"Berhentilah menjadi wanita Pahlawan Kesiangan Seina! dasar wanita busuk semua yang ada di tubuhmu itu berbau busuk termasuk hatimu! jadi kamu tidak usah lagi berbuat sok baik di hadapanku kamu sudah merebut semuanya dariku Seina! apalagi yang kau inginkan sekarang? kau ingin membenamkan aku lebih dalam lagi?" aku lihat dadanya Dimas Aditya naik turun. Sepertinya dia memang sangat membenciku saat ini namun itu semua bukanlah kesalahanku melainkan itu oleh ulahnya sendiri.Hah! Mas Dimas kamu lupa Bukankah semua itu oleh ulahmu sendiri? Kau yang lebih dulu menyulut bara api di dadaku sehingga aku membencimu sampai ke ubun-ubun! Asal kamu tahu aku juga menaruh ibah kepadamu tadi. Seandainya aku tidak membantumu membayar tagihan itu mungkin kau akan selamanya akan mencuci piring restoran ini. Apa kamu tahu Berapa Bill yang harus kalian bayar tadi? Totalnya Rp5.500.000 apa kamu sanggup membayarnya dengan uang yang ada di saku celanamu saat ini? aku kira hanya Rp50.000 yang ada di kantormu
"Seina aku harus meneleponnya. Kenapa dia buru-buru pergi tadi setelah mengucapkan sesuatu yang sangat penting itu dan tanpa penjelasan lagi! Hah. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Kenapa Seina berubah drastis seperti ini? Aku sungguh tidak mengerti jalan pikirannya." Dimas pun membuka gawai dan menghubungi Seina. Namun Seina diam tanpa menjawab satu panggilan pun darinya. "Maaf mas. Aku sudah selesai berbicara tadi. Setelah semua ini aku harap kamu akan berubah lebih baik lagi. Aku juga tidak tega melihat kamu jatuh seperti ini. Setidaknya kamu harus bangkit dan berjuang untuk Rindu. Meskipun Celine meninggalkan kamu setidaknya masih ada Rindu yang harus kamu perjuangkan." Aku melanjutkan perjalananku.Rindu. Sekarang aku menuju ke sekolahnya bidadari cilik itu. Ini sudah jam pulang sekolah. Aku tidak boleh terlambat untuk menjemputnya.**"Rindu. Mama kamu belum jemput ya?" Tanya Nina teman satu TKnya Rindu. Rindu hanya menggeleng dan terus mengerucutkan bibirnya." Belum
"Mas William. Kamu lihat ini mas" aku menyodorkan benda sensitif itu kepada suamiku. Dua garis merah terpampang nyata disana. "Apa ini sayang? Kamu hamil?" Ucapnya setengah histeris. Aku mengangguk dengan mengulum senyuman. Tanpa terasa air mata menetes dipipiku. Rasanya kebahagiaan seperti ini tidak ingin berlalu begitu saja. Bukannya aku tamak. Namun aku ingin ini semua abadi selamanya."Iya mas. Aku hamil. Aku hamil anak kita mas. Sebentar lagi kita akan punya anak mas" mas Wiliam mendekapku erat. Aku begitu larut dalam kebahagiaan yang terus datang menghampiriku."Pokoknya kamu tidak boleh capek Seina. Kamu harus jaga kandungan kamu baik-baik. Jangan sampai terjadi apa-apa sama kamu." Mas William kembali mendekapku. Beberapa kali ia hadiahi dahiku dengan kecupan mesranya. Aku merasa sangat bahagia saat ini memiliki laki-laki seperti dia dihidupku.Meski usia pernikahan kami baru masuk bulan kedua, ternyata Tuhan juga telah memberi hadiah secepat ini kepada kami. Aku sangat bersyu
"Mama. Mama pasti akan lebih sayang sama adek kecil nanti dan nggak akan sayang lagi sama Rindu. Isshkk.Isshk. Rindu akan sendirian ma. Nggak akan ada yang akan perhatiin Rindu lagi. Kakek sakit dan nenek sibuk ngurusin kakek. Dan Tante Lusi. Tante Lusi sebentar lagi juga akan menikah dengan om Gery. Rindu kesepian ma. Siapa yang akan hapus air mata Rindu ma? Rindu benci adek kecil itu. Rindu nggak mau punya adek. Huwaa..haha.." Tngisnya pecah dan mengelegar. Pipinya basah oleh buliran bening itu. Hatinya silu dan merasakan sakit yang sangat. Rindu begitu tak berdaya kala membayangkan semua kebahagian akan direnggut oleh calon adik tirinya itu.'Rindu. Rupanya gadis cilik itu begitu rapuh saat ini. Saya harus melakukan sesuatu untuk menghiburnya. Saya tidak mau jika ibu dan anak itu semakin membenci nantinya.'Wiliam Alka segera memutar otak tentang apa yang harus ia lakukan saat ini. Step satu. Mengambil kembali hati Rindu itu dan memulihkannya agar tidak bertambah rapuh."Rindu. Uj
"Rindu. Maafin mama karena sudah membohongi kamu selama ini sayang. Mama melakukan itu karena dendam mama kepada papa kandung kamu sayang karena dia sudah mengabaikan mama dan kamu demi wanita lain. Hari ini mama menyadari kalau perbuatan mama salah. Dan mama harus memperbaiki kesalahan mama. Mama harus kenalin kamu kepada papa kamu. Mau bagaimana pun kamu tetap darah dagingnya dan kalian memiliki tali darah. Mama akan merasa sangat berdosa jika mama terus-terusan dendam dan menjauhkan kalian berdua. Kamu mau kan maafin mama sayang?" Aku membelai lembut rambut putriku ini. Rindu putri kecilku ini tampak tegar mendengar ucapanku barusan."Mama. Mama nggak perlu minta maaf sama Rindu ma. Kalau papanya Rindu beneran masih hidup berarti Rindu punya dua papa dong sekarang. Asyiik. Tuhan baik banget sama Rindu ma. Dulu Rindu selalu berdoa supaya papanya Rindu masih hidup dan akan kembali bersama Rindu. Rupanya Tuhan mengabulkan semua do'a-do'a Rindu itu ma." Rindu melingkarkan kedua tangan
"Om penculik? Mama. Om ini kan yang pernah mau culik Rindu waktu itu ma. Untung ada buk guru yang mengahalangi dan bantu Rindu. Rindu takut ma. Rindu nggak mau ketemu sama dia" Rindu bersembunyi dibalik tubuh ibunya itu. Matanya menahan keatkutan akan laki-laki yang ada dihadapannya."Mas Dimas. Apa kamu pernah berusaha untuk menculik Rindu mas dibelakang aku? Kurang aj*r kamu mas. Aku kira kamu beneran sudah berubah. Sebaiknya kita batalin pertemuan ini." Seina pun hendak gegas pergi meninggalkan Dimas. "Seina. Tunggu saya. Rindu. Maafin papa. Papa khilaf waktu itu. Oke saya minta maaf sama kamu Seina. Saya memang sudah mengetahui kalau Rindu adalah putri kandung saya. Saya diam-diam telah melakukan tes DNA nya Rindu. Dari awal saya memang yakin kalau Rindu adalah putri kandung yang dulu saya sia-siakan. Sekali lagi saya mau minta maaf Seina." Aku pun menghentikan langkahku. Lagipula aku sudah berjanji untuk mengenalkan mas Dimas dengan Rindu."Baiklah kalau begitu mas. Rindu. Sayan
"Pa. Papa. Bangun pa. Tolong papa jangan tinggalin Rindu pa." Tangis Rindu pecah menangisi laki-laki yang baru saja ia panggil papa itu. Sudah lima tahun lamanya mereka dipisahkan oleh dinding pembatas itu. Namun hari ini semua itu bisa dihapus. Akan tetapi nasib berkata lain.Dimas benar-benar menunjukkan jari dirinya sebagai seorang ayah. Naluri melindunginya sungguh kental."Ya ampun. Mas Dimas. Rindu sayang. Kamu tidak apa-apa nak?" Aku gegas mendekati Rindu yang berada dalam pelukan ayahnya. Rindu selamat. Namun bagaimana dengan mas Dimas. Ia menyelamatkan Rindu dari pengusir ugal-ugalan itu."Mama. Papanya Rindu ma. Apa papa akan baik-baik saja ma?" Rindu terus terisak menangisi apa yang ada dihadapannya kali ini."Turun kau wanita jala*ng." Hardisk mas William. Ia terus berusaha mengendor pintu dan kaca mobil yang dikendarai oleh seorang wanita. Orang-orang pun mulai berkerumun melihat kondisi tabrakan yang dialami oleh mas Dimas dengan Rindu. Rindu hanya tergores sedikit dibag
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak
"Iya Bu Seina, ada dua embrio yang berhasil dibuahi. Itunya artinya Ibu Seina sekarang tengah hamil bayi kembar. Sekali lagi saya ucapkan selamat ya Bu Pak"Mendengar ucapan dokter barusan mendadak mataku berkaca-kaca. Sungguh indah rupanya rencana Tuhan untukku atas semua duka yang selama ini aku alami. Tuhan bahkan menitipkan dua calon bayi kembar di dalam rahimku sebagai teman dari anakku Rindu nantinya.'Alhamdulillahirobbilalamin" tiada henti-hentinya lidah ini mengucapkan syukur itu kepada Ilahi yang begitu adil terhadap hambanya.Aku masih ingat saat itu betapa putus asanya aku dalam berjuang untuk mendapatkan seorang anak dari pernikahanku sebelumnya. Namun kali ini setelah aku menikah dengan mas William tak butuh waktu lama untuk aku mendapatkan karunia itu.'Sungguh nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?'2 bulan setelah menikah aku langsung dikaruniai buah cinta kami yang tiada bandingannya di dunia. Harta yang paling mahal telah engkau berikan kepadaku Tuhan. Mud
"Kamu tidak marah kan mas?" Ujarku kemudian yang dibalas oleh kekehan mas Wiliam."Ya. Saya marah. Dan akan lebih marah lagi jika sesuatu yang buruk menimpa calon anak kita" ujarnya kemudian yang membuatku sangat kaget mendengar jawabannya. Aku takut jika Mas William tidak setuju dan marah atas keinginanku itu.Rupanya mas William berpikir positif dan menghargai keputusanku. Iya kemudian memmemelukku dan memberikan kecupan di dahiku. Rasanya sangat nyaman dan tenang sekali mempunyai suami pengertian dan baik seperti Mas William." Terima kasih Mas kamu sudah mau mengerti sama keputusanku""Iya sayang tidak apa-apa. Besok kita ke dokter kandungan Ya. Kita akan cek kondisi janin kamu dan juga Mas mau lihat apakah janinnya sudah kelihatan apa belum" mendengar ucapannya yang sangat perhatian membuat hatiku nyaman. Rasanya hati ini banyak ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.Aku masih ingat ketika aku hamil Rindu dulu. Aku bahkan memohon dan mengiba kepada mas Dimas supaya mau menemanik
Cepat kamu Jelaskan kepada saya Kenapa bocah tengil ini memanggil papa kepada Dimas?" Bu Siska kembali mendekati aku. Masih dengan tatapan penuh kebencian. Sampai bola matanya hendak keluar dari sarangnya.Aku memang tak pernah benar dihadapannya. Ia begitu membenciku mengingat status keluarga kami yang jauh berbeda dulu."Maaf Bu Siska. Kalau ibu bertanya pada orang, bisa nggak sih kalau bicara yang sopan. Nggak ngegas kayak gini!" Sejak tadi aku mendiami wanita ini. Namun rupanya Bu Siska malah semakin melunjak saja melihatku. Memang benar kata orang dulu. Musuh tidak dicari. Jika bertemu pantang dielakkan."Baik. Saya akan jawab pertanyaannya Siska. Jika ibu penasaran silahkan nanti bertanya kepada Dimas anak Ibu. Itupun jika Dimas maish diberi waktu oleh Tuhan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Rindu. Mas. Ayo kita segera pulang. Hawa disini mulai nggak enak." Aku sengaja tidak memberitahu Bu Siska yang sebenarnya. Biar saja wanita bermulut besar itu mati penasaran. Lagi p
"Anda sama sekali tidak mempunyai hak untuk melukai calon ibu dari anak saya. Dia adlah istri sekaligus belahan jiwa saya" mendengar ucapan William membuat Siska tertegun. Matanya masih melotot tajam. Aku masih memegangi pipiku yang memanas oleh gamparannya. Sedangkan tanganku yang lain memegangi perutku.Aku juga takut ini akan berefek pada calon anakku yang masih berbentuk gumpalan darah itu. Aku positif hamil dan usianya masih lima Minggu. Usia yang masih rentan akan segala sesuatunya."Mama. Mama. Mama nggak apa-apa kan ma?" Tanya Rindu yang lansung menempeliku."Kamu siapa mau jadi pahlawan kesiangan mantan menantu sial*n saya ini?bisanya cuma memeras dan meloroti uang suaminya." Bu Siska bertambah melunjak melihat aku diam. Ia pun hendak menarik jilbabku dan mungkin akan menghempas tubuhku ke lantai.Namun tidak. Kamu telah salah dalam bertingkah Bu Siska. Laki-laki dihadapan kamu ini adalah suamiku. Dia akan melindungiku dari makhluk astral yang brutal seperti kamu."Saya ucapk
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be