"Ayo Sein. Silahkan makan apa saja yang kamu inginkan" ujar Mas Danu yang kemudian mengambil makanan yang ditata rapi di meja.Aku pun mengambil makanan kesukaan mas Dimas dulu ketika kami masih bersama.'Mas Dimas apa kamu masih menyukai rendang mas? Atau kamu sudah beralih rasa ke yang lebih rendah seperti juga halnya dengan cinta kamu'pikirku dalam mengambil makanan rendang ke dalam piring.**"Mas. Saya ingin memesan tiga puluh porsi nasi bungkus dengan lauknya ayam pop. Tolong bungkus segera ya mas" William tengah berdiri disisi kasur hendak membayar pesanan yang telah ia buat tadi. Totalnya satu juta lima ratus ya pak" ucap kasir kepada William. Dengan cepat William mengeluarkan kartu debitnya untuk digesek oleh kasir. Mata William pun memindai sekitar. Tatapannya berubah nyalang seketika kala netranya menangkap sosok wanita yang ia kasihi.'Seina. Rupanya dia begitu senang jalan dengan laki-laki pengacara itu. Saya bahkan kelimpungan mencarinya seharian ini" William pun mendekat
"Dasar wanita jala*g seenak jidat kamu menghabiskan uangku tanpa persetujuanku terlebih dahulu. Asal kamu tahu Cel, ketika seina masih menjadi istriku aku bahkan tidak membiarkan dia untuk hidup boros dan menghambur-hamburkan uang. Coba lihat kamu sekarang. Sudah menganggur malah boros menghabiskan uang yang ada saja" Dimas begitu marah kepada Celine begitu mengetahui Celine telah menarik uang simpanan Dimas sebanyak seratus juta rupiah. "Mas Dimas. Saya istri kamu mas. Masa saya nggak boleh menyenangkan diri saya. Kamu jangan bandingin saya dengan mantan istri kamu yang bodoh itu mas. Aku berbeda mas. Wajar saja kamu berpaling dari Seina dulu, rupanya kamu sangat perhitungan dengan Seina. Wajar saj Seina terlihat buluk selama menjadi istri kamu. Kamu jadi suami jangan pelit-pelit dong mas. Mana ada wanita yang betah sama suami pelit kayak kamu" Celine yang tidak merasa bersalah malah mengatai Dimas balik seolah dimaslah yang paling bersalah. "Tutup mulut kotor kamu Celine. Kurang aj
"Selamat datang dewan direksi perusahaan Bright Group. Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk pertemuan yang sangat penting ini. Seperti yang kalian tahu semuanya perusahaan ini sudah dibeli oleh Bos besar kami yakni William Alka." William beridir seiring namanya yang disebut oleh Gery snah asisten pribadi. William menunduk sambil memegangi ujung jas depannya. Tatapan tajam dan senyumnya yang menggoda membuat direksi yang hadir berdecak kagum kepada pemilik Bright Group yang baru."Salam kenal saya William Alka" ujarnya sembari memberi penghormatan kepada yang hadir disana. Semua mata tertuju pada sosok tampan dan masih singel tentunya.'Wah. pak William. Ganteng banget rupanya pak William ya." ujar Tari salah satu staf marketing perusahaan Bright Group."Iya. Pantes banget kalau dia yang jadi CEO gantiin pak Dimas tukang selingkuh itu." Ucap Sely sesama staf marketing. Dimas yang melihat William dengan sorot mata penuh kebencian. Ia tidak rela kalau posisinya harus diganti
"Baiklah Pak Dimas yang terhormat saya terima jabatan saya diturunkan menjadi office boy di kantor ini puaskan Bapak sekarang" dengan sangat terpaksa Dimas akhirnya setuju posisinya diturunkan begitu saja oleh William menjadi seorang office boy. Begitu sakit yang dirasakan oleh Dimas tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur pegangannya untuk mendapatkan Posisi lagi sebagai CEO di perusahaan milik ayahnya itu harus pupus ditelan bumi."Tentu Dimas Aku sangat puas melihat kamu menderita mengemis pekerjaan kepadaku sekarang hahaha.."William tertawa renyah melihat Dimas lawannya itu akhirnya bertekuk lutut di hadapannya. Begitu hinanya Dimas sekarang di mata William yang berdiri gagah sebagai CEO baru perusahaan Brigh Group.Dimas dengan sangat terpaksa menebalkan mukanya di hadapan bosnya yang baru itu. Sedangkan William sangat memandang rendah akan dirinya, sungguh sangat sakit hatinya di masa ini."Kalau begitu kamu laksanakan tugas pertamamu sebagai office boy segera bawakan aku secangk
