Pagi ini Mahira sengaja membuat sarapan untuk anak-anak dan Ibunya saja. Seperti kesepakatan yang dia buat dengan suaminya.Mahira membuat sarapan kali ini yaitu nasi goreng dengan topping sosis, bakso dan telur dadar. Ditaburi dengan bawang goreng dan tak lupa kerupuk telah Mahira siapkan untuk Ibu dan kedua anaknya. Mereka menyantap makan pagi dengan gembira. Kayla dan Bila pun merasa senang karena sarapan ini begitu istimewa. Nizam keluar dari kamar setelah selesai mandi dan berpakaian rapi. Nizam melirik ke arah meja makan. Terlihat istri, anak serta mertuanya begitu menikmati nasi goreng buatan Mahira. Dia menelan ludah. Merasa gengsi untuk meminta tapi perutnya keroncongan karena tadi malam tidak makan.Mahira yang melihat Nizam melirik-lirik ke meja makan kemudian berdiri dan mengambil kopi yang telah dibuatkannya untuk Nizam. Walau bagaimanapun kopi tetap disediakan oleh Mahira. "Ini Mas, kopinya udah aku buatin dari tadi. Aku taruh di sini ya!" ucap Mahira seraya meletakka
"Kenapa kamu matikan teleponnya, Sus?" tanya seorang pria di seberang, temannya Bu Susi. Ada Siska! Aku gak mau dia mendengar percakapan kita!" jawab Bu Susi"Oh, ada Siska. Jadi, sampai kapan kita kucing-kucingan sama anak-anakmu?" tanya pria itu lagi. "Nantilah, aku belum tahu sampai kapan! Aku masih nyaman dengan keadaan seperti ini!" jawab Bu Susi lagi. "Terserah kamu aja deh, Sus!" timpal pria itu lagi. "Ya sudah, kalau begitu aku mau mandi dulu, ya! Kamu kerja yang rajin, jangan males-malesan! Tahunya minta uang aja sama aku!" gerutu Bu Susi."Yah, mumpung kamu ada usaha, Sus! Kalau aku kan kerjanya serabutan. Kamu tahu sendiri penghasilanku berapa. Cuma bisa untuk rokok dan pulsa aja!" jawab pria itu. "Iya, bawel! Dah dulu ya! Kamu kerja hati-hati!" pesan Susi. "Oke, sampai ketemu nanti siang!" "Iya, Hen!" jawab Bu Susi lalu mengakhiri teleponnya. Bu Susi beranjak dari pembaringan dan keluar dari kamar menuju dapur. Dilihatnya meja makan bersih tanpa ada apapun di atas m
Mahira menuju kamarnya kemudian meraih handphone yang diletakkannya di dalam tas. Kemudian dia menghubungi Rizal, adik kelasnya yang janji akan memasang CCTV di rumahnya. "Halo, assalamualaikum, Mbak!" jawab Rizal. "Wa'alaikumussalam, Zal! Kamu di mana? Kamu jadi datang, kan hari ini?" tanya Mahira. "Maaf banget, Mbak! Hari ini Rizal gak bisa datang ke rumah Mbak.Kebetulan ada kerjaan yang nggak bisa ditinggalkan. Paling kalau bisa masang besok atau lusa, Mbak! Maaf banget ya, Mbak! Rizal juga baru mau ngabarin ke Mbak!" jawab Rizal. "Oh gitu, ya udah nggak papa, Zal! Mbak pikir kamu lupa. Kalau memang ada kerjaan, Mbak nggak bisa maksa kamu juga. Sesempatnya kamu aja, Zal. Tapi kalau kamu mau datang, kamu kabarin Mbak dulu, ya!" pinta Mahira. "Iya, Mbak! Pasti Rizal ngabarin kalau mau ke rumah Mbak.""Ya udah kalau gitu, Zal! Makasih sebelumnya ya, assalamualaikum!" ucap Mahira mengakhiri panggilan. "Waalaikumussalam, sama-sama Mbak!" jawab RizalMahira kembali menaruh handpho
"Yah, Ibu nggak mau aja nanti buat perkara dan masalah baru! Kamu tahu sendiri gimana Nizam itu! Apa-apa di perkarain, apa-apa dimasalahin! Ibu sampai pusing lihatnya!" gerutu Bu Hartini. "Iya, Bang! Belum lagi kalau nanti Siska datang genit-genit sama Abang! Bikin bete aja!" timpa Mahira. "Ya sudah, kalau gitu abang nggak perlu pamitan lagi sama mereka. Cukup sama ibu dan Mahira aja. Sampaikan aja salam Abang pada mereka ya!" ujar Nizam seraya tersenyum. "Insya Allah nanti Mahira sampaikan, Bang!" jawab Mahira. "Bang, Mahira lanjutin masak dulu ya! Abang ngobrol bareng Ibu aja di ruang tengah!" pinta Mahira."Oke, sip Dek! Masak yang enak ya!" gurau Rahman."Pasti, Bang! Apa sih yang nggak untuk Abangku tersayang!" Mahira balik menggoda Abangnya. Rahman malah terkekeh mendengar godaan dari Mahira. Rahman bersama Bu Hartini melangkah ke ruang tengah sambil menonton TV. "Ada kejadian apa tadi malam, Bu?" tanya Rahman saat mereka sudah duduk di sofa bed. "Kepo juga ya kamu, Man!
