Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 36POV Handoko"Masuk kamu!" bentakku mendorong tubuh Rahman ke dalam ruangan. Rahman terlihat sangat terkejut mendapat perlakukan seperti ini dariku. Tubuhnya limbung dan terjerembab ke lantai akibat doronganku yang terlalu kuat. Wajahnya terlihat pias, aku tau sekarang dia sedang ketakutan."Kamu mau apa, Handoko?" tanya Rahman yang melihatku mengunci pintu dari dalam."Aku akan membun uhmu kali ini, Rahman!" desisku dengan amarah yang sudah memuncak."Kamu jangan gila, Handoko. Cuma demi wanita kamu rela menyakiti aku sahabatmu dari kecil," ucap Rahman yang dengan cepat bangkit dari lantai dan langsung berdiri. Kedua tangannya terangkat dengan telapak tangannya menghadap ke arahku. Dia memohon agar aku tidak menyakitinya. Tapi sepertinya dia sudah sangat terlambat, emosiku sudah terlanjur meluap."Sahabat? Sahabat macam apa yang rela menikung sahabatnya sendiri. Kamu yang memulai Rahman. Kamu yang memfitnahku pada Aini. Padahal jelas-jelas dulu aku
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 37POV Author~Sering sekali kita bersedih hanya karena merasa hidup ini tidak adil. Padahal nyatanya kita tidak tau masalah yang dihadapi oleh orang lain lebih berat dari masalah kita."Maaf, Pak Ali. Tadi Pak Handoko datang kemari dan menanyakan Bapak," ucap Nisa ketika melihat Ali yang keluar dari ruangan meeting. Tadi memang Ali sedang ada rapat ketika Handoko ingin menemuinya. Namun karena Ali sedang ada meeting penting, dia lebih memilih untuk menunggu di ruangannya."Sekarang dimana Pak Handoko?" tanya Ali pada Nisa yang masih berdiri di belakang meja kerjanya. Wanita yang umurnya jauh di atas Ali itu menjawab sambil menunjukkan ke arah ruangan Pak Handoko."Di ruang tamu, Pak." Meskipun usia Nisa jauh di atas Ali, dia tetap memanggilnya dengan sebutan Pak. Karena memang jabatan Ali lebih tinggi daripadanya yang hanya seorang sekretaris. Yang disukai Ali dari Nisa adalah karena dia berhijab dan selalu bisa menjaga diri dari karyawan laki-laki d
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 38POV Author"Sebenarnya, kamu bukan anak Rahman. Kamu anakku, Ali …." Handoko berkata dengan lirih dan air mata yang keluar dari pelupuk matanya.Tangannya yang masih berada di lengan Ali langsung ditepis oleh Ali. Handoko menangis, sedangkan Rahman hanya bisa menyaksikan sendiri pengakuan Handoko di depan Ali.Ali sendiri tidak bereaksi, dia diam tubuhnya kaku. Ujung tangan dan kakinya dingin, dia seperti patung sekarang. Tapi otaknya masih berputar berusaha mencerna ucapan Handoko barusan."Kamu jangan percaya, Nak. Kamu anak Ayah," sanggah Rahman yang semakin membuat Ali bingung. Dia kembali menatap Rahman dengan penuh tanya. Sedangkan Handoko merasa sangat geram dengan kelakuan Rahman. Dia merasa jika Rahman punya rencana lain untuk kembali memisahkannya dengan Ali."Diam kamu, Rahman. Sekarang juga jelaskan pada Ali yang sebenarnya," bentak Handoko yang membuat Ali semakin bingung.Rahman menggelengkan kepalanya cepat. Dia menolak untuk mengakui
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 39~Setiap orang punya sudut pandang dan kebenarannya masing-masing. Mereka bisa saja mengikutimu, tapi tidak dengan kebenaranmu.Ali meremas dadanya kuat, dia tidak menyangka dengan semua kebenaran yang baru saja terungkap. Dia tidak tau harus mempercayai siapa, karena semua ucapan yang keluar dari mulut mereka tetap saja membuatnya sakit."Ali dengar, apapun yang dikatakan oleh Rahman tidak semuanya benar. Dia pembohong!" seru Handoko mencoba untuk mendekati Ali. Dia berniat untuk menghentikan Rahman yang menceritakan semua kebohongan yang diciptakan."Stop! Diam disitu, Om." Ali mengangkat satu tangannya di arah Handoko. Mencegah agar Handoko tidak mendatanginya. Dia terlanjur sakit dengan semua fakta yang ada. Ali merasa dibohongi oleh orang-orang yang dia percayai. Dia merasa sangat bodoh dan hina sekarang. Apalagi dia baru mengetahui jika dia adalah anak yang lahir di luar nikah."Jadi aku adalah anak haram? Iya begitu?" tanya Ali dengan isak tan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 40Handoko membiarkan Ali mengoceh dan menangis bersamaan. Dia tau Ali butuh waktu untuk menerima semua ini. Dia juga tau jika Ali masih terlalu muda untuk dihadapkan dengan situasi rumit seperti ini. Jangankan Ali yang umurnya masih muda. Kadang kita yang tua saja tidak bisa langsung menerima kenyataan yang bisa disebut dengan kejutan hidup.Handoko tau jika Ali anak yang baik dan bijak, tapi Handoko juga tau jika Ali butuh waktu. Usianya masih labil untuk berpikir jernih, jadi Handoko membiarkan Ali mengeluarkan semua uneg-unegnya. Handoko hanya diam mendengar racau Ali yang terus saja merendahkan diri sendiri. Dia menganggap dirinya tidak berharga, dia juga menganggap dirinya kotor. Padahal nyatanya, perbuatan Handoko dan Ainilah yang berdosa.~Aku melewati titik terhancurku sendirian. Tidak ada uluran tangan. Tidak ada rangkulan. Tidak ada dekapan. Tertinggal kebingungan dan tak memiliki tempat kepercayaan. Maka bila aku tidak lagi membutuhkan siap
