Kedua alis John terangkat. Usulan Lyra sungguh tak terduga, di mana John juga akan mengusulkan hal yang sama.Namun, John agak ragu mengungkap hal tersebut. Pasalnya, John sudah memimpin dua perusahaan dan tak mau disangka terlalu serakah karena ingin menguasai perusahaan keluarga istrinya. “Banyak keuntungan yang akan kita dapatkan jika kita melakukan penggabungan perusahaan. Walaupun mungkin tidak bisa menyaingi perusahaan Asher atau Billy, setidaknya mereka tidak akan bisa menekan kita dengan mudah di masa depan,” imbuh Lyra.Lyra menatap sang suami dengan ragu dan sedikit rasa bersalah. Dia pikir permintaannya terlalu besar dan membebani John.Akan tetapi, John justru tersenyum hangat. Dia mengusap lembut rambut Lyra dengan tatapan bangga.“Aku sebenarnya juga ingin membicarakan masalah yang sama, Sayang. Tujuan kita sama, yaitu melindungi masa depan dan kebahagiaan Jolie.”“Tapi, bagaimana dengan janjimu dengan Asher Smith?”“Aku yang akan mengurus masalah itu. Seperti yang kau
“Kau tidak menyakitiku. Aku juga ingin, tapi tidak bisa berbuat apa pun, John. Maaf,” sesal Lyra.John mengecup kening Lyra. Kemudian keduanya berpelukan dalam kehangatan.“Aku yang tidak bisa bersabar. Lain kali aku akan mengendalikan diri,” balas John lembut.Mereka tak banyak bicara lagi. Keduanya memejamkan mata dan merasakan debaran jantung masing-masing yang saling bersahutan.Sebelum jatuh tertidur, Lyra berbisik, “Tidak adakah yang ingin kau ceritakan padaku? Kau tadi sepertinya juga ingin mengatakan sesuatu padaku.”Tentu saja John juga memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan. Namun, dia tak punya banyak waktu berduaan dengan Lyra seharian ini karena menjamu tamunya. Setelah mereka kembali ke kamar, Lyra juga sibuk menidurkan Jolie, kemudian mengungkap isi pikirannya cukup lama. Mustahil John menyela Lyra yang mendiskusikan masalah lebih besar.“Kita bisa membicarakan lagi besok. Seharian ini kau lelah mengurus banyak hal. Istirahatlah …,” ujar John seraya menepuk-nepuk l
Peter Foster memasuki ruangan itu. Mereka yang ada di dalam langsung diam begitu melihat kemunculannya. Tak ada yang sadar jika Peter sudah mendengar sebagian besar percakapan mereka. Suara langkah Peter tak terdengar sampai dalam.“Apa yang kalian lakukan di sini? Aku mendengar suara orang-orang bertengkar. Apa kalian sedang membicarakanku?” tanya Peter seolah tak tahu.John tak ingin menunda rencana hanya karena Peter tiba-tiba datang. Namun, Lyra menggeleng, mengisyaratkan John agar tetap bicara terpisah dengan kedua orang tua mereka untuk menghindari pertengkaran.“Kami sedang bicara masalah pribadi. Papa tidak perlu ikut campur,” jawab John acuh tak acuh.Peter terang saja tersinggung karena John seperti tak menganggap dirinya. Namun, agaknya Peter sedang tak ingin berdebat. Dia tak terlihat marah sama sekali.“Baiklah. Lanjutkan saja. Aku hanya lewat dan kupikir kalian sedang bertengkar.” Peter lantas keluar dari ruangan itu. Dibanding marah karena tak diikutsertakan dalam pem
John Foster menatap manik hijau yang mirip dengannya. Dia tersenyum ketika Jolie tiba-tiba tertawa tanpa sebab.“Sayang!” seru Lyra yang baru masuk ke kamar.Jolie terkejut hingga matanya melebar dan mulutnya mengerucut. Tak lama kemudian, mulut Jolie bergelombang dan menangis keras.Kening John sontak mengernyit. Baru ini dia kesal kepada istrinya.“Lyra! Kau membuat Jolie menangis! Jangan berteriak-teriak. Aku masih mendengarmu walaupun kau bicara pelan!”Berkat pelatihan Billy yang beberapa kali berkunjung, John kini semakin terampil menenangkan Jolie. Dia terlalu fokus pada bayinya, sampai tak melihat jika Lyra cemberut karena dirinya.“Kau juga tidak perlu membentakku,” gumam Lyra, “kau sudah berubah, John. Kau tidak pernah menatapku begitu selama kita menikah.”John memang sempat menatap tajam Lyra ketika menegurnya. Lyra agak kaget karena John tak pernah bersikap keras padanya.Entah mengapa Lyra merasa sedikit diabaikan. Sejak Jolie bisa melihat dan bergumam-gumam, John selalu