"Iya, Man! Kamu doakan saja masalah adikmu ini cepat selesai. Ibu Kasihan juga melihat Mahira seperti ini. Punya suami tapi seperti tidak punya suami!" ucap Bu Hartini. "Pasti, Bu! Pasti Rahman doakan semoga Mahira dapat melalui semua cobaan ini. Agar dia bisa lebih dewasa lagi menghadapi segala masalah. Apapun keputusannya, apapun hasilnya, Rahman akan mendukung Mahira. Dia adik satu-satunya Rahman. Gak akan Rahman biarkan dia tersakiti oleh siapapun termasuk oleh Nizam, suaminya. Bu Hartini tersenyum menatap putra sulungnya. Dia merasa lebih mantap lagi untuk menemani Mahira di rumah ini.Tak terasa waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Mahira pun telah selesai memasak sesuai dengan request anaknya. Semur daging, tumis kangkung dan ditambah dengan balado telur campur terong kesukaan Bu Hartini.Rahman pamit untuk salat ke Masjid terlebih dahulu dan nanti akan makan siang di rumah. Mahira dan Bu Hartini pun bersiap-siap untuk melaksanakan salat zuhur. Baru saja Mahira meletakk
"Maksudnya ini apa, Ra? Kok kamu bilang satu porsi dia puluh lima ribu? Emang Nizam bayar makannya?" tanya Rahman dengan polosnya. "Iya, Bang. Mas Nizam sekarang kalau mau makan lauk yang Mahira masak, dia harus membayar. Sama seperti dia membeli di luar karena sekarang Mahira tidak menerima uangnya lagi seperti yang Mahira ceritakan tadi," jawab Mahira. Nizam menatap tajam pada Mahira. 'Mumpung ada Bang Rahman! Biar dia bisa menasehati adiknya!' geram Nizam dalam hati. "Abang lihat sendiri kan, kelakuan adik abang? Suami ingin makan malah disuruh bayar! Coba! Apakah itu yang dinamakan istri solehah? Abang harusnya menasehati Mahira agar jangan perhitungan pada suami! Apa-apa nanti perlu suami juga! Sama saja Mahira itu durhaka sama suami!" sindir Nizam. "Aku, istri durhaka? Lah kamu? Apa bukan suami zolim namanya? Aku melakukan ini karena kamu yang duluan mulai! Aku pengen kamu itu sadar. Tapi kayaknya kamu malahan gak sadar-sadar juga!" jawab Mahira kesal. "Lihatkan, Bang? Mahi
Mahira, Rahman dan Bu Hartini melanjutkan makan siang mereka yang tadi sempat tertunda karena perdebatan antara Mahira dan suaminya. Tak lama terdengar salam dari depan. Ternyata kedua putrinya Kayla dan Bila baru pulang sekolah. Mereka langsung menuju ruang makan"Laper Bu," rengek Bila. "Kasihan cucu Eyang! Ayo makan!" ajak Bu Hartini. Kayla dan Bila mengambil tempat duduk. "Nak, udah salat?" tanya Mahira. Kayla dan Bila kompak mengangguk."Udah, Bu! Tadi di sekolah kita salatnya."Ya sudah, cuci tangan dulu baru duduk di sini!" titah Mahira. Kedua anak mereka melakukan apa yang dikatakan Mahira. Kemudian mereka makan bersama. Setelah selesai makan Kayla dan Bila membantu Mahira membereskan meja makan. Semua lauk Mahira masukkan ke dalam lemari makan dan dikuncinya."Kenapa dikunci, Ra?" tanya Rahman. "Biar nggak ada tikus yang nyuri, Bang!" jawab Mahira asal. "Emang di sini ada tikus?" tanya Rahman lagi. "Iya, Bang! Tikus berkepala hitam!" jawab Mahira seraya melirik ke ar
Saya nggak ada maksud nyakiti Mahira, Bang! Saya hanya minta Mahira menghapus status WA nya, hanya itu saja?" jawab Nizam ketakutan. Baru kali ini dia berhadapan dengan Rahman yang terlihat begitu emosi. "Apapun alasannya, kamu sudah berani menyakiti adik saya! Apalagi kalau saya tidak ada di sini! Bisa-bisa adik saya, kamu bunuh!" ucap Rahman dengan mata nyalang. "Bang, jangan gitu dong! Saya nggak akan mungkin sampai segitunya nyakitin Mahira. Sampe Abang menuduh saya sejahat itu! Semua ini terjadi karena Mahira yang memulainya terlebih dahulu. Saya merasa kesal karena sebagai suami saya tidak dianggap. Masa dia buat di status WA mau ganti suami. Maksudnya apa?" tanya Nizam. "Kamu, kan bisa tanya baik-baik sama dia? Kenapa dia melakukan itu? Tidak akan mungkin ada asap jika tidak ada api! Sekarang abang mau tanya sama kamu, Mahira! Kenapa kamu membuat status seperti itu?""Mas Nizam duluan, Bang! Dia buat status WA mau tukar tambah istri! Dipikirnya Mahira apaan? Dan Mahira tahu b