“Proyek tidak menguntungkan apa yang kau bicarakan dengan Tuan Asher tadi?” John sudah tiga kali bertanya semenjak dalam perjalanan pulang hingga malam harinya.Saat ini, Lyra dan John akan bersiap tidur. Tetapi, John masih penasaran dengan pembicaraan Lyra dan Asher yang tak dia mengerti.John bukan ingin melanggar batasan privasi sang istri. Akan tetapi, John takut apabila Lyra sedang merencanakan hal buruk di belakangnya.Walau tak tahu arti ucapan Lyra kepada Asher, dari cara Lyra tersenyum aneh dan terkesan licik, John memiliki firasat yang sulit dijelaskan. John merasa jika Lyra dan Asher sedang menyembunyikan sesuatu darinya.“Oh, aku sempat bertanya kepada Asher Smith tentang proyek-proyek yang sedang berjalan di John & Smith. Kenapa kau terus-terusan bertanya? Apa kau meragukan kemampuanku memimpin perusahaan lagi?”Lyra sengaja membalikkan pertanyaan John. Dia tak ingin membahas lagi pembicaraannya dengan Asher karena takut kelepasan bicara dan mengungkap rencana untuk menjau
Sama dengan Ivanna dan Max yang telah menyepakati kerja sama rahasia, Lyra Bell saat ini sedang memastikan persiapan rencananya terkendali. Sayang, pergerakan Lyra tak begitu leluasa dengan adanya John di sisinya.Karena akan menghadiri acara pesta yang diselenggarakan Ivanna Parker, John memaksa ikut ke kantor dan berniat menunggu Lyra selesai bekerja. Lyra hanya bisa mencuri-curi waktu bicara dengan orang-orangnya ketika Keith memanggil dirinya di ruang rapat.“John, kenapa kau tidak tinggal di rumah dan memilihkan gaun pesta untukku saja?” Lyra mendengus karena sang suami terus menempel padanya.“Kau tidak suka aku menemanimu bekerja? Apa kau sudah bosan denganku?”“Bukan itu maksudku …. Kau hanya duduk sambil bermain di ponselmu dan suaranya cukup mengganggu. Aku perlu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat agar bisa bersiap-siap menghadiri pesta temanmu itu.”Lyra tak membenci kehadiran John. Justru dia senang ada John di sampingnya. Tetapi, bukan hari ini!“Aku tidak sedang bermain.
Seperti sosoknya, Ivanna Parker menunjukkan pesta dengan nuansa elegan. Musik klasik yang dimainkan secara langsung itu membuat orang terpaku menikmati suasana tanpa banyak bicara.Tak seperti di pesta lain, yang biasanya hanya terdengar orang-orang membicarakan masalah bisnis, di dalam gedung itu tampak mirip dengan pesta para bangsawan. Pakaian tamu pun sesuai dengan tema pesta yang ditulis pada undangan.Para pasangan mulai menari di lantai dansa sesuai dengan musik yang diputar. Pemandangan itu cukup untuk membuat Lyra berdecak kagum.“Temanmu cukup pandai membuat pesta, John. Kita seperti sedang di abad pertengahan dan di dalam istana.”John Foster tiba-tiba memutar badan dan berdiri di depan Lyra. Belum sempat Lyra terkejut, John menunduk dengan satu tangan di belakang punggung dan tangan lain terulur ke depan.“Ratuku, maukah kau berdansa denganku?” John menirukan pria bangsawan yang ingin mengajak pasangannya berdansa.Lyra terkekeh kecil tanpa membuka mulut. Kemudian, dia mera
“Kenapa dia pergi tidak bilang dulu padaku?” Lyra berdecak kesal.Max mengambil dua minuman dari nampan yang dibawa pelayan selagi menyusul langkah Lyra. “Tunggu sebentar, Lyra!”Lyra berhenti menuruti sang kakak ipar. “Ada apa lagi?”“Kau berkeringat. Minumlah dulu. Koridor dari pintu itu cukup panjang. John mungkin sedang istirahat di kamar paling ujung.”Tanpa curiga sedikit pun, Lyra mengambil gelas dari tangan sang kakak ipar. Max Foster tersenyum samar tatkala melihat Lyra menenggak minuman sampai tandas.“Kau juga terlihat lelah. Kenapa kau tidak minum dulu?”“Ah, benar.” Selagi menenggak habis minumannya, Max melirik Lyra yang tampak gelisah. “Aku akan mengantarmu. Kau baru kali ini masuk ke dalam gedung ini, bukan?”“Baiklah.”Max lantas memimpin perjalanan setelah Lyra membuka pintu. Lyra melirik ke sekeliling koridor yang hanya diterangi lampu temaram.“Tidak perlu takut. Tidak ada hantu di tempat ini.” Max menoleh ke belakang selagi melemparkan lelucon.Lyra terpaksa berjal
Di kamar yang telah dipersiapkan, Max membaringkan Lyra di atas ranjang. Dia mengusap pelan pipi si adik ipar yang terpejam dengan penuh kelembutan.“Cantik … kenapa aku baru menyadari kecantikanmu ini?”Max masih menatap wajah Lyra penuh kekaguman. Setelah menyadari perasaannya, cara Max melihat Lyra pun jadi berbeda.Mendadak, pikiran konyol terlintas dalam benar Max Foster, ‘Aku tidak seharusnya melakukan ini padamu ketika kau sedang tidak sadarkan diri. Betapa membahagiakan jika kita bersatu dengan senyuman di wajahmu ….’Namun, Max segera mengenyahkan pemikiran itu. Teringat betapa Lyra terpaku pada John Foster, akan sangat sulit mengubah perasaan dan pendirian Lyra tanpa paksaan.Setelah mereka menikah nanti, Lyra akan jatuh cinta dengan sendirinya padanya. Max hanya perlu membuat Lyra menjadi miliknya lebih dulu dan memisahkannya dari John.“Maaf, John … kau yang memulainya lebih dulu. Lyra seharusnya menjadi milikku. Tetapi, kau mengacaukannya, bahkan sebelum aku mengenal Lyra
Kedua kaki pria itu saling bertumpu lurus di atas kasur. Satu kaki yang berada di atas kaki lainnya bergoyang ke kanan kiri dengan cepat dan gelisah.Manik hijau tua John Foster selalu memperhatikan pintu. Menanti sang istri yang berjanji akan menyusul, tetapi tak kunjung terlihat batang hidungnya.Sebelum diadakan tarian kontra, Lyra berbisik merayu sang suami, “Kudengar, ada kamar-kamar untuk tamu di gedung ini. Maukah kau menungguku di kamar nomor 15 setelah dansa terakhir?”“Untuk apa?” John tak mau langsung percaya dengan rayuan Lyra yang kentara. Mungkin saja, Lyra hanya ingin jalan-jalan atau melihat area gedung. Lyra biasanya akan menggerutu setiap kali John mengajak ‘bersenang-senang’ di tempat umum, walaupun setelahnya Lyra tetap mau melayani dirinya dengan sedikit pancingan dan rayuan.Tak mungkin Lyra tiba-tiba berinisiatif mengajak bercinta di pesta Ivanna Parker. John tak mau berharap lebih meski batinnya tak bisa mencegah harapan itu terus mengalir. “Kau tidak paham ma
“Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana kalau kita pulang dulu, lalu aku akan memijatmu, hem??” Lyra mencoba merayu sang suami sekali lagi.Akan tetapi, bibir John masih mengerut tak senang. Jika tak biasa melihat raut wajah John Foster atau baru sekali dua kali bertatap muka dengannya, Lyra mungkin akan salah paham jika John sedang marah besar.“Naik! Lakukan seperti yang kau bisikkan tadi di ruang pesta!” titah John sambil melirik ke pahanya.Kali ini, Lyra tak menolak. Dengan senang hati Lyra menuruti sang suami karena beban di pikirannya telah menghilang malam ini.Membayangkan keluarga kecil dan normal pun bukan mustahil lagi. Dua orang yang berniat mengusik ketenangan John dan Lyra, kemungkinan besar akan fokus pada kehidupan dan masa depan mereka sendiri.“Kenapa malah senyum-senyum begitu? Kau ingin membodohiku?” John tiba-tiba mencengkeram pinggang sang istri begitu duduk di atasnya. “Kau … tiba-tiba kau memintaku menunggu di sini dan sangat lama datang. Kau tidak diam-diam be
Ketika Lyra berada di toko pakaian dan berganti gaun yang John belikan, Lyra mendadak memberikan perintah lain kepada Miranda. Serta, menyuruh Miranda untuk menyampaikan kepada rekan-rekannya.Lyra seharusnya mengatakan itu sebelumnya. Sayang, John terus menempel padanya sehingga Lyra tak punya waktu untuk mengatakan perubahan rencana tersebut.Miranda lalu menjelaskan semua yang Lyra katakan secara detail kepada Asher Smith. Juga menambahkan sedikit pendapatnya jika rencana baru Lyra jauh lebih baik karena tidak akan menimbulkan keributan besar.“Jika Nona Ivanna dan Tuan Max sungguh menghabiskan malam panas berdua, Nyonya Lyra bisa menjadi kriminal karena menjadi otak yang merencanakan semuanya.”“Tsk! Kenapa Lyra tiba-tiba berubah pikiran? Aku sudah mengatakan akan bertanggung jawab sepenuhnya jika Max dan wanita itu tahu bahwa Lyra yang menjebak mereka! Lagi pula, mereka yang lebih dulu akan menggunakan cara licik dan kotor itu untuk memisahkan Lyra dan John!”Miranda tak berani me
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t