan dia berjuang beberapa kali. Namun, dia gagal melepaskan diri dari pelukan Owen."Omong kosong! Mana bisa hal seperti ini ditahan? Ini harus ditangani sesegera mungkin!" balas Owen dengan ekspresi muram.Setelah itu, dia menggendong Angelina dan membawanya ke arah sofa tanpa memedulikan teriakan wanita itu."Kamu ... apa yang kamu lakukan? Kamu! Cepat turunkan aku!" seru Angelina dengan wajah yang merah dan jantungnya berde
Sekarang, kalung itu telah jadi dan Pak Indra menelepon untuk menanyakan alamat rumah Owen. Dia berencana mengutus orang untuk mengantarkan kalung tersebut kepada Owen.Owen melihat bahwa saat ini sudah hampir jam pulang kerja dan dia tidak ingin merepotkan Pak Indra. Kemudian, dia berkata kepada Pak Indra bahwa dia sendiri yang akan pergi mengambilnya ketika pulang kerja nanti. Owen berbuat demikian karena ingin berterima kasih kepada Pak Indra secara langsung.Keluarga Suwanto adalah salah satu dari empat keluarga besar di Jenggala, juga merupakan keluarga yang paling sederhana di antara empat keluarga besar.Kediaman Keluarga Suwanto bergaya rumah bangsawan dan terletak di kaki gunung yang hijau subur. Pemandangan di sekitarnya sangat indah dan terlihat seperti surga. Area ini merupakan tempat yang sangat baik untuk hidup jauh dari hiruk-pikuk kota dan memulihkan diri.Di dalam halaman, Indra sedang duduk di tengah taman sambil bermain catur go. Orang yang ikut bermain bersamanya ad
Namun, proses mengukir liontin sangat rumit sehingga butuh waktu cukup lama. Jadi, Pak Jonathan baru berhasil menyelesaikan mahakaryanya siang ini."Kek, Pak Jonathan adalah ahli ukir batu giok terkenal di Jenggala. Dengar-dengar dia sudah nggak menggunakan pisaunya selama hampir 10 tahun. Kalau bukan karena memiliki persahabatan dengan Kakek, dia mungkin nggak akan mengeluarkan pisaunya!" kata Heri sambil tersenyum."Benar. Demi membuatnya turun tangan kali ini, aku berbicara omong kosong sampai mulutku kering. Untung dia menyetujui permintaanku," kata Kakek Indra sambil tersenyum."Kek, dua liontin dari kalung ini dibuat dari bagian tengah dua giok imperial dan merupakan bagian yang paling penting. Ini sangat berharga. Selain itu, ini adalah mahakarya Pak Jonathan yang sangat luar biasa setelah 10 tahun berhenti menggunakan pisaunya. Maknanya sangat luar biasa! Apa Kakek benar-benar ingin memberikan sesuatu yang begitu berharga ke orang lain secara cuma-cuma?" celetuk Yura dengan eks
"Aku sudah berjanji kepada Owen sebelumnya, gimana mungkin aku mengingkarinya? Selain itu, aku adalah kepala keluarga dari Keluarga Suwanto. Kalau aku nggak bisa menepati janjiku, bukankah kelak Keluarga Suwanto akan ditertawakan orang-orang?" ujar Indra dengan ekspresi serius dan sikap yang sangat tegas.Melihat kasih sayangnya kepada cucu perempuannya, dia pasti tidak akan mengecewakan cucunya jika itu adalah masalah yang lain. Akan tetapi, masalah ini berhubungan dengan reputasi keluarga dan dia tidak bisa menjadikan reputasi keluarga sebagai candaan."Tapi …." Yura masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Indra sudah lebih dulu menyela ucapannya."Nggak ada tapi. Kalau kamu mau, pilih salah satu. Kalau nggak mau, aku akan langsung memberikan kedua kalung itu kepada Owen agar nggak memisahkan kalung Bintang Samudra Kembar itu," ujar Indra sambil tersenyum tipis."Aku mau, tentu saja mau. Yang penting ada satu daripada nggak ada sama sekali." Akhirnya, Yura hanya bisa berkompromi denga
