Beranda / Rumah Tangga / Pembalasan Dendam Istri sang Presdir / 120. Setitik Cahaya di Dalam Kegelapan

Share

120. Setitik Cahaya di Dalam Kegelapan

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-02 21:30:34

Lyra tak pernah tahu jika John bisa merajuk seperti anak kecil begitu. Dia juga tak tega bersikap seolah sedang menggantung perasaan sang suami.

Apa yang Lyra rasakan sekarang merupakan satu hal yang tak John sukai, yaitu menanggapi perasaannya yang mendalam dengan rasa iba. Meski sebenarnya Lyra tak hanya kasihan semata.

“Kau tidak mau berkencan denganku?” Lyra bertanya sekali lagi.

Lyra melepaskan tangannya dari belakang jas sang suami. Dia menunduk malu karena dugaannya benar. Dirinya telah ditolak mentah-mentah!

John pun berlalu meninggalkan Lyra begitu saja tanpa sebuah jawaban. Membuat Lyra menjadi semakin nelangsa dan kecewa.

***

John Foster berjalan mondar-mandir di depan meja kerja, lalu duduk lagi. Setelah melihat ponsel dan mengabaikan beberapa notifikasi, dia kembali berdiri seraya menghela napas panjang sebelum melakukan hal yang sama.

Pada mula mendengar ajakan kencan Lyra, John Foster berprasangka jika Lyra hanya kasihan padanya. Akan tetapi, setelah berpikir berulang-u
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitria Mpit
so sweett!! kata2 yg bagus sekali V.. "menerangi hidupnya"
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   121. Salah Menjawab

    Langkah kaki Lyra mendadak terhenti tatkala dia telah berada di depan pintu kaca yang menghubungkan dengan taman di belakang rumah. Lyra menurunkan ponsel selagi terdengar bunyi ponsel tersebut kehabisan daya dan akhirnya mati.“Apa-apaan itu?” Lyra Bell ternganga melihat pemandangan mengejutkan di depannya.Dua siluet pria, yang salah satunya adalah sang suami, berdiri membelakangi cahaya temaram di atas meja taman. Namun, bukan itu yang memicu keterkejutan Lyra.Taman yang sebelumnya hanya ada beberapa tumbuhan daun itu, kini menjadi penuh dengan bunga hidup. Lyra seakan masih bermimpi atau berada di tempat lain.Di balik pintu kaca depan Lyra, John melihat kemunculan sang istri yang mengenakan gaun putih. Meski samar, Lyra masih menunjukkan ekspresi terkejut melihat ke arah luar, ke arah John Foster.John tersenyum, lalu mendekat ke arahnya. Bunyi pintu terbuka sontak menyadarkan Lyra.“Kenapa kau hanya berdiri di situ? Bukankah kau tadi mengajakku berkencan?”Lyra Bell tak menyang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   122. Belum Berakhir

    Tentu saja John merasa telah melakukan kesalahan besar. Bagaimana tidak? Kencan pertama mereka gagal karena kecerobohan dirinya ketika menjawab pertanyaan Lyra. “Aku sebenarnya juga tidak berniat mengajakmu kencan!” balas Lyra ketus. John tahu Lyra marah dan tak berniat mengatakan itu. Dia lantas berusaha menjangkau Lyra kembali, tetapi Lyra juga mempercepat ayunan langkah kaki. “Lyra … aku sebenarnya sudah menyiapkan makan malam itu sejak tadi pagi. Sungguh! Aku juga ingin berkencan denganmu!” dusta John Foster. Di mana John Foster yang terlihat berwibawa di depan karyawannya? Pria yang berusaha membujuk Lyra itu justru terlihat seperti akan menangis! ‘Konyol! Siapa yang akan percaya dengan ucapanmu yang berubah-ubah itu,’ geram Lyra dalam hati. Lyra bahkan tak mau melihat wajah John. Dia terlanjur kesal karena John tak memikirkan perasaannya. Max Foster bahkan menyiapkan banyak hal untuk menipu Lyra. Namun, John yang katanya menyukai Lyra sejak dulu, hanya teringat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   123. Suami Imut

    “Maksudnya … di dalam kamar?”Pertanyaan Lyra ditanggapi oleh anggukan John. Pria itu tampak malu-malu, tetapi berusaha keras menunjukkan raut wajah datar seperti biasa.“Tidak! Badanku masih pegal-pegal.” tolak Lyra seraya mendorong badan sang suami.Jika kemarin Lyra terlena oleh sentuhan John, tetapi tidak untuk sekarang. Lyra paling tak suka jika John harus menanyakan kegiatan panas mereka terlebih dulu. Apabila John langsung menyerang sehingga dirinya tak berkutik untuk melawan, Lyra tentu saja tak bisa dan tak akan menolak. Lyra juga tak mau menurunkan martabatnya dengan mengatakan bahwa dirinya sebenarnya memang mau walaupun badannya sungguh kelelahan.“Perlukah aku memanggilkan tukang pijat untukmu? Atau haruskah aku memintamu? Di mana bagian yang pegal, Lyra? Biarkan aku membantu meringankan lelahmu,” tawar John halus.Lyra mendelik pada sang suami. Dia pikir, John hanya ingin mengambil kesempatan.“Tidak perlu!”“Jangan berpikir macam-macam, Lyra Bell! Kau selalu saja meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   124. Tujuan Lain

    Max terkejut melihat sosok wanita yang dikenalnya sedang mengendap-endap untuk mencuri dengar pembicaraan orang tuanya. Sudah hampir satu minggu tak bertemu secara pribadi, Max tentu heran mendapati Sasha tiba-tiba ada di tempat itu. “Max …,” panggil Sasha gugup, lalu segera bersikap seolah kebingungan. “Kupikir, kau juga ada di dalam sana.” Max mendekati Sasha dengan langkah tegap. Sorot mata penuh gairah yang biasa dia tunjukkan kepada wanita itu, kini tak terlihat. Sejak melihat Sasha bersama pria lain, Max enggan memanggil Sasha untuk melayani dirinya. Kendati demikian, Sasha masih berusaha merayu di setiap ada kesempatan. Max dengan tegas menolak dan menganggap Sasha seperti karyawan yang tidak berarti apa pun baginya. Dia justru kerap kali menunjukkan ketertarikan pada karyawan wanita lain yang cukup dekat dengan Sasha. “Kenapa kau ada di sini? Apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin menemui orang tuaku untuk memeras kami?” geram Max selagi menatap Sasha dengan sorot menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   125. Putra yang Lebih Hebat

    “Ayolah, biarkan anak-anak kita mengurus masalahnya sendiri. Kita tidak seharusnya ikut campur bisnis John.”Peter menyeringai bengis menanggapi ucapan Thomas. “Kau bisa berkata seperti itu hanya setelah mendapat kucuran dana dari putraku, bukan?”Thomas mengepalkan kedua tangan di atas meja. “Kau …,” geramnya.Harga diri Thomas terluka karena kata-kata Peter seolah sedang merendahkan dirinya walaupun mengandung kebenaran. Namun, hal tersebut tak sepatutnya diucapkan di depan wajahnya.Memang benar jika Thomas membutuhkan dana untuk melunasi hutang perusahaan. Dia juga menyuruh Lyra membujuk keluarga Foster untuk cepat-cepat memberikan kucuran dana sebelumnya.Akan tetapi, Thomas Bell tak pernah berpikir untuk menguasai sesuatu yang bukan menjadi miliknya. Apalagi, kebahagiaan Lyra bergantung pada kesuksesan John Foster.Menikahkan Lyra dengan salah satu putra Foster pun bukan semata-mata karena kucuran dana, melainkan juga untuk melaksanakan wasiat orang tua Thomas. Peter juga yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   126. Kencan Malam

    Sikap Lyra terkadang mengingatkan John pada Asher Smith. Lyra agak mirip dengan mentornya yang selalu mengelak bahwa pria itu tergila-gila kepada istrinya.Lyra pun jarang menghindar pada setiap sentuhan John. Akan tetapi, mulut Lyra selalu mengatakan hal yang sebaliknya, seakan-akan harga dirinya tercabik-cabik untuk mengakui keinginan terpendamnya.‘Pantas saja mereka berdua langsung akrab setelah hanya bertemu beberapa kali,’ batin John sambil tersenyum kecil.John lantas mendekat ke ranjang. Dia melihat tatapan Lyra tak bisa fokus padanya.‘Menggemaskan ….’ John rasanya ingin melahap bulat-bulat sang istri. Sangat jelas jika Lyra sedang memaksa diri untuk tidak menunjukkan kegugupan dan rasa malu. Lyra beringsut kala John menunduk untuk menatap sang istri lebih dekat.“Aku tidak mau melakukannya malam ini!” seru Lyra sambil memejamkan mata dengan erat dan menyilangkan kedua tangan di depan dada.Kening John sontak berkerut. “Apa maksudmu? Melakukan apa yang kau katakan itu?”Lyra

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   127. Satu Impian yang Terpenuhi

    Lyra mematuhi perintah John tanpa mengatakan apa pun. Setelah kain hitam yang menutup matanya telepas, mata Lyra masih terpejam.“Buka matamu dan lekas kemari,” tuntut John.Lyra membuka perlahan matanya. Dia berkedip-kedip untuk menyesuaikan indra pengelihatannya yang sejak tadi terpejam. Sontak, mulut Lyra sedikit terbuka tatkala melihat pemandangan di sekelilingnya. Lyra terkejut melihat pemandangan yang hampir seluruhnya berwarna merah muda di dalam kegelapan. Ketika menunduk, Lyra melihat alas kakinya menginjak sesuatu yang empuk. Rupanya, sejak tadi dirinya menginjak rumput tebal sehingga membuatnya agak kesulitan berjalan.Pemandangan itu mengingatkan Lyra pada sebuah tempat yang ingin dia kunjungi di masa lalu. Mendadak, kenangan bersama teman-temannya terlintas di benak Lyra.‘Wow! Tempat ini benar-benar menakjubkan! Aku ingin menghabiskan waktu dengan kekasihku di sana suatu hari nanti!’ ujar Lyra kala itu tatkala melihat brosur tempat wisata yang dibawa temannya.Tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   128. Merayu

    “Maksudku, kau sepertinya tahu banyak tentangku. Sedangkan aku tidak tahu apa-apa tentangmu. Bukankah hal itu tidaklah adil bagiku?” lanjut Lyra memberikan penjelasan agar tak terlihat terlalu penasaran.John Foster enggan menjawab pertanyaan Lyra. Dia tak mau terlalu banyak membicarakan masa lalu yang telah terlewati dan hanya ingin fokus pada masa depan mereka.Dibanding membicarakan tentang dirinya di masa lalu, John lebih suka jika Lyra mengenal dirinya yang sekarang. Lagi pula, John belum siap menanggung malu karena tak berani mendekati Lyra di masa lalu.John yang lugu dan pemalu itu sudah tidak ada. Meski tak pernah berhubungan dekat dengan wanita, John yang sekarang memiliki banyak pengalaman dan wawasan. Terlebih lagi, Asher Smith yang menurut John adalah pakar dari hubungan pria dan wanita selalu memberikan petuah berharga setiap kali mereka berjumpa.“Itu tidak penting, Lyra Bell.” John mengangkat tangan Lyra dalam genggaman, lalu mencium punggung tangannya sambil melihat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   371. Hari Istimewa

    “Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   370. Tiga Pilihan

    Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   369. Menikah

    John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   368. Damai

    “Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   367. Keluarga

    Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   366. Kabur

    Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   365. Ingin Segera Bertemu

    John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   364. Memaafkan Diri Sendiri

    Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   363. Hati ke Hati

    “Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status