Share

Bab 73.

Author: Skyy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Joey menaiki motor matic nya, entah tempat mana yang harus ia kunjungi. Ingin mencari suasana baru, apa berarti ia harus mencari tempat baru?

Lalu terlintas kata pantai di dalam pikiran nya. "Apa aku pergi ke pantai saja ya?" ucap Joey.

Dan benar saja, Joey pergi ke pantai dan ia telah memarkirkan motor nya. Tak lupa ia mengunci motor nya, lalu ia berjalan mendekati tepi pantai.

Joey menghirup udara pantai. "Rasa nya nyaman sekali."

Memang nyaman udara pantai, selagi hari belum siang hari. Ia melihat sekeliling nya, dan seketika membuat nya kesal. Banyak pasangan yang terlihat mesra di pantai itu dan jika ia mengoreksi diri nya.

Hanya diri nya saja yang datang sendirin berbeda dengan yang lain nya yang datang bersama pasangan nya.

"Berengsek! Disini malah aku terlihat kasihan kalau begini." ucap Joey dalam hati nya.

Joey akhir nya memilih pergi dari tempat itu. Awal nya ia ingin suasana baru yang untuk membuatnya nyaman. Namun suasana pantai malah membuat hati nya kesal.

Joey k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 74.

    Lalu ia segera bangkit berdiri, dan akan membayar makanan nya. Kini Joey mengantri menuju kasir,alu indra pendengaran nya mendengar suara cukup ramai. Tak hanya Joey, pengunjung lain nya juga menoleh ke arah sumber suara ramai itu. Terlihat seorang perempuan yang turun dari lantai dua. Perempuan itu dikelilingi pengunjung untuk meminta foto bersama. Perempuan itu dengan senang hati menerima permintaan nya. Yang tadinya Joey dalam antrian kelima, tiba-tiba semua orang yang mengantri bubar. Mereka memilih meminta foto bersama dengan perempuan itu. Joey melihat perempuan itu. Ia merasa kenal. Tapi siapa? Karena jarak nya tidak dekat jadi kurang jelas meskipun ia sudah memakai kacamata nya. Lalu pandangan perempuan itu tertuju pada Joey dan memberi senyuman. Karena merasa kurang kenal, Joey memalingkan pandangan dan sedikit mengangkat kedua bahu nya. Ia memilih melangkah maju menuju kasir untuk membayar. Setelah membayar, Joey melangkah pergi keluar dari caffe dan menaiki motor nya da

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 75.

    Anatasya mulai menjelaskan saat ia selesai bernyanyi di sebuah cafe. Dan saat ia turun ke lantai satu, ia melihat Joey, dan memberi senyuman. Namun Joey malah seakan-akan tidak kenal padabnya. Joey mengangguk-angguk kepala nya. "Jadi kamu yang waktu itu sedang bernyanyi ya. Pastas saja aku mengenal suaranya." "Ya, tapi kamu malah merasa tidak kenal denganku." ucap Anatasya. "Sungguh, aku tidak begitu jelas melihat dari jauh." balas Joey. "Kamu sudah memakai kacamata, tapi tetap saja masih tidak jelas melihat?" ucap Anatasya mengejek. Lalu mereka berdua terdiam dan saling bertatapan. Dan tunggu! Kenapa hanya masalah sepele mereka menjadi seperti ini? Joey dan Anatasya saling bertatapan. Mereka tersenyum, lalu tertawa bersama. "Ya, sudahlah. Kalau begitu aku mau pulang, aku ada pemotretan." ucap Anatasya, lalu ia mengambil tas kulit nya. "Mau kuantar?" Joey memberi tawaran. Anatasya sejenak berfikir. Joey pun berkata. "Boleh deh." "Tapi aku mau chat dulu sama manager aku." lanju

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 76.

    Tak hanya Anatasya dan Salsa, semua orang di dalam ruangan itu terkejut melihat kepolosan Joey memanggil Sam dengan sebutan 'Pak'. "Kamu memanggilku pak?" tanya Sam melotot. Joey memasang wajah polos nya dan mengedip kedua mata nya. "Paman?" Sam terbelalak. "Paman?" Ingin sekali tertawa rasa nya Anatasya dan Salsa melihat nya. Tak hanya mereka berdua, semua orang yang di ruangan itu pun sama. Joey mengedip kedua mata nya lagi. "Ohh bagaimana jika, Om?" Polos dalam sikap nya, tapi berbeda dari dalam hati nya. Joey sengaja memanggil nya seperti iru karena ia ingin memancing emosi Sam. Karena melihat wajah Sam, rasanya ingin menjahili nya. Anatasya segera berjalan mendekati mereka berdua. Terlihat jelas wajah Sam memerah karena marah dan kesal kepada Joey yang sudah berani memanggil dengan sebutan yang tak ia sukai. Biasa nya Anatasya atau model-model muda memanggilnya dengam sebutan 'Kak'. Dan sekarang ada laki-laki berkacamata dengan penampilan konyol nya. Ia yang tak tau bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 77.

    "Namaku Farel. Salah satu mahasiswa terbaik dikampus kita." Joey mengedip kedua matanya berkali-kali. "Farel? Aku gak kenal tuh." ucap Joey. *BUGH!" Lagi-lagi Joey terkena pukulan Farel. Tapi Joey tidak jatuh, ia mengimbangi tubuh nya agar tidak jatuh dan tetap berdiri. "Aku sangat membencimu, bisa-bisa nya kamu dekat dengan nya." ucap Farel marah. "Dengan nya? Siapa yang kamu maksud?" sahut Joey bertanya. "Anatasya." jawab Farel. "Selama aku kuliah dan satu angkatan dengan nya, aku selalu ingin dekat dengan nya, tapi dia tak pernah tersenyum tulus padaku. Tapi kamu datang, entah mengapa aku kesal melihat senyuman nya tulus padamu." Joey terdiam, ia tak menatap Farel melainkan menatap ke arah belakang tubuh nya Farel. Tubuh nya menegang. Farel mengerutkan dahi nya. "Kenapa kau?" Joey berjalan mundur perlahan. Ia tak menjawab cerita Farel atau menjawab pertanyaan nya. Farel yang juga heran dengan tatapan Joey ke arah belakang tubuh nya. Ia pun segera membalikan badan nya, karen

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 78.

