Peter Foster duduk di kursi kebesaran sambil menatap kosong ke arah depan. Pria yang selalu berpikir bahwa dirinya tahu segalanya itu sedang terguncang.Max Foster, putra sulung yang selalu dia pikir hebat itu, rupanya menyimpan rahasia yang begitu mencengangkan. Peter lebih terkejut lagi bahwa bukan hanya Max saja yang tahu tentang rahasia itu, tetapi John juga mengetahuinya.“John … mengapa kau hanya diam saja selama ini?”Peter telah membaca seluruh isi dalam map cokelat. Dia pikir, Max mungkin lupa menyembunyikan map itu karena tak menyangka jika hari ini Peter akan kembali lagi ke kantor.Isi dari map cokelat itu merupakan rahasia kesuksesan Max selama ini. Tentang cara Max sampai mendapatkan posisinya di perusahaan Foster.Satu genggam tumpukan kertas dalam map tersebut berisi salinan proposal proyek dengan tulisan tangan John Foster di setiap lembarnya. John selalu menambahkan catatan-catatan yang kurang karena proposal itu belum matang.Peter pernah membaca semua proposal yang
“Ada apa, John? Siapa yang barusan menelepon?” Saat ini, Lyra dan John sedang ada di kamar. Beberapa menit lalu, John menerima panggilan telepon dan tiba-tiba diam tertegun.Lyra mendekati John yang sedang duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Telepon genggam masih dipegang John dan hampir terlepas dari tangannya. Lyra lantas mengambil ponsel John, kemudian membaca daftar panggilan. “Kenapa kantor Foster menghubungimu? Apakah terjadi sesuatu?” Dia mengusap lembut dan sesekali memijat lengan John agar tersadar dari lamunan.Seperti baru saja terbangun dari mimpi, John mengedipkan mata dengan erat dalam sekejap. John baru saja mendapat kabar mengejutkan jika sang ayah tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit.“Papa masuk rumah sakit.”Lyra sangat terkejut, seperti yang ditunjukkan dari ekspresi wajahnya. Namun, dia tak berani banyak bertanya karena John pun terlihat masih terguncang.Tentu saja John begitu kaget. Orang keras kepala yang disebut papa itu tak pernah sekali pun sakit seu
“Wah ….” Sudah lima menit ini, Lyra membuka mulut dan lupa menutupnya kembali. Dia masih tak dapat memercayai perbuatan Max Foster yang sudah melewati batas.“Lyra! Apa yang terjadi?” Beth tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam ruangan. “Mama baru saja mendengar kabar kalau Peter dilarikan ke rumah sakit!”Di belakang Beth, Thomas membuntuti dengan tenang. Kemudian, dia duduk di kursi yang berseberangan dari meja kerja Lyra, dan di dekat istrinya.“Kenapa kau panik berlebihan? Apa kau diam-diam menyukai Peter?” tanya Thomas sinis pada istrinya.Lyra yang tadinya masih heran dengan kelakuan Max dan mengkhawatirkan mertuanya, tiba-tiba menyemburkan tawa singkat. Yang kemudian, langsung ditahan karena merasa tak pantas tertawa dalam situasi saat ini.Lyra selalu kesulitan menahan diri karena tak hanya kali ini Thomas bertingkah kekanakan ketika sedang bicara dengan Beth. Lyra sering mendengar Thomas cemburu seperti anak remaja hingga Lyra selalu mencibir sang ayah di kala mereka sedang sant
Meski tak menyukai Max, perusahaan Foster masih milik keluarga John. Lyra tak mungkin senang ketika melihat perusahaan keluarga suaminya mengalami kebangkrutan.Apalagi, perusahaan Foster juga pernah membantu perusahaan keluarga Lyra. Walaupun pada akhirnya, Peter menarik semua bantuan karena John bersikeras menikah dengannya setelah banyak keributan.“Max mungkin belum sempat membayar cicilan. Kalau dia bekerja sama dengan perusahaan besar dari luar negeri, tidak mungkin perusahaan Foster mengalami kebangkrutan. Tapi, aku mengakui kalau Max terlalu berani.”Lyra tak sadar jika Dom belum selesai mengatakan semua informasi yang diperolehnya.“Tapi, Nyonya, masih ada lanjutannya lagi …. Kerja sama mereka tidak berjalan lancar. Dana pinjaman itu juga hampir seluruhnya lenyap karena kesalahan kecil yang Tuan Max lakukan.”“Apa?!” pekik Lyra kembali terkejut sampai mendorong kaki meja dengan kakinya.Lyra memijat pelipis sambil memejamkan mata karena pengelihatannya tiba-tiba berkunang-kuna
“Tapi, Tuan Asher juga berhasil memberikan cukup banyak kerugian untuk perusahaan orang itu.” “Lalu bagaimana kelanjutannya? Apa dia membalas Asher lagi?” “Benar. Setelah saling membalas berkali-kali dan malah sama-sama merugi, mereka sepakat untuk tidak saling mengganggu bisnis masing-masing,” terang Dom. “Jadi, yang ingin saya katakan, saya tidak bermaksud meragukan kemampuan Tuan John ataupun Tuan Asher. Tapi, memang Tuan Asher tidak mungkin bisa ikut campur jika menyangkut orang itu karena perjanjian di antara mereka,” lanjutnya. “Bagaimana ceritanya sampai Max bisa bekerja sama dengannya?” “Ah … itu karena Tuan Max butuh seseorang yang bisa menandingi Tuan Asher. Dengan begitu, Tuan Max juga bisa lebih mudah menyaingi Tuan John. Begitu yang saya dengar.” Lyra tak habis pikir dengan cara kerja pikiran kakak iparnya. Mengapa Max begitu terobsesi ingin lebih hebat dari John, sementara dia sudah mendapatkan posisi tertinggi di perusahaan keluarga Foster seperti yang diinginkan?
