Max mungkin ngumpetin perempuan 🌚🌚
John Foster begitu kaget begitu melihat kamar Max Foster. Dia sampai berhenti di depan pintu dan belum juga melangkah masuk ke dalam.Interior di dalam kamar Max masih sama sebelum John pindah. Hanya ada satu benda mengerikan yang terpasang di dinding kamar itu …“Kenapa foto pernikahan itu masih ada?” geram John.Di depan ranjang, foto pernikahan Lyra dan Max berukuran besar terpasang di dinding. Suasana hati John langsung berubah drastis. Tampak jelas jika suami sah Lyra Bell itu sangat marah dan cemburu.Peter seharusnya sudah melenyapkan semua bukti atas pernikahan Max dan Lyra yang telah dibatalkan. Bagaimana Max bisa mendapat foto itu lagi?“Jangan-jangan, selama ini dia masih menyimpan foto itu?”Untuk apa? Bukankah Max tak menyukai Lyra pada saat itu?Semua yang menyangkut tentang pernikahan Max dan Lyra seharusnya sudah dilenyapkan. Setelah mereka membatalkan pernikahan, Peter sendiri yang menghilangkan semua bukti bahwa mereka pernah menikah.Pembatalan pernikahan dapat dilak
“Lyra sedang menungguku. Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku akan pulang sekarang.” John akhirnya tak tahan menunggu sang ayah bicara lebih lama lagi. Suara John membuyarkan lamunan dan pikiran Peter. Peter menghela napas sambil membalik badan. Mata John terbuka lebar untuk sesaat, tatkala melihat ekspresi sang ayah yang tak biasa ditunjukkan. Bahkan, Yasmin juga sempat terkesiap melihat suaminya terlihat tak berdaya. “Ada masalah apa?” tanya John saat Peter duduk. John benar-benar tak mengerti, mengapa keluarganya sekarang berubah aneh seperti ini? Untuk pertama kali, Peter menunjukkan sikap tak berdaya dan prihatin. Padahal, sang ayah biasanya tak memedulikan apa pun, kecuali tentang perusahaan Foster. Sementara itu, Yasmin juga tak bersikap ketus kepada John seperti biasanya. Meski masih bersuara keras ketika bicara dengannya, tak ada tanda-tanda sikap permusuhan, kecuali saat pertama kali melihat John membopong Max tadi. John tahu jika perubahan sikap Yasmin bukan
Perasaan cinta bagi Max bukan satu hal yang biasa dan mungkin akan membuat Peter ikut bertindak demi anak sulung kebanggaannya.Sejak kecil, Max selalu mendapatkan apa pun yang diinginkan. Max tak terbiasa kecewa atau mendapatkan hasil nihil.Akan tetapi, perasaan cinta yang begitu istimewa itu telah menolak kehadiran Max. Untuk pertama kali, Max tak diinginkan seseorang dan tak mendapatkan kemauannya. Tak heran jika pikiran Max terganggu karena perasaan tak familier dan sangat mengacaukan hatinya.John takut jika Peter akan melakukan berbagai cara untuk membantu Max. Akan ada musuh baru yang akan mengacaukan kehidupan rumah tangganya. Dan musuh itu adalah keluarganya sendiri!Oleh karena itu, John sengaja membuat Peter kesal dengan mengatakan hal buruk yang merupakan sebuah fakta. Agar Peter lupa dengan percakapan sebelumnya atau mengusir dirinya. Akan tetapi, Peter Foster malah minta maaf padanya!“Apa katamu?” John terkesiap. Tak percaya dengan indra pendengarannya sendiri.“Aku min
“Tidak … aku tidak memaksamu untuk memedulikan kondisi kakakmu. Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu dan kuharap kau mau menjawab dengan jujur.”“Tanyakan apa pun yang kau mau! Aku tidak punya banyak waktu!” Tak sulit bagi John untuk berkata jujur.Peter memegang erat lengan John. Mata mereka saling memandang lurus.John berusaha menghindari tatapan sang ayah. Namun, Peter segera menyentak lengan John sehingga putranya memandangi dirinya lagi.“Apa kau menikah dengan Lyra karena ingin membalasku dan mamamu yang selama ini lebih memperhatikan Max, atau mungkin membalas kakakmu karena sudah mengambil perhatian yang lebih banyak dari kami?”Mata John terbuka lebar. Tak menyangka dengan pertanyaan yang tak pernah sekali pun muncul dalam benaknya. “Apa kau ingin menuduhku cemburu pada Max yang selalu kalian agung-agungkan?” John berdecak sambil menggeleng-geleng. “Aku memang peduli waktu aku masih bocah dan belum tahu apa pun, jauh sebelum aku bertemu dengan Tuan Asher yang mendidikku
Meski Peter menolak usulannya, Yasmin masih berpikir jika ada baiknya Lyra mau membantu Max. Setidaknya, Max hanya perlu mendengar suara Lyra tanpa harus bertemu. Yasmin yakin jika Max akan pelan-pelan sadar jika Lyra sudah tak mungkin bisa menjadi miliknya.Selagi naik ke lantai dua untuk melihat kondisi Max, Yasmin menekan nomor ponsel menantunya. Sayang, sampai deringan terakhir Lyra tak menjawab telepon. Namun, saat Yasmin sampai di depan kamar Max, Lyra balas menelepon.“Maaf, Mama Yasmin. Aku meninggalkan ponselku di kamar. Ada keperluan apa menghubungiku malam-malam?” Lyra mendadak cemas karena John sedang mengantar Max.‘Apakah terjadi sesuatu pada suamiku?’ batin Lyra, tak sedikit pun peduli dengan kakak iparnya.“Apa aku mengganggumu?” Yasmin balas bertanya.Setelah mendengar suara Lyra, Yasmin tak tahu harus memulai dari mana. Dia hanya spontan melakukan apa yang dipikirkan, tapi belum memiliki rencana apa pun.“Tidak, Mama. Aku hanya sedang duduk di depan rumah, menunggu Jo
Lyra bukan ingin besar kepala karena merasa tatapan Max akhir-akhir ini ketika mereka bertemu seperti seorang lelaki yang tertarik padanya. Oleh karena itu, dia sengaja mengatakan jika dirinya hanya memikirkan dan mencintai John Foster. Bahkan, dia sengaja pamer kemesraan agar Max tahu jika hubungan rumah tangganya dengan John tak mudah tergoyahkan. Dan sepertinya, usaha Lyra membuahkan hasil. Max diam tak menanggapi.Lyra sejujurnya merasa tak nyaman sejak Max bertanya banyak hal padanya, yang terkesan sedang memberi perhatian kecil. Dengan diamnya Max, Lyra berharap jika Max sudah lebih paham bahwa dia tak punya kesempatan mendekat.“Oh, Max, aku mendengar suara mobil John! Aku tutup dulu teleponnya!” seru Lyra dengan nada ceria yang tak dibuat-buat.Tak mendengar sahutan Max, Lyra mematikan sambungan telepon. Dia tak bohong jika John memang sudah pulang, kemudian berlari kecil menuju lantai bawah untuk menyambut John.Saat kaki Lyra menapak lantai bawah dengan lompatan kecil dari
Peter Foster duduk di kursi kebesaran sambil menatap kosong ke arah depan. Pria yang selalu berpikir bahwa dirinya tahu segalanya itu sedang terguncang.Max Foster, putra sulung yang selalu dia pikir hebat itu, rupanya menyimpan rahasia yang begitu mencengangkan. Peter lebih terkejut lagi bahwa bukan hanya Max saja yang tahu tentang rahasia itu, tetapi John juga mengetahuinya.“John … mengapa kau hanya diam saja selama ini?”Peter telah membaca seluruh isi dalam map cokelat. Dia pikir, Max mungkin lupa menyembunyikan map itu karena tak menyangka jika hari ini Peter akan kembali lagi ke kantor.Isi dari map cokelat itu merupakan rahasia kesuksesan Max selama ini. Tentang cara Max sampai mendapatkan posisinya di perusahaan Foster.Satu genggam tumpukan kertas dalam map tersebut berisi salinan proposal proyek dengan tulisan tangan John Foster di setiap lembarnya. John selalu menambahkan catatan-catatan yang kurang karena proposal itu belum matang.Peter pernah membaca semua proposal yang
“Ada apa, John? Siapa yang barusan menelepon?” Saat ini, Lyra dan John sedang ada di kamar. Beberapa menit lalu, John menerima panggilan telepon dan tiba-tiba diam tertegun.Lyra mendekati John yang sedang duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Telepon genggam masih dipegang John dan hampir terlepas dari tangannya. Lyra lantas mengambil ponsel John, kemudian membaca daftar panggilan. “Kenapa kantor Foster menghubungimu? Apakah terjadi sesuatu?” Dia mengusap lembut dan sesekali memijat lengan John agar tersadar dari lamunan.Seperti baru saja terbangun dari mimpi, John mengedipkan mata dengan erat dalam sekejap. John baru saja mendapat kabar mengejutkan jika sang ayah tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit.“Papa masuk rumah sakit.”Lyra sangat terkejut, seperti yang ditunjukkan dari ekspresi wajahnya. Namun, dia tak berani banyak bertanya karena John pun terlihat masih terguncang.Tentu saja John begitu kaget. Orang keras kepala yang disebut papa itu tak pernah sekali pun sakit seu
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t