"Siap tuan Jo!" jawab lelaki itu. "Oke, kutunggu jemputan nya" sahut Joey. Kini Joey telah dijemput pulang oleh Johnny dan Tomy. Joey dengan santai duduk di kursi belakang mobil. Johnny yang mengemudi mobil nya pun bertanya kepada Joey. "Tuan Jo, kenapa bisa ke tempat itu?" "Aku dibawa dua orang laki-laki berbadan besar." jawab Joey dengan santai lalu ia meminum air mineral botolan. Johnny dan Tomy terbelalak mendengar nya. Kali ini bukan Johnny yang bertanya, tapi Tomy. "Apa anda tidak melawan saat mereka membawamu?" Joey selesai meminum minuman nya. Lalu menjawab nya dengan santai, "Tidak, aku mengikuti permainan mereka." "Jadi siapa yang sudah berani melakukan ini padamu?" tanya Johnny sambil mengemudikan mobil nya. "Orang itu nama nya Farel, dia satu kampus denganku." jawab Joey. "Lalu sekarang, bagaimana kau bisa lolos dari mereka?" tanya Tomy. "Aku membakar mereka hidup-hidup." jawab Joey dengan santai dan tanpa dosa sama sekali. Johnny dan Tomy terdiam mendengar jawa
Anatasya dan Sam menoleh melihat ke arah Joey yang datang dan hadapan mereka. "Ini bukan urusanmu bocah, kamu pulang saja." ucap Sam sinis. "Tapi Om, aku melihat anda seperti sedang memaksa nya." balas Joey. "Kamu memanggilku Om?" sahut Sam terbelalak, dan marah. Anatasya langsung memengang tangan Joey. "Kebetulan sekali Jo, aku sedang menunggumu." Anatasya langsung menarik Joey langsung menyebrangi jalan raya dan mendekati motor matic laki-laki berkacamata ini. Mereka menjauhi Sam sedangkan yang ditarik, ia hanya diam dan pasrah, karena ia sudah tau suasana nya. Sam tidak bisa mengejar mereka berdua, karena banyak sekali kendaraan yang lewat, itu membuatnya sulit untuk menyebrangi nya. Kali ini ia mengalah kepada Joey. Ia pun masuk mobilnya, dan pergi dari tempat itu. Disisi Anatasya, ia bernafas lega setelah melihat Sam pergi. Joey hanya diam menatap bingung pada nya. "Kamu kenapa? Ada masalah dengan nya?" Anatasya menoleh dan menatap Joey. "Aku tak suka pada nya. Dia terlalu
Semenjak Joey mengantar Anatasya, hubungan Joey dan Anatasya semakin dekat. Kadang Joey datang dan menjemput Anatasya untuk berangkat bersama ke kampus. Jika tak ada jadwal ke kantor atau ada kelas di waktu yang sama. Dan jika ada jadwal pemotretan atau jadwal panggung, Joey setia menemani nya. Banyak laki-laki yang tak suka kedekatan Joey kepada Anatasya. Bahkan beberapa laki-laki dari tingkat biasa, selebgram, penyanyi, dan aktor tak suka kepada Joey. Terutama dengan Sam, ia semakin membenci Joey. Malahan mahasiswa di kampus pun menatap iri melihat nya. Anatasya memang bukanlah artis atau penyanyi papan atas. Namun bakat menyanyi nya mampu membuat para pria yang mendengar kagum. Ditambah ia seorang selebgram, dan model pakaian. Tak terasa kedekatan mereka setelah hari itu telah terlewat satu bulan. Hari sudah malam, Joey berencana mengajak Anatasya jalan keluar. Ia tak membawa motor matic nya. Ia mengendarai mobil sedan nya yang selama ini tak pernah ia pakai. Sebenarnya ia puny
Kali ini, Joey membawa motor matic nya. Karena tadi malam Anatasya lebih nyaman naik dengan motor matic milik nya. Sambil mengendarai motor nya, Joey terus tersenyum di balik kaca helm nya memikirkan Anatasya. Mengingat kalau diri nya dan Anatasya telah menjalin hubungan jadi sepasang kekasih tadi malam. — Pada malam itu. Joey mengakui jati diri nya kepada Anatasya adalah kalau diri nya pemimpin salah satu perusahaan. Namun ia tak memberitahu kalau perusahaan itu adalah milik Rudiansyah yang diberikan kepada nya. Anatasya tentu saja terkejut bukan main namun mau bagaimana lagi Anatasya sudah menerima apa ada nya. Kini ia menjalin hubungan dengan Joey. "Mulai sekarang jangan pernah menutupi apapun dariku." Anatasya meminta. "Ya, tapi ada beberapa hal yang harus kututupi darimu." kata Joey. "Apa itu?" Anatasya bertanya. "Aku belum siap menceritakan semua nya padamu." jawab Joey. "Kenapa?" sahut Anatasya bertanya. Joey menangkupkan kedua tangan nya di depan dadanya. "Aku mohon a