"Kalau begitu terima kasih atas informasinya ya Pak Yuda. Saya mohon sekali Pak Segera tangkap dan penjarakan Zein Pratama Pak dia begitu jahat aku sangat berharap dia bisa mendekam di penjara" ujarku kepada Pak Yuda yang menangani kasusnya kasusnya Lusi aku pun tersenyum culas mendengar penjelasan dari pak Yuda tadi."Sama-sama Mbak Seina, saya janji saya akan kabari mbak Seina begitu saudara Zein bisa ditangkap nanti." bripka Yuda pun menutup panggilan telepon itu dengan tak lupa mengucapkan salam yang terlebih dahulu. Aku sangat berterima kasih kepada pak Yuda, akhirnya ada setitik harapan untuk keadilan bagi adikku Lusi.Setelah menghubungi Bribka Yuda aku pun membuka aplikasi untuk memesan taksi online. mobil Brio berwarna merahku Sengaja aku tinggal di rumah karena tidak mungkin aku menyetir dalam keadaan yang panik seperti kemarin. Akhirnya aku memutuskan untuk menaiki mobil taksi saja ke Rumah Sakit bersama Lusi kemaren.Setelah selesai memesan taksi online, aku pun segera meng
"Nuhun. Mohon Maaf mas, Saya mau ketemu ibu Sekar. Ibu Sekarnya ada Mas?" tanya seorang polisi berpakaian preman itu. Zein yang membukakan pintu untuknya sama sekali tidak menyadari kalau yang bertamu hari itu adalah polisi yang sedang menyamar."Ibu Sekar?mohon maaf Mas ini bukan rumahnya Bu Sekar, ini rumahnya Ibu Sulis Ibu saya. Ibu saya kebetulan sedang ke pasar mau beli sayuran" ujar Zein yang lalu membukakan pintu itu tanpa sadar yang bertamu hari itu adalah Bripka Yuda."Jangan bergerak kamu ditangkap atas tuduhan kasus pelecehan seksual yang menimpa saudari Lusi" ujar Yuda yang lalu mengeluarkan seputuk senjata api kepada Zein. Zein begitu ketakutan mengetahui yang berada di depannya kali ini adalah polisi yang sedang menyamar sebagai tamu."Alif, Taufik segera borgol dia dan segera masukkan ke dalam mobil tahanan." Yuda lalu memerintahkan kedua anak buahnya untuk memberikan borgol kepada kedua tangannya Zein. Zein yang berusaha untuk kabur tidak bisa berkutik lagi. langkahnya
"Assalamualaikum Pah. Apa ada Papa di dalam?" Dimas mengetuk ruangan kerja Papanya, dan berharap papanya ada di dalam."Ya, masuk saja lah Dimas. Pintunya nggak dikunci" ujar sang Papa yang kemudian melanjutkan teleponnya."Nanti saya telepon lagi ya Pak" tutur Reza kemudian menutup telepon itu.Reza melototkan matanya menghadap kepada sang putra yang kini sedang memakai seragam OB sesuai dengan perintah atasannya yaitu William."Pakaian macam apa yang kamu kenakan Dimas?" Tanya Reza yang keheranan menatap wajah sang Putra yang terlihat menyedihkan itu."Itu kan pakaian OB kantor kita?" tanyanya lagi kepada Dimas. Dimas tertunduk malu menghadap kepada sang Papa yang kini terus menanyainya dengan setumpuk pertanyaan perihal yang menimpa Dimas."Ini ulah William pa. CEO baru kita. Dia dengan sengaja membalas Dimas dengan menurunkan Dimas dari posisi CEO menjadi office boy .Betapa menyedihkannya nasib Dimas sekarang Pa." Dimas melaporkan setiap tindak dan tanduk William terhadap dirinya y
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan" Zein mencoba menghubungi nomor teleponnya Celine namun sudah beberapa kali Zen mencoba meneleponnya tidak ada sambungan zen yang masuk satu kali pun."Sial lho Celine di saat Gue butuh bantuan lo kayak gini nomor telepon lo malah nggak aktif sama sekali. Lu ke mana sih Celine?" Umpat Zein secara terus-menerus memaki wanita yang sudah bekerja sama dengannya untuk menodai Lusi."Bagaimana saudara Zein apa sudah diangkat oleh temannya Pak Zein?" tanya Pak Yudha kepada Zein yang beberapa kali mencoba menelepon nomor teleponnya Celine namun tidak ada tanggapan sama sekali ."Maaf Pak Sepertinya saya, saya tidak jadi menelpon. Lain kali saja saya menelepon saya teman saya itu" dengan sangat terpaksa Zein memutus upayanya untuk menghubungi nomor rekan kerjanya itu.Dengan langkah gontai dan penuh ketidakberdayaan ia kembali memasuki jeruji besi, dan mendekam didalamnya. Baju tahanan berwarna oranye itu terpasang lengkap d
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak
"Iya Bu Seina, ada dua embrio yang berhasil dibuahi. Itunya artinya Ibu Seina sekarang tengah hamil bayi kembar. Sekali lagi saya ucapkan selamat ya Bu Pak"Mendengar ucapan dokter barusan mendadak mataku berkaca-kaca. Sungguh indah rupanya rencana Tuhan untukku atas semua duka yang selama ini aku alami. Tuhan bahkan menitipkan dua calon bayi kembar di dalam rahimku sebagai teman dari anakku Rindu nantinya.'Alhamdulillahirobbilalamin" tiada henti-hentinya lidah ini mengucapkan syukur itu kepada Ilahi yang begitu adil terhadap hambanya.Aku masih ingat saat itu betapa putus asanya aku dalam berjuang untuk mendapatkan seorang anak dari pernikahanku sebelumnya. Namun kali ini setelah aku menikah dengan mas William tak butuh waktu lama untuk aku mendapatkan karunia itu.'Sungguh nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?'2 bulan setelah menikah aku langsung dikaruniai buah cinta kami yang tiada bandingannya di dunia. Harta yang paling mahal telah engkau berikan kepadaku Tuhan. Mud
"Kamu tidak marah kan mas?" Ujarku kemudian yang dibalas oleh kekehan mas Wiliam."Ya. Saya marah. Dan akan lebih marah lagi jika sesuatu yang buruk menimpa calon anak kita" ujarnya kemudian yang membuatku sangat kaget mendengar jawabannya. Aku takut jika Mas William tidak setuju dan marah atas keinginanku itu.Rupanya mas William berpikir positif dan menghargai keputusanku. Iya kemudian memmemelukku dan memberikan kecupan di dahiku. Rasanya sangat nyaman dan tenang sekali mempunyai suami pengertian dan baik seperti Mas William." Terima kasih Mas kamu sudah mau mengerti sama keputusanku""Iya sayang tidak apa-apa. Besok kita ke dokter kandungan Ya. Kita akan cek kondisi janin kamu dan juga Mas mau lihat apakah janinnya sudah kelihatan apa belum" mendengar ucapannya yang sangat perhatian membuat hatiku nyaman. Rasanya hati ini banyak ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.Aku masih ingat ketika aku hamil Rindu dulu. Aku bahkan memohon dan mengiba kepada mas Dimas supaya mau menemanik
Cepat kamu Jelaskan kepada saya Kenapa bocah tengil ini memanggil papa kepada Dimas?" Bu Siska kembali mendekati aku. Masih dengan tatapan penuh kebencian. Sampai bola matanya hendak keluar dari sarangnya.Aku memang tak pernah benar dihadapannya. Ia begitu membenciku mengingat status keluarga kami yang jauh berbeda dulu."Maaf Bu Siska. Kalau ibu bertanya pada orang, bisa nggak sih kalau bicara yang sopan. Nggak ngegas kayak gini!" Sejak tadi aku mendiami wanita ini. Namun rupanya Bu Siska malah semakin melunjak saja melihatku. Memang benar kata orang dulu. Musuh tidak dicari. Jika bertemu pantang dielakkan."Baik. Saya akan jawab pertanyaannya Siska. Jika ibu penasaran silahkan nanti bertanya kepada Dimas anak Ibu. Itupun jika Dimas maish diberi waktu oleh Tuhan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Rindu. Mas. Ayo kita segera pulang. Hawa disini mulai nggak enak." Aku sengaja tidak memberitahu Bu Siska yang sebenarnya. Biar saja wanita bermulut besar itu mati penasaran. Lagi p
"Anda sama sekali tidak mempunyai hak untuk melukai calon ibu dari anak saya. Dia adlah istri sekaligus belahan jiwa saya" mendengar ucapan William membuat Siska tertegun. Matanya masih melotot tajam. Aku masih memegangi pipiku yang memanas oleh gamparannya. Sedangkan tanganku yang lain memegangi perutku.Aku juga takut ini akan berefek pada calon anakku yang masih berbentuk gumpalan darah itu. Aku positif hamil dan usianya masih lima Minggu. Usia yang masih rentan akan segala sesuatunya."Mama. Mama. Mama nggak apa-apa kan ma?" Tanya Rindu yang lansung menempeliku."Kamu siapa mau jadi pahlawan kesiangan mantan menantu sial*n saya ini?bisanya cuma memeras dan meloroti uang suaminya." Bu Siska bertambah melunjak melihat aku diam. Ia pun hendak menarik jilbabku dan mungkin akan menghempas tubuhku ke lantai.Namun tidak. Kamu telah salah dalam bertingkah Bu Siska. Laki-laki dihadapan kamu ini adalah suamiku. Dia akan melindungiku dari makhluk astral yang brutal seperti kamu."Saya ucapk
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be