"Aku ingat." ucap Johnny. "Apa Tuan Jo sudah bergerak maju sendirian, karena tak terima setelah pak Faiz merendahkan nya dan menimbang-nimbang kerja sama nya?" lanjut nya. Semua saling berpandangan. Mereka semua yakin, kalau sisi Joey terbangun, maka mereka sudah bisa menebak seperti apa hasil nya nanti. — Kembali lagi dirumah itu, Joey telah selesai dengan aksi nya. Ia telah menembak semua orang-orang penjaga di dalam rumah. Ia sendiri juga terkena goresan peluru di lengan dan kaki nya. Bukan nya bukan sakit yang ia rasakan, melainkan ia menikmatinya. Joey pun mulai memeriksa setiap ruangan yang ada di dalam rumah itu. Ada beberapa asisten rumah tangga di dalam rumah itu, mereka sangat ketakutan. Joey memberi mereka pilihan, hidup dan pergi mencari pekerjaan lain, atau mati karena tetap tinggal. Tentu saja, para asisten memilih pergi karena mereka masih menyayangi nyawa mereka. Mereka segera pergi membereskan barang-barang mereka. Semua ruangan di lantai satu, telah ia memerik
"PLAK!" Ucapan Faiz terpotong setelah Joey menampar pipi nya dengan keras. Sudut bibi rnya juga terlihat darah danTomy memilih diam dan menikmati tontonan yang ia lihat. Wajah Faiz memerah, rasa marah nya sampai ke ubun-ubun. Ia menatap tajam ke arah laki-laki berkacamata itu dan ingin sekali membalas nya. Namun ia sadar ia tak bisa bergerak karena ia terikat di kursi kerja nya. Kedua tangan dan kedua kaki nya pun juga terikat. Tapi ada hal yang membuat penciuman nya tidak nyaman. Faiz mencium sesuatu, seperti tidak asing dengan aroma nya. Namun ia menepis pikiran nya, lalu menatap Joey. "Kau menginginkan apa dariku?" Joey memegang dagu nya. "Keinginanku ya? Aku menginginkan semua nya." "Apa maksudmu itu?" tanya Faiz. "Segala semua harta yang kamu punya menjadi milikku, dan perusahaanmu." jawab Joey santai. Faiz terkejut mendengar nya, lerusahaan yang selama ini ia bangun mati-matian. Ingin direbut oleh laki-laki muda berkacamata ini. Lalu Tomy yang berdiri di belakang Joey, ia
Joey menaiki motor matic nya, entah tempat mana yang harus ia kunjungi. Ingin mencari suasana baru, apa berarti ia harus mencari tempat baru? Lalu terlintas kata pantai di dalam pikiran nya. "Apa aku pergi ke pantai saja ya?" ucap Joey. Dan benar saja, Joey pergi ke pantai dan ia telah memarkirkan motor nya. Tak lupa ia mengunci motor nya, lalu ia berjalan mendekati tepi pantai. Joey menghirup udara pantai. "Rasa nya nyaman sekali." Memang nyaman udara pantai, selagi hari belum siang hari. Ia melihat sekeliling nya, dan seketika membuat nya kesal. Banyak pasangan yang terlihat mesra di pantai itu dan jika ia mengoreksi diri nya. Hanya diri nya saja yang datang sendirin berbeda dengan yang lain nya yang datang bersama pasangan nya. "Berengsek! Disini malah aku terlihat kasihan kalau begini." ucap Joey dalam hati nya. Joey akhir nya memilih pergi dari tempat itu. Awal nya ia ingin suasana baru yang untuk membuatnya nyaman. Namun suasana pantai malah membuat hati nya kesal. Joey k
Lalu ia segera bangkit berdiri, dan akan membayar makanan nya. Kini Joey mengantri menuju kasir,alu indra pendengaran nya mendengar suara cukup ramai. Tak hanya Joey, pengunjung lain nya juga menoleh ke arah sumber suara ramai itu. Terlihat seorang perempuan yang turun dari lantai dua. Perempuan itu dikelilingi pengunjung untuk meminta foto bersama. Perempuan itu dengan senang hati menerima permintaan nya. Yang tadinya Joey dalam antrian kelima, tiba-tiba semua orang yang mengantri bubar. Mereka memilih meminta foto bersama dengan perempuan itu. Joey melihat perempuan itu. Ia merasa kenal. Tapi siapa? Karena jarak nya tidak dekat jadi kurang jelas meskipun ia sudah memakai kacamata nya. Lalu pandangan perempuan itu tertuju pada Joey dan memberi senyuman. Karena merasa kurang kenal, Joey memalingkan pandangan dan sedikit mengangkat kedua bahu nya. Ia memilih melangkah maju menuju kasir untuk membayar. Setelah membayar, Joey melangkah pergi keluar dari caffe dan menaiki motor nya da
