แชร์

Bab 80

ผู้เขียน: Lilia
Setelah Mina pergi, Dimas melirik Anggi dan berkata dengan ekspresi agak bersalah, “Sebelumnya, kami yang salah karena menyuruhmu menggantikan Wulan menikah dengan Pangeran Selatan. Kamu seharusnya tahu jelas apa tujuanku datang kemari hari ini.”

Anggi tersenyum dingin dan menjawab, “Tahu.”

Rasa bersalah orang-orang ini tidaklah tulus. Bukankah sekarang Dimas datang menemuinya demi Wulan?

“Sebelumnya, Tuan Dimas nggak ada di rumah. Tapi meski ada di rumah, kamu juga pasti akan membuatku menggantikan Wulan untuk menikah, ‘kan?”

“Aku ....” Mengingat tampang lemah Wulan dan mempertimbangkan Satya yang menyukai Wulan, Dimas pun terdiam untuk sejenak dan tidak membantah.

Anggi bertanya sambil tersenyum, “Apa aku ini anak pungut?”

Dimas pun mengerutkan kening, seolah-olah tidak mengerti kenapa Anggi melontarkan pertanyaan seperti itu.

“Kalau aku bukan anak pungut, kenapa semua orang begitu membenciku dan menyukai Wulan? Orang yang ditunjuk untuk menikah itu Wulan, tapi kalian bilang tubuhnya
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 81

    Bukannya Wulan yang meracik dupa penenang untuk Nenek? Dupa itu sudah habis belakangan ini? Dimas sangat jarang berada di rumah. Dia lebih sering tinggal di rumahnya sendiri sehingga dia tidak begitu jelas mengenai hal-hal yang terjadi di Kediaman Jenderal Musafir. Setelah memikirkannya, dia pun mengalihkan pandangannya dari camilan di meja, lalu melangkah keluar dari aula. Di bawah salju, Anggi dan pelayannya sedang berjalan bersama di bawah satu payung. Dimas memandang mereka berjalan melewati koridor panjang hingga sosok mereka menghilang.Ucapan Anggi mengandung keanehan. Seberapa besar penderitaan dan kebencian yang dirasakannya sehingga dia menjadi begitu dingin?...Salju lebat turun selama tiga hari berturut-turut. Anggi, Mina, Naira dan pembantu lainnya membuat beberapa manusia salju di halaman. Tangan mereka sudah merah karena kedinginan.Ketika Dika mendorong kursi roda Luis mendekat, Luis melihat Anggi yang membuat manusia salju bersama para pembantu dan tertawa gembira.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 82

    Luis mengatakan Anggi layak mendapatkan yang terbaik .... Apa ini rasanya dilindungi, dicintai, dan diakui oleh orang? Jika begitu, betapa bahagianya Wulan yang disayangi semua orang di Keluarga Suharjo!Hati Anggi terasa sangat bergejolak. Dia sudah pernah tewas karena kebodohannya sekali. Dia pun memperingati dirinya sendiri untuk tidak percaya pada siapa pun. Namun, Luis .... Dia adalah orang yang dirumorkan bagaikan raja neraka. Hanya saja, dia sepertinya sama sekali tidak kasar maupun kejam. Perlindungannya terhadap Anggi malah sangat jelas dan hampir membuat Anggi tidak dapat menahan emosinya.“Putri sepertinya nggak percaya,” ucap Luis sambil tersenyum.Anggi tersenyum tipis dan menjawab, “Awalnya memang nggak percaya. Tapi, siapa suruh yang mengatakannya itu Pangeran. Saya pun percaya.”Anggi menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir, Luis sangat sibuk meskipun salju turun sangat lebat. Selain itu, Luis sudah makin sering tersenyum. Entah itu hanyalah perasaannya atau buka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 83