“Ulangi lagi kata-katamu!” kecam John Foster dengan wajah memerah.John tampak begitu marah ketika Max mengakui Lyra sebagai istrinya. Biarpun tahu bahwa Max sedang mengalami gangguan pada pikirannya, John tetap tak terima oleh kata-kata Max.“Jangan sentuh foto pernikahan kami!” tegas Max kembali, selagi menyentak kuat pergelangan tangan John.John ingin melampiaskan kemarahannya dengan pukulan. Namun, mendadak dirinya ragu tatkala melihat mata sayu kakaknya.Penampilan Max terlihat kusut. Padahal, Max biasanya selalu menjaga penampilan walaupun sedang di rumah.“Sadarkan dirimu, Max Foster! Papa sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena ulahmu!”Max seperti terlambat memahami. Lalu berseru seolah indra pendengarannya salah, “Apa?!”“Bagaimana kau harus bertanggung jawab, Max?! Apa kau akan terus menggila di kamar, sementara semua orang sedang meributkan kerugian akibat hutangmu?!”Kaki Max melangkah mundur. Raut wajahnya benar-benar menunjukkan keterkejutan.Berkat kabar itu, Max
Mendengar nama Lyra, Max kembali terbayang wajah cantik itu. ‘Lyra mengkhawatirkan aku?’Max salah mengartikan ucapan John. Lyra pasti lebih mencemaskan dirinya yang sedang kesulitan mengurus hutang piutang, pikirnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?” John memicingkan mata penuh selidik. Melihat pipi kakaknya bersemu merah, membuat John tak nyaman dan langsung memikirkan hal buruk.“Bukan urusanmu! Aku akan menyelesaikan masalahku sendiri! Keluar dari kamarku!” usir Max.John berdecak selagi melirik foto Lyra dan Max, lalu keluar dari kamar kakaknya. Dia bersumpah akan membakar foto itu secepatnya. Namun, tidak sekarang. John enggan bertengkar lebih lama dengan Max.“Jangan menemui Papa sebelum hutang perusahaan terselesaikan! Kau akan memperburuk kondisinya,” kecam John sebelum menutup pintu.John bergegas pulang ke rumah karena sampai detik ini dirinya belum mengabari Lyra sesuai janji. Dia ingin menelepon saat perjalanan pulang, tapi ponselnya mati kehabisan daya.Sampai di kediaman,
Tatapan Lyra dan John bertemu dengan mesra. Bibir mereka tersenyum penuh cinta.Mereka kian mendekatkan wajah dan akan menyatukan bibir. Namun, suara familier tak jauh dari tempat mereka berdiri mengganggu kemesraan itu. Sehingga bibir yang hampir bersatu, kini saling menjauh. “Benar kataku, bukan? Kita tidak perlu menjenguk Peter. Anak bungsunya saja masih ceria begitu. Keadaan Peter pasti sudah membaik,” ujar Thomas lirih, tetapi sampai di telinga Lyra dan John.Lyra sontak mendorong suaminya. Lalu memutar badan ke belakang.Thomas dan Beth sudah memakai pakaian rapi. Tangan kanan Thomas terlihat menjinjing tas yang cukup besar, berisi pakaian menantunya. Lyra lupa sudah menyuruh orang tuanya segera bersiap-siap menjenguk Peter, sekaligus membawakan beberapa potong pakaian untuk John. Dia tak tahu jika John akan pulang lebih dulu dan tak menginap di rumah sakit.“Apa kau akan ke rumah sakit lagi, John? Kami bisa menunggumu agar bisa berangkat bersama,” ucap Beth, seakan-akan tak pe
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t