    "Siap tuan Jo!" jawab lelaki itu. "Oke, kutunggu jemputan nya" sahut Joey. Kini Joey telah dijemput pulang oleh Johnny dan Tomy. Joey dengan santai duduk di kursi belakang mobil. Johnny yang mengemudi mobil nya pun bertanya kepada Joey. "Tuan Jo, kenapa bisa ke tempat itu?" "Aku dibawa dua orang laki-laki berbadan besar." jawab Joey dengan santai lalu ia meminum air mineral botolan. Johnny dan Tomy terbelalak mendengar nya. Kali ini bukan Johnny yang bertanya, tapi Tomy. "Apa anda tidak melawan saat mereka membawamu?" Joey selesai meminum minuman nya. Lalu menjawab nya dengan santai, "Tidak, aku mengikuti permainan mereka." "Jadi siapa yang sudah berani melakukan ini padamu?" tanya Johnny sambil mengemudikan mobil nya. "Orang itu nama nya Farel, dia satu kampus denganku." jawab Joey. "Lalu sekarang, bagaimana kau bisa lolos dari mereka?" tanya Tomy. "Aku membakar mereka hidup-hidup." jawab Joey dengan santai dan tanpa dosa sama sekali. Johnny dan Tomy terdiam mendengar jawa

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 79.

    Anatasya dan Sam menoleh melihat ke arah Joey yang datang dan hadapan mereka. "Ini bukan urusanmu bocah, kamu pulang saja." ucap Sam sinis. "Tapi Om, aku melihat anda seperti sedang memaksa nya." balas Joey. "Kamu memanggilku Om?" sahut Sam terbelalak, dan marah. Anatasya langsung memengang tangan Joey. "Kebetulan sekali Jo, aku sedang menunggumu." Anatasya langsung menarik Joey langsung menyebrangi jalan raya dan mendekati motor matic laki-laki berkacamata ini. Mereka menjauhi Sam sedangkan yang ditarik, ia hanya diam dan pasrah, karena ia sudah tau suasana nya. Sam tidak bisa mengejar mereka berdua, karena banyak sekali kendaraan yang lewat, itu membuatnya sulit untuk menyebrangi nya. Kali ini ia mengalah kepada Joey. Ia pun masuk mobilnya, dan pergi dari tempat itu. Disisi Anatasya, ia bernafas lega setelah melihat Sam pergi. Joey hanya diam menatap bingung pada nya. "Kamu kenapa? Ada masalah dengan nya?" Anatasya menoleh dan menatap Joey. "Aku tak suka pada nya. Dia terlalu

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 80.

    Semenjak Joey mengantar Anatasya, hubungan Joey dan Anatasya semakin dekat. Kadang Joey datang dan menjemput Anatasya untuk berangkat bersama ke kampus. Jika tak ada jadwal ke kantor atau ada kelas di waktu yang sama. Dan jika ada jadwal pemotretan atau jadwal panggung, Joey setia menemani nya. Banyak laki-laki yang tak suka kedekatan Joey kepada Anatasya. Bahkan beberapa laki-laki dari tingkat biasa, selebgram, penyanyi, dan aktor tak suka kepada Joey. Terutama dengan Sam, ia semakin membenci Joey. Malahan mahasiswa di kampus pun menatap iri melihat nya. Anatasya memang bukanlah artis atau penyanyi papan atas. Namun bakat menyanyi nya mampu membuat para pria yang mendengar kagum. Ditambah ia seorang selebgram, dan model pakaian. Tak terasa kedekatan mereka setelah hari itu telah terlewat satu bulan. Hari sudah malam, Joey berencana mengajak Anatasya jalan keluar. Ia tak membawa motor matic nya. Ia mengendarai mobil sedan nya yang selama ini tak pernah ia pakai. Sebenarnya ia puny

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 81.

    Kali ini, Joey membawa motor matic nya. Karena tadi malam Anatasya lebih nyaman naik dengan motor matic milik nya. Sambil mengendarai motor nya, Joey terus tersenyum di balik kaca helm nya memikirkan Anatasya. Mengingat kalau diri nya dan Anatasya telah menjalin hubungan jadi sepasang kekasih tadi malam. — Pada malam itu. Joey mengakui jati diri nya kepada Anatasya adalah kalau diri nya pemimpin salah satu perusahaan. Namun ia tak memberitahu kalau perusahaan itu adalah milik Rudiansyah yang diberikan kepada nya. Anatasya tentu saja terkejut bukan main namun mau bagaimana lagi Anatasya sudah menerima apa ada nya. Kini ia menjalin hubungan dengan Joey. "Mulai sekarang jangan pernah menutupi apapun dariku." Anatasya meminta. "Ya, tapi ada beberapa hal yang harus kututupi darimu." kata Joey. "Apa itu?" Anatasya bertanya. "Aku belum siap menceritakan semua nya padamu." jawab Joey. "Kenapa?" sahut Anatasya bertanya. Joey menangkupkan kedua tangan nya di depan dadanya. "Aku mohon a

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 116

    Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 115

    kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 114

    "Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 113

    "Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 112

    Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 111

    Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 110

    Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 109

    Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 108.

    "Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny

DMCA.com Protection Status