Indra tersenyum tanpa menunjukkan sikap yang jelas.Keluarga Suwanto adalah salah satu dari empat keluarga besar di Jenggala yang memiliki kekuasaan luar biasa. Jadi, dia sama sekali tidak mungkin memerlukan bantuan Owen untuk melakukan sesuatu.Ditambah lagi, sekalipun dia benar-benar bertemu masalah, jika bahkan Keluarga Suwanto sendiri juga tidak dapat menyelesaikannya, orang biasa seperti Owen lebih tidak mungkin mampu berkontribusi apa pun."Owen, sekarang sudah waktunya untuk makan malam. Kamu bisa tinggal untuk makan malam bersama kami," ujar Fidalia sambil tersenyum."Nggak lagi, aku nggak mengganggu kalian lagi." Owen segera berpamitan. Tepat saat dia hendak pergi, matanya tiba-tiba melihat ke arah wajah Fidalia. Dia samar-samar melihat ada segumpal energi hitam yang buram muncul di dahi Fidalia.Energi hitam ini muncul samar-samar. Jika bukan karena keterampilan medisnya yang luar biasa, mungkin akan sangat sulit untuk dideteksi."Owen, ada apa?"Saat melihat tampang Owen yan
Owen merasa sangat frustrasi. Akan tetapi, mengingat dirinya telah berutang budi kepada keluarga Indra, pada akhirnya dia tetap merekomendasikan Ashton kepada mereka.Setelah itu, dia menangkupkan kedua tangannya dan berpamitan. Owen pun berbalik dan pergi sambil membawa kalung itu."Dasar bocah yang nggak tahu diri! Benar-benar menjengkelkan!" Saat menatap punggung Owen yang perlahan menjauh, Indra langsung memukul meja sambil memelototkan matanya saking emosi. Sedikit kesan baik kepada Owen yang ada dalam hatinya juga seketika kandas."Indra, jangan marah. Mungkin Owen hanya berniat baik dan nggak ada niat buruk apa pun," hibur Fidalia sambil tersenyum."Niat baik apanya? Dia jelas-jelas ada niat yang lain! Kalau aku lihat, dia mengira Nenek lumpuh pasti karena melihat Nenek duduk di kursi roda, makanya dia berbicara seperti itu untuk mendapat kesan baik semua orang. Dia mau menggunakan kesempatan ini untuk menjilat Keluarga Suwanto. Hanya saja, dia nggak menyangka kalau Nenek sebena
“Pak Ashton, jangan salah paham. Kami nggak cari dokter lain. Hanya saja, tadi ada seorang anak bernama Owen yang nggak tahu diri dan sembarangan bicara,” jelas Indra dengan buru-buru.“Apa? Owen?” tanya Ashton. Dia langsung tersentak dan berdiri.“Benar, Pak Ashton. Kamu kenapa?”Indra dan beberapa orang lainnya menatap Ashton dengan terkejut. Mereka tidak mengerti kenapa Ashton bereaksi seperti ini.“Pak Indra, kamu boleh jelasin dengan lebih saksama? Orang yang namanya Owen ini umur berapa, rupanya gimana ....” Ashton pun menjadi tegang. Dia mau tahu apakah orang yang dimaksud Indra itu sama dengan Owen yang dikenalnya.“Umurnya sekitar 25-26 tahun, perawakannya tinggi dan kurus ....” Indra mendeskripsikan sekilas penampilan Owen.“Benar-benar dia!” seru Ashton. Dia langsung tercengang dan kehilangan kata-kata.“Pak Ashton, kamu ... kenal sama dia?” tanya Indra.“Kenal! Tuan Owen adalah seorang ahli pengobatan tradisional yang sangat luar biasa. Keterampilan medisnya sangat tinggi,
“Kamu boleh minta tolong padanya untuk mencoba,” ucap Ashton.“Benar! Kenapa aku melupakan Owen! Dia bilang dia punya keyakinan 60-70% untuk menyembuhkan istriku. Dia pasti bisa melakukannya!” ujar Indra dengan gembira.Dia buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Owen. Namun, dia tiba-tiba teringat akan dirinya yang mengusir Owen tadi. Senyum di wajahnya langsung membeku.Yura langsung menyadari kecanggungan Indra. Dia pun berkata, “Kakek, Owen baru pergi. Aku rasa dia masih belum pergi jauh. Aku bakal langsung mengejarnya sekarang juga dan menyuruhnya kembali untuk mengobati Nenek!”“Ingat, kamu harus bersikap tulus. Walau harus memohon, kamu harus mengundangnya kembali ...,” pesan Indra. Dia merasa menyuruh Yura pergi menyusul Owen jauh lebih baik daripada dirinya yang langsung menelepon Owen.“Aku tahu ....”Sebelum Indra selesai berbicara, Yura sudah melesat keluar untuk mengejar Owen.Di luar kediaman Keluarga Suwanto.Owen sudah sampai di tempat di mana dia memarkirkan s