Asher Smith sudah pulang sejak dua minggu yang lalu. Dua anak kembarnya tak mau diajak pulang sehingga Asher dan Laura harus menginap di kediaman John selama hampir dua minggu.Ketika Billy Volker kembali ke negaranya, Asher langsung mengajak istri dan anak-anaknya pulang. Sepertinya, Asher hanya menggunakan keinginan Claus dan Collin untuk mengawasi Billy.Dan karena tinggal di kediaman John dan melihat Jolie setiap hari, Asher mengatakan kepada Lyra dan John jika dia akan pergi bulan madu bersama Laura, agar memiliki anak lagi walaupun istrinya dengan jelas menentang. Oleh karena itu, John tak bisa menghubungi Asher saat ini.“Haruskah kita menunggu Tuan Asher kembali dari bulan madu? Dom bilang jika Tuan Asher biasanya menghabiskan waktu bulan madu selama sebulan.”John memang berhak mengganti nama perusahaannya sendiri. Namun, seperti kata istrinya, Asher mungkin akan tersinggung jika John langsung mengganti nama perusahaan tanpa memberi tahu Asher.“Tidak perlu tergesa-gesa, John
Sebelum melanjutkan aktivitasnya, Lyra meraih ponsel dan menghubungi ponsel suaminya. Keningnya sontak berkerut ketika mendengar suara dari pengeras suara di ponsel. “Nomor yang Anda tuju sedang di luar jangkauan.” Lyra mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya lagi. Tapi, mesin penjawab dari operator seluler masih menyahutnya. Walaupun berada di area pantai, lokasi tempat John pergi memiliki jaringan telepon dan internet. Oleh karena itu, Lyra menjadi resah karena John tak bisa dihubungi. Dia bergegas keluar kamar setelah memastikan putrinya masih tidur pulas dan berbaring aman di dalam kotak bayi. Lalu keluar mencari keberadaan Dom yang rupanya sedang berjaga tak jauh dari kamar. “Dom! John tidak bisa dihubungi. Apa dia mengabarimu waktu aku tidur tadi?” Dom langsung berdiri dari kursi yang diduduki. “Tidak, Nyonya. Belum ada kabar apa pun dari pengawal yang mengantar Tuan John.” “Cepat hubungi mereka, Dom!” perintah Lyra tak sabar. Lyra melipat tangan di depan dada. Resah me
Di kamar utama kediaman John Foster, Lyra yang sejak tadi gagal menelepon rekan bisnis suaminya, akhirnya dapat terhubung dengan salah satu keluarga Asher yang juga ikut ke pertemuan di akuarium bawah laut.Hanya kakak perempuan Asher yang menerima panggilan Lyra. Namun, Ariana Smith mengatakan jika John Foster belum sampai di tempat tujuan.“John belum sampai? Dia sudah berangkat sejak pagi tadi.”Lyra mendapat informasi bahwa John belum terlihat batang hidungnya dari pagi. Investor kenalan Asher juga menanti John sangat lama dan akhirnya pergi.“Benar, Nyonya Lyra. Apakah Tuan John juga tidak menghubungi Anda? Saya sudah berkali-kali meneleponnya, tetapi ponsel Tuan John sepertinya mati.”Lyra merosot duduk di lantai. Ponsel dalam genggamannya masih menyala.“Nyonya Lyra? Apakah Anda bisa menggantikan Tuan John …” Suara samar dalam ponsel yang memanggil dirinya seakan terdengar dari kejauhan. Pikiran buruk Lyra kembali menguasai. Membuat dirinya khawatir setengah mati. Tak pernah
Sudah semalam John tak pulang. Lyra tak bisa tidur sampai kantung matanya menghitam.“John benar-benar tidak pulang Mama,” ujar Lyra lirih.Saat ini, Lyra sedang berusaha menidurkan Jolie di kamar. Putri kecilnya pun menangis terus-menerus, seolah merasakan rindu kepada ayahnya.“Sabar, Sayang. Mungkin John ada urusan mendadak dan tidak bisa pamit karena tidak ada sinyal,” hibur Beth, yang juga merasa resah karena sikap menantunya yang tak disangka-sangka.“Tapi, dia seharusnya tidak mengirim pesan begitu!”“Shhh, jangan keras-keras, Lyra. Jolie sudah hampir tidur,” tegur Yasmin pelan.Beth dan Yasmin ikut menemani sejak Lyra mengabari jika John tak pulang-pulang. Mereka pun menyuruh para suami mencari keberadaan John dengan cara apa pun.“Tunggu kabar dari papa dulu. Siapa tahu tebakan Beth benar,” imbuh Yasmin.Hubungan Peter dan Thomas sudah jauh lebih baik dengan sendirinya. Awalnya mereka berdebat, tetapi tak ada gunanya bertengkar di saat mereka sedang saling membutuhkan.Peter
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t