Share

82. Menanti Istri

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-13 22:53:50
“Tuan John, terima kasih untuk kesepakatan kerja sama perusahaan kita. Aku akan mulai persiapan proyek kita tiga hari lagi.”

Mary, rekan bisnis John Foster mengulurkan tangan untuk menjabat tangannya. John mengangguk sambil menyambut tangan wanita itu.

“Baik. Kau bisa datang ke kantorku begitu tim yang kita butuhkan telah terbentuk sempurna,” balas John tanpa melihat lawan bicaranya.

Mereka berjabat tangan cukup lama. Wanita itu tersenyum penuh makna sambil mengamati pria di depannya.

Manik biru Mary berkilau antusias menanti John mengatakan sesuatu ketika melepas tangan mereka. Setidaknya, John bisa mengajaknya untuk minum kopi di tempat lain setelah menghabiskan hidangan berat atau menawarkan tumpangan pulang.

“Tuan John …. Apa kau akan pulang sekarang?” Karena John tak mengatakan apa pun, Mary yang memancing lebih dahulu.

Mary pun tak keberatan jika John mengajaknya menghabiskan beberapa jam di salah satu kamar. Karena itulah, dia bersikeras ingin berjumpa dengan ‘adik’ Asher Smith
VERARI

Halo teman-teman, V baru kembali dari perjalanan jauh dan masih sedikit lelah. Ada beberapa bab yang sudah jadi namun belum dikoreksi. Nanti akan diupload sekaligus. Maafkan V karena hanya memberi 1 bab dari kemarin :)

| 4
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
audrey larissa
makasih kak Author udh up, selalu sehat dan tetap semangat yaa..
goodnovel comment avatar
Yuniarti
semoga lks smbuh ya V,Kita selalu menantimu
goodnovel comment avatar
Mini
Thor... I've been dying waiting for ur latest chapter everyday
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   83. Memergoki John

    Kesabaran pria yang selalu tenang itu menghilang. Sampai di depan elevator, John Foster diam untuk sesaat selagi berpikir akan menyusul Lyra.Jemari telunjuk John mengambang di depan tombol buka cukup lama. Kemudian, dia kembali mengepalkan tangan selagi berbalik ke arah restoran.‘Lyra Bell, sepertinya aku perlu memberimu sedikit hukuman,’ batin John geram.Baru empat langkah, Lyra keluar dari pintu restoran sendirian dengan raut wajah serius. John membeliakkan mata ketika Lyra akan menghadap ke depan, ke arahnya.John sontak memutar badan seolah tak pernah melihat sang istri ataupun sedang menanti. Dia urung menyeret Lyra karena sang istri akan segera mengikuti.Senyum tipis menghiasi wajah tampan itu. John memperlambat langkah supaya Lyra bisa menyusulnya. Sampai di depan pintu elevator pun, John sengaja tak menekan dan hanya menempelkan telunjuk di tombol pembuka pintu elevator. Rencananya, dia akan masuk ke ruang kecil di depannya itu setelah Lyra berada cukup dekat darinya.Joh

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   84. Menanti Kemesraan Palsu

    ‘Benar, John, kau harusnya mengajakku walaupun dalam rangka untuk membicarakan bisnis. Apalagi, kau bertemu dengan seorang wanita dan hanya berdua,’ batin Lyra. Lyra kecewa karena John tidak memperhatikan hal-hal detail seperti itu. Tanpa sadar, dia meremas lengan John hingga sang suami mengerang tertahan.Sementara itu, Mary memicingkan mata curiga. Jika keduanya datang bersama, tidak mungkin John terburu-buru pergi untuk menemui Lyra Bell. Begitu mencermati Lyra baik-baik, Mary tersadar akan sesuatu. “Huh? Tunggu … bukankah kau juga ada di restoran yang sama dengan kami tadi, Nyonya? Aku melihatmu duduk bersama seorang pria.” Di mata Mary, John Foster memang tampak sedang jatuh cinta kepada Lyra. Tetapi, gelagat pasangan suami istri baru itu cukup mencurigakan.‘Mungkinkah mereka menikah karena dijodohkan? Dengar-dengar, Max Foster yang akan menikah dengan perempuan yang tidak disebutkan namanya. Tetapi, tiba-tiba adiknya yang menikah lebih dulu dengan anak dari pengusaha biasa-b