    “Di rapat pagi ini, Jenderal Pratama minta Ayahanda untuk batalkan perjodohan Wulan.” Luis terdiam sejenak setelah mengucapkan hal itu. Setelah melihat Anggi tidak menunjukkan reaksi yang terlalu besar, dia baru melanjutkan, “Dia akhirnya ditegur Ayahanda. Pernikahan Wulan tetap akan dilanjutkan.”Anggi mengangguk. “Itu akibat perbuatannya sendiri.”Luis berujar, “Waktu kamu ketemu sama Ayahanda, dia mungkin akan tanya kamu soal ini. Kalau kamu memohon padanya ....” Luis menyimpan bidak terakhir ke dalam botol giok, lalu menutupnya dan melanjutkan, “Mungkin dia akan mempertimbangkan ulang hal ini.”“Saya nggak akan memohon padanya,” ucap Anggi dengan sangat tegas.Luis menggigit bibirnya dengan tidak sadar. “Kamu nggak mau restui mereka?”“Tentu saja.” Setelah berhenti sejenak, Anggi melanjutkan, “Itu cuma salah satu alasannya.”Hal yang terpenting adalah, nasib tokoh utama pria dan wanita telah berubah. Dengan begitu, apa yang terjadi selanjutnya mungkin juga bisa berubah. Itu adalah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 84

    Mina akhirnya paham, lalu berseru dengan nada tenang, “Putri tiba.”Di luar gerbang. Setelah mendengar seruan itu, Wulan langsung menerjang masuk. Mina pun buru-buru mengadang di depan Anggi.Wulan berlutut di depan Anggi dan berkata sambil menangis, “Kak, Ayah bilang cuma Kakak yang bisa menolongku. Kak, tolonglah aku ....”Anggi menggeser kakinya dengan ekspresi jijik dan menjawab, “Nona Wulan, kamu nggak salah? Ini pernikahan yang dianugerahkan Kaisar. Siapa yang bisa menolongmu? Bagaimana aku bisa menolongmu?”“Bisa kok, pasti bisa. Ayah sudah bilang, selama Kakak memohon pada Pangeran, Kaisar pasti akan batalkan perjodohan ini demi Pangeran.”“Memangnya yang dikatakan Ayah pasti benar?”Wulan pun tertegun. Air matanya masih lanjut menetes. Angin dingin yang bertiup langsung mengeringkan air matanya dan meninggalkan sedikit rasa sakit.“Sudah ada banyak istri Pangeran Pradipta yang meninggal, termasuk selir dan gundiknya yang tak terhitung jumlahnya. Anggi, kamu benar-benar begitu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 85

    Sura melempar Wulan ke dalam kereta kuda, lalu memelototi Fani dengan dingin dan juga melemparnya masuk ke kereta kuda. Selanjutnya, dia menyeret kusir turun dari kereta kuda dan menempati posisinya sebelum melajukan kereta kuda itu.“Putri.” Dalam perjalanan kembali, Torus menghentikan Anggi dan Mina di tengah jalan, lalu berkata, “Pangeran menyuruh Putri untuk langsung kembali ke kamar utama. Malam ini, kalian akan makan di sana.”Pada saat ini, langit sudah gelap.“Baik.” Setelah mengiakannya, Anggi memberi perintah pada Mina, “Bahan obat yang ada di Paviliun Pir nggak usah dipindahkan dulu.”Salep yang diracik Anggi sudah cukup digunakan Luis untuk setengah bulan.“Baik.  Aku akan segera kembali.” Mina membungkuk, lalu pergi. Sementara itu, Anggi mengikuti Torus berjalan ke kamar utama.“Pangeran sudah mau makan?” tanya Torus.Melihat Luis mengangguk, Torus segera pergi menyiapkan makan malam.Luis mengulurkan tangannya ke arah Anggi dan bertanya, “Semuanya lancar-lancar saja?”Ang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 86

    “Pangeran, kali ini kamu sudah memercayaiku?” Anggi merasa sedikit bangga. Senyuman di wajahnya juga semakin cerah lagi.Pada saat ini, Luis merasa Anggi adalah wanita tercantik di dunia. “Percaya.” Luis bahkan tidak menyuruh tabib istana atau tabib dari rumah sakit untuk memeriksa kandungan salep itu. Sejak dia tahu Anggi adalah gadis yang menyelamatkannya dulu, dia sepenuhnya memercayai Anggi. Alasannya karena waktu itu Luis pernah mengatakan ingin membalas budinya, Anggi malah menolak. Pada akhirnya, Anggi menghilang, dia benar-benar tidak meminta balasan apa-apa.“Kalau begitu ….” Anggi menatap kedua mata indah si pria, lalu bertanya dengan suara pelan, “Malam ini saya akan obati kaki Pangeran dengan akupuntur, ya?”Luis menggenggam tangan Anggi dan meletakkannya di dalam telapak tangannya, bagai barang yang sangat berharga saja.“Pangeran?” Ketika melihat Luis tidak berbicara, Anggi merasa agak gugup.Luis memang mengatakan kondisi tubuhnya baik-baik saja, tetapi sampai saat ini

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 87

    “Masih, masih bisa diobati ….” Luis menatap Anggi dengan hati sedikit bergejolak. “Saya percaya dengan Putri.”“Saya nggak akan mengecewakan Pangeran.” Anggi kelihatan sangat percaya diri. Tatapannya yang indah dan teguh itu bagai memiliki daya magis yang bisa memikat hati orang-orang saja!Sekitar 15 menit kemudian, lutut, betis, dan perut Luis dipenuhi dengan banyak tusukan jarum perak.Sekitar 30 menit kemudian, kedua kaki Luis terasa panas. Dia tidak pernah merasa kakinya begitu hidup seperti sekarang.“Pangeran, apa kamu merasa ada yang nggak nyaman?” Kedua tangan Anggi sedang menekan-nekan kaki Luis.Luis merasa gerakan Anggi sangat lembut bagai sedang menguliti telur ayam saja. Dia pun menggeleng, lalu berkata dengan datar, “Sepertinya kedua kakiku terasa agak panas. Sebelumnya, Tabib dari rumah sakit juga pernah melakukan akupunktur, tapi aku nggak merasakan apa-apa.”Tentu saja, titik akupunktur para tabib kelihatan hampir mirip, tetapi kekuatan ketika menusukkan jarum perak s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 88

    Terdengar suara gemerisik dahan pohon akibat embusan angin dingin.Luis menatap gadis yang sedang bersandar di depan dadanya. Hati yang baru mulai tenang dengan tidak gampangnya, malah kembali berdegup kencang.Bahkan ketika bermimpi, Anggi tetap memanggil nama Satya. Apa Anggi begitu menyukai Satya hingga tidak bisa melepaskannya?“Gigi ….” Suara Luis terdengar serak, tetapi terdapat pesona yang sangat khas. Sayangnya, Anggi tidak kedengaran.Sebelumnya, Luis tidak pernah merasa egois hingga ingin memiliki sesuatu. Namun kini, dia sangat jelas, tidak peduli siapa pun yang berada di hati Anggi, dia tetap menginginkan Anggi, pasti menginginkan Anggi!Tangan besar Luis mulai menempel di samping wajah si gadis. Namun, baru saja disentuh, dia bagai terkejut parah saja, raut wajahnya kelihatan ketakutan. “Jangan, Wulan! Wulan!”“Gigi! Gigi ….” Luis merasa kaget. Dia segera menenangkan gadis di dalam pelukannya. “Ada saya di sini. Jangan takut! Kamu jangan takut,” ucap Luis dengan nada ringa

บทล่าสุด

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 100

    Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 99

    Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 98

    Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 97

    Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 96

    "Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 95

    Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 94

    "Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 93

    Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 92

    Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status