Sam tak terima karena Joey selalu memanggil sebutan Om. Joey memasang wajah takut nya. Namun kedua matanya tak sengaja melihat sebuah pulpen di saku kemeja mahal milik Sam. Namun tiba-tiba Sam menghempaskan nya dan Joey terdorong kebelakang. Ia berusaha mengimbangi tubuh nya agar tidak jatuh ke lantai. Sam menatap tajam ke arah Joey. "Aku sarankan padamu untuk mengakhiri hubunganmu dengan Anatasya." ucap Sam. Joey tak menjawab, tatapan nya polos ke arah Sam. Sam menatap sinis pada nya, ia kembali bersuara. "Kamu tidak dengar apa yang aku katakan?" Joey mengusap wajah nya dengan kedua tangan nya dan ia menghela nafasnya. Lalu ia menatap polos pada Sam, namun tatapan polos perlahan berubah dingin.BSam yang menatap nya pun mengedipkan kedua mata nya. Joey jalan mendekati Sam terasa hawa dingin di sekitar nya. Ia sekaan membeku tak bisa bergerak saat Joey berjalan mendekati nya. Joey berhenti, ia tak berdiri di depan Sam, melainkan ia berdiri di samping nya. Lalu salah satu tangan n
Ia tak menyudahi makanan. Ia memilih minum jusnya dan menatap Joey. Selesai makan dan minum, Joey bisa bersantai. Lalu ia menatap Anatasya yang hanya diam menatap nya. Joey pun bersuara. "Kamu kenapa?" "Kamu pasti tidak nyaman ya tadi?" tanya Anatasya menatap Joey. "Maksudnya?" sahut Joey. "Tadi, saat ada fansku meminta foto bersamaku, kamu merasa tidak nyaman 'kah?" jawab Anatasya. Joey menghela nafas nya. "Aku tidak masalah jika ada fansmu datang meminta foto bersamamu." Perlahan tatapan Joey berubah. "Tapi, aku tidak suka jika ada salah satu fansmu menggangguku saat aku sedang makan." Anatasya membeku melihat tatapan kekasih nya yang tiba-tiba berubah, seakan ingin membunuh nya. Melihat itu, membuat Anatasya kesulitan menelan ludah nya. "Ta-tatapan apa itu?" Joey tersadar, ia langsung merubah sikap nya, dan tersenyum. "Ya sudah, ayo kita pulang." Joey berdiri dan berjalan menuju kasir untuk membayar semua pesanan nya. Sementara Anatasya, masih terpaku melihat perubahan Joe
Orang itu terdiam, ia melihat keanehan dari korban nya seakan tak takut pada nya. Tangan nya masih mencengkram kerah nya, dan tangan satunya memukul memukul wajah nya. "BUGH!" Joey yang terpukul lagi pun terdiam, terlihat darah di sudut bibir nya. Bukan nya meringis kesakitan, Joey malah tertawa. "Hahaha.., pukulanmu cukup menyakitkan pak tua." Orang itu membeku mendengar korban nya malah tertawa. "BUGH!" Orang itu memukul nya lagi. "Uhhh, sakit nya, hahaha..." ucap Joey Orang itu makin merasa sangat aneh dengan korban nya. "Apa dia sudah gila?" Tak diduga oleh nya, korban nya memberi respon yang diluar perkiraan nya. Tiba-tiba kedua tangan nya Joey melingkari leher nya dan ia lalu memajukan wajah nya. "Arrrgghhhh!" Joey menggigit telinga orang itu. Kedua tangan Joey dengan erat melingkari leher orang itu. "BUGH! BUGH!" Orang itu memukul tubuh Joey, namun Joey tidak mau melepaskannya. Kedua kaki nya pun juga melingkari tubuh nya. Orang itu berusaha mendorong tubuh Joey agar
Johnny telah selesai mengantar ketiga perempuan ke kampus. Lalu ia melajukan mobil nya untuk pergi ke kantor. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di kantor perusahaan. Setelah memarkirkan mobil nya, ia turun dan segera berjalan masuk dalam gedung perusahaan. Tak heran, jika para karyawan wanita terpesona dengan nya. Johnny, Tomy, Dika, David, Ragil, Shinta, dan Selly adalah orang sangat dikagumi oleh karyawan nya. Terutama tuan muda mereka, Joey yang berpenampilan biasa-biasa saja juga tak kalah. Johnny telah sampai di ruangan nya dan semua pekerjaannya cukup banyak, ditambah pekerjaan tuannya yang selalu ditinggal. Tapi ia tidak mempermasalahkan nya, karena ada Selly, David, dan Ragil yang selalu membantu nya. Disisi Tomy, ia dibagian IT dan ia juga dibantu oleh Shinta, dan Dika. Kerja sama mereka tidak perlu diragukan. — Hari telah siang, Joey dan Anatasya selalu bersama. Mereka terpisah di kampus saat mereka masuk kelas, karena beda kelas. Jam telah menunjukan waktu nya pul
Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg
kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd
"Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya
"Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang
Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel
Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud
Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik
Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s
"Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny