“Kalau kamu tidak mengizinkanku, aku akan melakukannya sendiri.” Olivia berkata tegas.Tentu saja hal itu semakin membuat William serba salah. Mau bagaimana pun ia tidak ingin melibatkan Olivia dalam persoalan ini.“Olie tidak bisa....”“Aku tidak peduli, aku akan tetap melakukannya. Jadi pilihlah aku melakukannya sendiri atau kita lakukan ini bersama?” ancam Olivia, “Aku tidak bisa diam saja Will, aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu. Bukankah akan lebih baik kalau kita bisa melakukannya bersama?”Walaupun mulutnya bertutur manis tetapi dalam hatinya Olivia tidak ingin mengatakannya. Jika bukan karena melindungi posisinya sendiri dan memastikan kesalamatan Elia, Olivia tidak sudi mengeluarkan ucapan seperti itu pada sosok yang telah merenggut nyawa Selena.William mengembuskan napas berat, wajahnya tampak kalut beberapa kali ia usap wajah mulusnya.“Baiklah,” ucap William dengan berat hati. “Tapi kamu harus berjanji jika semuanya semakin rumit dan berbahaya kamu akan berhenti
Di dalam mobil William dan Raka menunggu Olivia seraya mendengarkan baik percakapan antara Olivia dan Elia.Namun wajah Raka tampak berkerut, berkali-kali ia memiringkan kepalanya.“Sepertinya ada yang aneh,” ujar Raka.“Aneh bagaimana maksudmu?”Raka melepaskan headset yang tertaut di telinganya, kemudian pria itu memakai topinya dan keluar dari mobil.“Aku akan memeriksanya.” Tanpa menunggu respon dari William, Raka berlalu begitu saja meninggalkan William yang masih kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.William berdecak kesal, ia juga melepas headset yang terpasang di sebalah telinganya kemudian menggunakan hodie miliknya dan berlari menyusul Raka.***“Jadi bagaimana? Bukankah kamu tidak punya banyak waktu untuk berbincang denganju seperti ini. Polisi yang datang bersama suamimu akan segera menyadari kalau suara yang ia dengar bukan percakapan sungguhan kita melainkan hanya sebuah rekaman.” Elia mengankat kedua alisnya.“Baiklah, tapi kau harus benar-benar menep
Olivia baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengusap-ngusap rambutnya yang masih basah menggunakan handuk. William yang sudah berpakaian rapi menghampirinya dan memeluk Olivia dari belakang seraya mengecup tengkuk istrinya.“Padahal kamu tidak perlu bekerja,” ujar William.“Aku gampang bosan kalau hanya berdiam diri di rumah, aku juga sudah mendapat izin darimu sejak awal.”William hanya tersenyum lalu melepaskan pelukannya dan meraih ponsel di atas nakas. Begitu pun dengan Olivia, ia juga menyalakan ponselnya karena sejak malam belum memeriksa benda tersebut.Kening Olivia sontak berkerut begitu melihat notifikasi di layar. Ada lima panggilan tidak terjawab dari Elia malam tadi dan sebuah pesan.‘Apa ini? Apa yang Eli katakan?’ batin Olivia saat membaca kata-kata di layar gawainya yang berpendar.“Ternyata Eli menghubungiku semalam,” celetuk William.Olivia sontak menoleh ke arah William. Matanya membulat karena cukup terkejut saat mendengarnya.Sedangkan raut wajah William seketika
“Dilihat dari catatan medisnya suami Anda memiliki trauma karena kematian Ibunya 9 tahun lalu dan itu yang membuatnya terguncang saat menemukan seseorang dengan kondisi seperti itu.”Olivia mengangguk lemah, “Saya tidak pernah melihatnya seperti itu,” gumam Olivia.“Itu akan muncul saat ada pemicu yang jelas.”Setelah berbicara dengan dokter Olivia kembali ke ruang kamar tempat William masih terbaring. Ia terlihat murung tidak seperti biasanya yang selalu hangat. Tetapi Olivia sontak termenung ia baru menyadari sesuatu.‘Bukankah William tidak mengingat apa pun? Lalu bagaimana traumanya bisa kumat?’ batin Olivia dan sialnya ia lupa bertanya pada dokter tentang hal itu.“Will apa kamu teringat sesuatu saat melihat kondisi Elia tadi?” tanya Olivia dengan hati-hati.William menggeleng, “Aku tidak teringat apa pun hanya saja hatiku rasanya sesak sekali. Apa aku mengidap sesuatu hal yang aneh? Apa yang dokter katakan?” tanya William penasaran.Olivia terdiam untuk sesaat ia masih merasa cu
Olivia berjalan menuju kamar rawat Alea ditemanin perawat. Ada banyak pertanyaan yang terbersut dalam benaknya. Tetapi begitu Olivia tiba di sana seseorang sudah menyambutnya. Tubuh Olivia membeku untuk seketika begitu matanya beradu pandang dengan seseorang yang kini tengah berdiri di depan ruang rawat Alea. Di saat yang bersamaan perawat pergi meninggalkan Olivia karena harus kembali bekerja.‘Kenapa Daniel ada di sini?’ batin Olivia. Daniel melirik ke arah Olivia lalu berjalan mendekat ke arahnya. “Wah apa yang kau lakukan di sini Olie? Apa kau dan Elia jadi saling mengenal setelah malam pesta itu?” tanya Daniel dengan penuh selidik.Jujur saja setelah Olivia melihat apa yang Daniel lakukan di malam pesta pada Elia lalu setelah tragedi yang baru saja terjadi pagi tadi kepada Elia, Olivua jadi merasa takut pada Daniel. “Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?” tanya Olivia balik seraya berusaha menyembunyikan rasa takutnya.“Tentu saja mengunjungi seseorang yang tengah berkabun
Sidik jari? Benarkah? Bukankah itu sebuah kabar yang baik. Dengan begitu Olivia akan tahu siapa yang melakukan pembunuhan ini pada Elia. Walaupun sebenarnya Olivia cukup yakin bahwa pelakunya adalah Daniel.“Lalu bagaimana hasilnya? Apa sudah ketahuan siapa pelakunya?”William menggeleng, “Belum mereka masih memeriksanya, lebih baik kita pulang dulu sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Alea? Aku pikir kita harus bicara dengannya.”“Kondisi Alea tidak begitu baik, aku pikir Elia ingin kamu datang bukan karena Alea memiliki informasi penting tapi untuk meminta bantuanmu supaya menjaganya. Karena menurut data dari kepolisian mereka sudah tidak memiliki orang tua.”Tubuh Olivia sontak melemas, dadanya kembali terasa sesak. Dilihat dari segi mana pun nasib Elia dan Alea serupa dengan Olivia dan Selena dulu dan dengan hati dingin seseorang membunuh salah satunya dan membuat yang lainnya hidup dalam kesulitan dan penderitaan.“Bagaimana mungkin orang-orang selalu tega membunuh orang lain? Apa m
Suasana hening, Olivia berusaha keras memacu otaknya memikirkan teori yang dimiliki Raka. Penjelasan Raka terdengar masuk akal, tetapi semua itu masih berupa dugaan dan bagaimana jika memang dua kasus ini tidak ada kaitannya? “Lalu bagaimana dengan sidik jari yang kalian temukan? Apa hasilnya sudah keluar?” Raka mengehela napas panjang, raut wajahnya tidak menunjukkan reaksi yang positif, “Kami kesulitan mengidentifikasinya selain karena hanya separuh sepertinya sidik jari itu tidak terdaftar.” Lagi-lagi bukan kabar baik, padahal Olivia sangat berharap bisa mengetahuinya secepat mungkin supaya dia bisa merencanakan pembalasannya secepat mungkin. “Untuk kasus ibunya William siapa yang kamu curigai? Selain itu aku tidak menemukan sesuatu yang menghubungkan dua kasus ini.” “Daniel dan William bukankah mereka adalah pihak sama yang berada di sekeliling korban?” jawab Raka dengan percaya diri lalu ia menatap Olivia dengan perasaan tidak enak, “Tapi untuk William aku tidak begitu yakin
“Pak, Olivia datang....”Baru saja Galang, asisten pribadi Daniel, selesai berbicara Olivia sudah menerobos masuk ke dalam ruang kerja Daniel.Daniel mendongakkan wajahnya dari kumpulan berkas di atas meja, kemudian menyunggingkan senyum miringnya. Meskipun Daniel tidak tahu apa alasan Olivia menenuinya, tetapi pria itu tampak senang Olivia datang menemuinya,Daniel pun menginstruksikan Galang untuk meninggalkan ruangan agar ia dan Olivia bisa berbincang-bincang dengan leluasa.“Terakhir kali kau datang menemuiku sambil membawa hadiah sekarang kau tidak membawa apa pun kan?” sindir Daniel mengacu pada hari di mana Olivia datang dan menampar wajahnya karena merasa ditipu oleh pria itu.“Aku membawa sesuatu yang baik untukmu,” balas Olivia dingin dengan wajah datarnya.“Wah aku jadi tidak sabar.”“Polisi mencurigaimu atas kematian Elia dan ditemukan sidik jari yang masih belum bisa diidentifikasi. Selain itu mereka juga mulai membandingkan kasus kematian Elia dengan kematian Ibumu sembi