Anatasya mulai menjelaskan saat ia selesai bernyanyi di sebuah cafe. Dan saat ia turun ke lantai satu, ia melihat Joey, dan memberi senyuman. Namun Joey malah seakan-akan tidak kenal padabnya. Joey mengangguk-angguk kepala nya. "Jadi kamu yang waktu itu sedang bernyanyi ya. Pastas saja aku mengenal suaranya." "Ya, tapi kamu malah merasa tidak kenal denganku." ucap Anatasya. "Sungguh, aku tidak begitu jelas melihat dari jauh." balas Joey. "Kamu sudah memakai kacamata, tapi tetap saja masih tidak jelas melihat?" ucap Anatasya mengejek. Lalu mereka berdua terdiam dan saling bertatapan. Dan tunggu! Kenapa hanya masalah sepele mereka menjadi seperti ini? Joey dan Anatasya saling bertatapan. Mereka tersenyum, lalu tertawa bersama. "Ya, sudahlah. Kalau begitu aku mau pulang, aku ada pemotretan." ucap Anatasya, lalu ia mengambil tas kulit nya. "Mau kuantar?" Joey memberi tawaran. Anatasya sejenak berfikir. Joey pun berkata. "Boleh deh." "Tapi aku mau chat dulu sama manager aku." lanju
Tak hanya Anatasya dan Salsa, semua orang di dalam ruangan itu terkejut melihat kepolosan Joey memanggil Sam dengan sebutan 'Pak'. "Kamu memanggilku pak?" tanya Sam melotot. Joey memasang wajah polos nya dan mengedip kedua mata nya. "Paman?" Sam terbelalak. "Paman?" Ingin sekali tertawa rasa nya Anatasya dan Salsa melihat nya. Tak hanya mereka berdua, semua orang yang di ruangan itu pun sama. Joey mengedip kedua mata nya lagi. "Ohh bagaimana jika, Om?" Polos dalam sikap nya, tapi berbeda dari dalam hati nya. Joey sengaja memanggil nya seperti iru karena ia ingin memancing emosi Sam. Karena melihat wajah Sam, rasanya ingin menjahili nya. Anatasya segera berjalan mendekati mereka berdua. Terlihat jelas wajah Sam memerah karena marah dan kesal kepada Joey yang sudah berani memanggil dengan sebutan yang tak ia sukai. Biasa nya Anatasya atau model-model muda memanggilnya dengam sebutan 'Kak'. Dan sekarang ada laki-laki berkacamata dengan penampilan konyol nya. Ia yang tak tau bahwa
"Namaku Farel. Salah satu mahasiswa terbaik dikampus kita." Joey mengedip kedua matanya berkali-kali. "Farel? Aku gak kenal tuh." ucap Joey. *BUGH!" Lagi-lagi Joey terkena pukulan Farel. Tapi Joey tidak jatuh, ia mengimbangi tubuh nya agar tidak jatuh dan tetap berdiri. "Aku sangat membencimu, bisa-bisa nya kamu dekat dengan nya." ucap Farel marah. "Dengan nya? Siapa yang kamu maksud?" sahut Joey bertanya. "Anatasya." jawab Farel. "Selama aku kuliah dan satu angkatan dengan nya, aku selalu ingin dekat dengan nya, tapi dia tak pernah tersenyum tulus padaku. Tapi kamu datang, entah mengapa aku kesal melihat senyuman nya tulus padamu." Joey terdiam, ia tak menatap Farel melainkan menatap ke arah belakang tubuh nya Farel. Tubuh nya menegang. Farel mengerutkan dahi nya. "Kenapa kau?" Joey berjalan mundur perlahan. Ia tak menjawab cerita Farel atau menjawab pertanyaan nya. Farel yang juga heran dengan tatapan Joey ke arah belakang tubuh nya. Ia pun segera membalikan badan nya, karen
"Siap tuan Jo!" jawab lelaki itu. "Oke, kutunggu jemputan nya" sahut Joey. Kini Joey telah dijemput pulang oleh Johnny dan Tomy. Joey dengan santai duduk di kursi belakang mobil. Johnny yang mengemudi mobil nya pun bertanya kepada Joey. "Tuan Jo, kenapa bisa ke tempat itu?" "Aku dibawa dua orang laki-laki berbadan besar." jawab Joey dengan santai lalu ia meminum air mineral botolan. Johnny dan Tomy terbelalak mendengar nya. Kali ini bukan Johnny yang bertanya, tapi Tomy. "Apa anda tidak melawan saat mereka membawamu?" Joey selesai meminum minuman nya. Lalu menjawab nya dengan santai, "Tidak, aku mengikuti permainan mereka." "Jadi siapa yang sudah berani melakukan ini padamu?" tanya Johnny sambil mengemudikan mobil nya. "Orang itu nama nya Farel, dia satu kampus denganku." jawab Joey. "Lalu sekarang, bagaimana kau bisa lolos dari mereka?" tanya Tomy. "Aku membakar mereka hidup-hidup." jawab Joey dengan santai dan tanpa dosa sama sekali. Johnny dan Tomy terdiam mendengar jawa
Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg
kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd
"Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya
"Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang
Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel
Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud
Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik
Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s
"Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny