“Pak Alfred, Pak Jamal adalah orang Keluarga Wales. Terserah kalian mau bagaimana menghukumnya,” ucap Owen sambil menatap Alfred.“Oke!” Alfred memang merasa marah pada Jamal. Jika bukan karena Jamal menyinggung Owen, Keluarga Wales juga tidak mungkin berselisih dengan Owen dan mengalami kerugian besar. Meskipun Owen tidak menyuruhnya untuk menghukum Jamal, Alfred juga tidak akan melepaskan Jamal dengan begitu saja.“Pengawal, patahkan kedua kaki dan tangannya! Habis itu, usir dia keluar!” Alfred melambaikan tangannya, lalu dua ahli Keluarga Wales segera maju dan menangkap Jamal dengan tampang garang.“Ah!” Terdengar suara teriakan kesakitan Jamal. Kedua ahli Keluarga Wales itu mematahkan kedua kaki dan tangan Jamal, lalu melemparnya keluar.Saat melihat situasi ini, Indah merasa sangat berdebar dan tidak bisa menenangkan diri untuk sesaat. Awalnya, dia mengira dirinya pasti tidak akan luput dari nasib dinodai oleh Jamal, lalu pernikahan dan kebahagiaannya akan hancur. Tak disangka, Ow
Di sebuah kamar presidensial hotel.Theresa dan Renata memapah Owen yang sudah mabuk kembali ke kamar. Berhubung waktunya sudah larut, Renata meninggalkan Theresa untuk menjaga Owen yang mabuk dan kembali ke kamarnya sendiri.Setelah membiarkan Owen berbaring di tempat tidur, Theresa menyeka wajah Owen dengan handuk basah, lalu melepaskan jaket dan sepatu Owen.“Owen, tidurlah yang nyenyak. Aku balik ke kamarku dulu, ya.” Seusai menutupi tubuh Owen dengan selimut, Theresa pun hendak pergi. Namun, sebelum dia sempat melangkah pergi, Owen tiba-tiba menarik lengannya.Theresa menoleh secara refleks dan melihat Owen sudah membuka matanya yang jernih. Saat ini, dia sama sekali tidak terlihat mabuk.“Owen, ternyata kamu nggak mabuk ya?” tanya Theresa dengan terkejut.“Tentu saja! Dengan basis kultivasiku sekarang, aku nggak bakal mabuk segampang itu,” jawab Owen sambil tersenyum tipis.“Kalau kamu nggak mabuk, buat apa kamu pura-pura mabuk?” tanya Theresa dengan bingung.“Kalau aku nggak pu
Keesokan paginya, matahari bersinar dengan terang.Di dalam kamar, Owen berbaring di atas tempat tidur, sedangkan Theresa bersandar dalam pelukannya. Mereka berdua sedang tidur dengan nyenyak.Brak, brak, brak! Tepat pada saat ini, suara ketukan pintu yang kuat membangunkan Owen dan Theresa.“Owen, kenapa kamu masih belum bangun? Sudah siang nih!” Terdengar suara Renata yang kesal dari luar pintu.“Renata .... Ngapain dia kemari? Owen, ayo cepat bangun! Jangan ketangkap basah dia!” seru Theresa dengan terkejut.Kemudian, Theresa menyingkapkan selimut secara refleks dan hendak bangkit untuk mengenakan baju. Namun, setelah melihat tubuhnya yang telanjang, dia pun menjadi malu dan buru-buru menutup tubuhnya kembali dengan selimut.“Theresa, kamu cantik banget!” puji Owen. Meskipun hanya melirik sekilas, mata Owen tetap dipenuhi dengan gelora. Dia pun memeluk Theresa dengan erat di dalam selimut.“Jangan macam-macam! Renata ada di luar, lho! Cepat bangun!” kata Theresa dengan manja. Dia me
“Jangan begitu dong! Kamu sudah pernah datang ke Loram dan lebih familiar dengan tempat-tempat di sini. Kalau kamu nggak ikut, nggak seru banget!” kata Renata dengan sedih.“Aku sudah bilang aku nggak punya waktu! Kalau kamu nggak ada hal penting lain, bisa nggak jangan menggangguku lagi?” tanya Owen dengan kesal.“Kamu ....” Renata merasa sangat marah. Kemudian, dia terpikirkan sesuatu dan berkata, “Owen, biarpun kamu sendiri nggak pengen jalan-jalan, kamu juga harus memikirkan Theresa dong! Kalian jarang-jarang dinas bersama. Memangnya kamu nggak mau menemaninya jalan-jalan? Pacar seperti apa kamu ini!”“Ini ....” Owen pun tidak bisa berkata-kata. Kemudian, dia menunduk dan melihat Theresa yang diam-diam menjulurkan kepalanya dari selimut. Sepasang mata indah itu sedang menatapnya dengan tatapan memelas.“Hmm ... oke deh!” Demi Theresa, Owen pun menyetujuinya. Dia bisa pergi ke Perusahaan Guswadi Jaya dua hari lagi.Setelah itu, Renata meninggalkan kamar Owen dan menunggu di ruang ta
“Owen, apa semua orang ini juga datang demi snow lotus itu?” tanya Theresa dengan khawatir. Dia tahu bahwa Owen sengaja mengikuti acara lelang ini demi mendapatkan snow lotus berumur di atas 500 tahun itu.Jika semua orang ini juga datang demi snow lotus, saingan Owen akan bertambah banyak. Hal itu bukanlah hal yang baik bagi Owen.“Emm, mungkin saja!” Owen mengerutkan keningnya, lalu hatinya pun tenggelam. Dia sangat khawatir tidak bisa mendapatkan snow lotus itu hari ini.“Tuan Owen, jangan khawatir. Orang-orang ini bukan datang demi snow lotus!” Tepat pada saat ini, terdengar suara Aryan yang ceria. Kemudian, dia berjalan mendekat bersama dengan beberapa pengawalnya.Meskipun ada banyak orang di lokasi acara lelang ini, Theresa dan Renata yang berada di sisi Owen terlihat sangat cantik dan memukau sehingga mereka menarik perhatian para putra keluarga terhormat di sekitar. Jadi, tidaklah sulit bagi Aryan untuk menemukan mereka bertiga di antara kerumunan orang.“Mereka bukan datang d
“Tuan Aryan, apa kamu juga datang demi harta karun itu?” Theresa langsung bisa menebak maksud kedatangan Aryan.“Benar!” jawab Aryan sambil mengangguk. Berhubung harta karun itu belum tentu asli, para keluarga terhormat di Loram hanya mengutus keturunan inti dari generasi muda keluarga mereka untuk menghadiri acara lelang ini. Tidak ada tokoh-tokoh terkemuka generasi tua yang hadir. Keluarga Jamarda juga tidak terkecuali. Mereka hanya mengutus Aryan untuk datang meramaikan suasana.“Cih!” Owen memanyunkan bibirnya dan terlihat tidak tertarik. Jika itu adalah harta karun asli, tidak mungkin barang itu akan dilelang. Dia merasa pihak penyelenggara hanya sengaja membuat sensasi. Jadi, dia pun tidak menaruhnya dalam hati.“Tuan Owen, ayo kita masuk!” kata Aryan. Setelah itu, mereka semua berjalan masuk ke gedung di mana acara lelang itu diadakan bersama-sama.Prosedur acara lelang ini masih sama seperti yang sebelumnya. Owen dan Aryan membayar sejumlah uang deposit, lalu mengambil papan n
Ada banyak macam barang yang dilelang di acara lelang kali ini, seperti barang antik, kaligrafi, lukisan, perhiasan, karya seni, dan lain-lain. Harga awalnya juga beragam, dari rendah hingga tinggi.Kali ini, tujuan Owen adalah untuk mendapatkan snow lotus yang berumur di atas 500 tahun itu. Dia tidak tertarik pada barang lainnya. Namun, orang-orang di sekitar sangat bersemangat dan tidak berhenti menawar. Bahkan Theresa, Renata, dan Aryan juga tidak bisa menahan diri. Mereka sudah menghabiskan beberapa miliar untuk membeli kaligrafi, lukisan, ornamen, dan sebagainya.Saat acara lelang ini sudah sampai di tengah acara, suasananya pun berangsur-angsur mencapai puncaknya. Harvey akhirnya mengisyaratkan pelayan wanita untuk membawa snow lotus ke atas panggung.“Selanjutnya, barang yang akan dilelang adalah snow lotus yang berumur sekitar 520 tahun. Ini juga merupakan salah satu barang berharga dari acara lelang kali ini. Harganya dimulai dari 60 miliar dan penambahan harganya minimal 10
“Ternyata dia!” Setelah melihat tampang pemuda itu, ekspresi Aryan pun menjadi suram.“Tuan Aryan, siapa dia?” tanya Owen.“Dia itu Tyler Davison, putra sulung Keluarga Davison yang merupakan salah satu dari tiga keluarga besar di Loram,” jawab Aryan.“Putra sulung Keluarga Davison? Buat apa dia berebutan bahan obat denganku? Apa keluarga mereka berkecimpung di bidang farmasi?” tanya Owen dengan heran. Bagi sebagian besar keturunan keluarga terhormat, bahan obat hanyalah barang yang tidak berguna, kecuali keluarga mereka berkecimpung dalam bidang farmasi. Jika tidak membutuhkan snow lotus, Tyler tidak mungkin berebutan dengannya.“Bukan! Hubunganku dan Tyler memang nggak bagus. Mungkin dia bisa menebak kamu adalah temanku, makanya dia sengaja bersaing denganmu,” jelas Aryan.Sebenarnya, tebakan Aryan memang benar. Tyler sengaja mempersulit Owen karena Aryan. Selain itu, Renata dan Theresa yang ada di sisi Owen juga sangat cantik dan memukau. Tyler merasa sangat iri pada Owen sehingga