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   85. Sentuhan Paksa

    Lyra berusaha tetap memandang lurus manik hijau tua sang suami. Kepercayaan diri merupakan satu hal penting untuk menunjukkan bahwa dia tidak sedang berbohong.“Aku hanya ingin makan di tempat mewah sekali-kali.” Raut wajah Lyra tiba-tiba berubah santai dengan tawa yang dipaksakan. “Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini, John! Ha ha ha! Kau sangat rajin bekerja rupanya. Sampai hari libur pun, kau masih harus bertemu dengan rekan bisnismu.”Tawa Lyra berangsur pudar tatkala melihat raut wajah John masih datar dan tak memercayai dirinya. Dia menelan ludah susah payah dan pelan-pelan menghela napas untuk mencari ketenangan.“Orang-orang sering melebih-lebihkan masalah dan membicarakanmu macam-macam dengan perkataan buruk ataupun tuduhan tidak benar. Mereka tidak tahu apa-apa tentangmu, John. Sudah kuduga sejak awal, kau memang pria yang kompeten lebih dari kakakmu!” lanjut Lyra mengalihkan topik pembicaraan.John diam mendengarkan Lyra bicara panjang lebar dan tidak beg

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   86. Satu-Satunya yang Berharga

    Lyra sepertinya sungguh kecewa hanya karena masalah sepele tersebut. Dia bahkan tak mengingat jika John selalu menyentuh dirinya meski tak ada orang di sekeliling mereka. Sepertinya, segala tindakan John Foster telah berhasil mengalihkan dunia Lyra, hingga bisa mengubah-ubah suasana hatinya. “Lagi pula, kita masih perlu latihan lagi. Atau mungkin … kau ingin langsung melakukannya?” John mendekatkan wajah, lalu berbisik, “Kamar ini cukup nyaman. Tetapi, kau bisa menentukan tempat lain jika kau tidak suka di sini.”Biasanya, Lyra akan berdebar-debar oleh kata-kata merayu sang suami. Namun, saat ini perasaannya sedang memburuk. Dan semakin buruk karena John hanya perhatian dan bersikap baik padanya jika ingin menyentuh tubuhnya.‘Oh, sekarang kau berniat menyentuhku karena ingin merasakan kenikmatan semata,’ batin Lyra getir.Lyra merasa dirinya hanya menjadi objek pelampiasan nafsu John Foster. Lebih buruknya, John juga menginginkan rahimnya hanya untuk menghasilkan keturunan.Ah … Lyr

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   87. Kafe Kenangan

    ‘Tidak perlu. Aku akan mengatakan tentang masalah itu padanya nanti di saat yang tepat.’ John Foster menyesap kopi sambil mengingat kembali kata-katanya pada Asher tadi. Dia menghela napas selagi meletakkan cangkir di atas meja.Saat ini, dia sedang duduk di kafe tempat pertemuan pertama dengan Lyra Bell, serta tempat yang sama ketika mereka mengesahkan kontrak pernikahan.Tatapan John beralih ke arah luar jendela kaca. Dia seolah kembali ke masa lalu. Tatkala melihat Lyra dan dua teman perempuannya memasuki kafe tersebut …*Enam tahun lalu, ketika John Foster masih berusia dua puluh empat tahun, tepatnya ketika Max mulai mengambil alih segala jerih payahnya ketika kakak-beradik itu masih menjadi karyawan biasa di Foster Corp, Lyra Bell mulai hadir dalam hidupnya.Kala itu, John sedang menyesali perbuatannya yang telah membantu Max di kafe depan perusahaan. Dia tahu bahwa dirinya sedang dimanfaatkan sang kakak, tetapi dia diam saja dan tidak menuntut apa pun.Adakalanya, John juga in

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   88. Pria Pengecut

    ‘Aku tidak tega melihat papa bekerja keras sendiri mempertahankan perusahaan yang tidak berkembang. Mungkin, aku akan menggapai cita-citaku setelah perusahaan keluargaku stabil.’ Sejak Lyra mengatakan itu, John selalu memikirkannya secara dalam.Masih ada seorang anak yang begitu memikirkan keluarga hingga mengabaikan cita-cita. Tetapi, ada pula orang seperti Max yang mengabaikan keluarga demi meraih ambisinya.Rasa kagum dan ketertarikan John kepada Lyra mulai berkembang sejak saat itu. Melihat sosok Lyra kian lama membuatnya candu.John ingin memiliki Lyra Bell!Hari-hari berikutnya, John masih duduk di sebelah meja mereka, mendengar cerita Lyra dan dua temannya. Akan tetapi, semakin hari Lyra semakin murung. John tidak menyukai pemandangan itu!Lyra Bell saat itu masih berusia dua puluh tahun dan akan menghadapi kelulusan kuliah tahun depan. Dia tampak seperti memikirkan matang-matang akan masa depan selagi tertawa di depan teman-teman. John dapat melihat keresahan dan kegembiraan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   89. Akan Terus Menjadi Istrinya

    Semakin ingin dilupakan, semakin teringat pula wajah cantik Lyra Bell. John Foster yang setiap hari terbiasa melihat Lyra merasakan kehilangan karena tak bisa mengamatinya lagi.Hari-hari John menjadi hampa karena hanya bekerja dan tak dihargai. Tak ada pula sosok Lyra yang menghibur secara tidak langsung dengan semua cerita-cerita yang penuh semangat.Meski dia hanya menguping pembicaraan Lyra dan teman-temannya.John Foster masih mengingat semua yang pernah Lyra ucapkan pada teman-temannya. Dari percakapan Lyra dan Melissa, tercetuslah ide di benak John untuk mewujudkan impian wanita yang tak dikenalnya itu. Setidaknya, John ingin mendukung wanita yang tampak dingin dan kaku, tetapi memiliki hati yang begitu baik dan jarang dia temui di sekitarnya.‘Siapa tahu, kita akan bertemu secara formal suatu hari nanti, Nona Lyra Bell.’Beberapa bulan kemudian, John Foster mendirikan JF Corp yang bergerak di bidang perangkat keras dan lunak dengan semua tabungan miliknya sejak kecil. Sosok mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   90. Hanya Ingin Bersamamu

    Reaksi Lyra justru membuat John tersenyum samar. Kepribadian Lyra sedikit berubah atau mungkin dia hanya bersikap baik dan hangat kepada teman-temannya.Akan tetapi, John tetap menyukai segala sesuatu tentang Lyra Bell. Baik Lyra yang dulu maupun sekarang.Bahkan, Lyra yang selalu mengomel tampak lebih menggemaskan dan cantik di mata John Foster. Dia merasa sangat beruntung karena bisa melihat sisi lain Lyra yang tidak ditunjukkan pada teman-temannya.Setiap hari, John sampai harus mengendalikan diri agar bisa bersikap tenang di dekat sang istri. Jika tidak, dia mungkin akan nekat menerkam Lyra tanpa ampun.John Foster yang dulu sangat gugup dan malu ketika berada di dekat Lyra Bell sudah tak ada lagi. Dia kini hanya ingin selalu mendekat dan memeluk sang istri sehingga membuatnya kesulitan melewati malam hari.Bibir merah itu selalu membuat John meneguk ludah dan membayangkan untuk senantiasa mencumbunya. Aroma manis yang begitu memabukkan, membuat John ingin merengkuh Lyra ke dalam p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   371. Hari Istimewa

    “Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   370. Tiga Pilihan

    Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   369. Menikah

    John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   368. Damai

    “Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   367. Keluarga

    Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   366. Kabur

    Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   365. Ingin Segera Bertemu

    John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   364. Memaafkan Diri Sendiri

    Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   363. Hati ke Hati

    “Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status