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 41~Terkadang aku sudah menjadi sesabar yang aku bisa. Menjadi pengertian semaksimal mungkin. Bahkan aku menjadi seseorang yang bukan aku.**Semua orang tercengang mendengar kutukan Salma terhadap Rahman. Sebagian orang bertanya-tanya ada hubungan apa sebenarnya mereka dengan Rahman. Namun sebagian lainnya lagi memang sudah berasumsi jika Rahman adalah Ayah Salma dan Mia.Mereka sedikit terhenyak mendengar makian Salma terhadap Rahman. Tidak mudah sebenarnya mengeluarkan semua uneg-uneg dan pendapat. Apalagi yang melakukan itu hanya seorang anak kecil. Karena anak akan selalu dianggap 'kecil' oleh orangtua. Tidak ada pendapat apapun yang benar di benak mereka. Semua terdengar seperti kata-kata rendahan dan tidak berbobot.Namun tidak dengan ucapan Salma barusan. Semua yang mendengar itu pasti langsung paham kenapa Salma sampai membenci Ayahnya sendiri. Wajar jika Salma marah, karena Rahman sendiri yang membuang mereka. Tapi dia sendiri juga yang datan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 42~Sampai pada suatu waktu ada kejadian yang seolah membuatmu berkaca tentang sesuatu yang tidak pernah terduga. Tentang hal-hal sepele yang selalu kamu lakukan tapi berarti bagi orang lain. Yang akhirnya kembali untukmu, kamu merasakan sendiri bagaimana rasanya dihargai setelah menghargai banyak orang.**"Jaga ucapan kamu, Yudha," teriak Rahman yang mendengar semua ucapan Yudha terhadap dirinya. Padahal tadinya dia pulang ingin istirahat karena terlalu lelah setelah direndahkan oleh Salma. Hatinya terlalu hancur ketika kata 'bedebah' itu keluar dari mulut putrinya sendiri.Saat ini kepalanya penuh dengan beban pikiran. Apalagi saat ini dia sedang kalut karena dipecat oleh Handoko. Bagaimana caranya dia menjelaskan pada Maya kalau ternyata dirinya sudah jadi pengangguran lagi. Sebenarnya Maya tidak mempermasalahkan semua itu. Karena dari awal Maya sudah tau kalau Rahman tidak memiliki pekerjaan.Namun yang jadi masalah di sini adalah Yudha. Maya meng
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 43"Hampir setahun kami tinggal bersama. Gue udah muak, Al. Dia bukan laki-laki baik-baik. Sebenarnya Nyokap gue merebutnya dari wanita lain. Itu menyakitkan, dan sangat memalukan. Karena dari kabar yang gue dengar, laki-laki itu meninggalkan istri dan anak-anaknya di kampung. Gue sangat benci, Al. Benci sekali," ungkap Yudha lagi.Ali yang mendengar itu dengan cepat memegangi dadanya. Dia mengalihkan pandangannya ke luar. Tidak menyangka jika Yudha juga merasakan sakit itu. Andai saja Yudha tau jika anak-anak malang yang ditinggalkan oleh Rahman adalah dirinya.Andai Yudha tau gara-gara Ibunya, mereka semua menderita. Mungkin Yudha tidak akan lagi mau menemui Ali. Karena malu."Manusia memang egois, Yud. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bahagia. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain," seru Ali yang dibalas anggukan oleh Yudha. Dia setuju dengan pendapat Ali barusan. Karena dia merasakan hal itu sekarang."Jujur, Al. Sebenarnya
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 58POV Ali"Yudha, cukup. Yudha hentikan. Kamu bisa membunuhnya," teriak Tante Maya berusaha mencegah Yudha yang sedang memukul Ayah.Yudha sangat membenci Ayah dan Ibunya sendiri. Dia memukuli Ayah tanpa ampun, namun karena kondisi Ayah yang sedang sakit membuatnya tidak bisa membalas pukulan Yudha. Dia terlihat hanya pasrah dengan apapun yang dilakukan oleh Yudha padanya. Sungguh berbeda ketika dia memperlakukan kami dulu.Aku masih sangat ingat bagaimana Ibu bercerita tentang Ayah yang waktu itu mengambil Mia. Malam itu Ayah memukuli Lukman dengan sangat brutal. Seolah dia dan Lukman tidak terikat hubungan darah. Ayah membuat wajah Lukman babak belur dan lebam. Lukman juga tidak bisa bersekolah selama satu Minggu. Karena malu bekas pukulan ayah masih berbekas pada wajahnya.Ayah memang pantas mendapatkan semua ini. Mungkin
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 57POV Ali"Nggak gitu, Yud. Sebenarnya orang yang selama ini menjadi ayah tiri kamu itu Ayahku," ucapku yang membuat tawa Yudha terhenti. Dia menegang, sama seperti jantungku yang seakan berhenti berdetak."Bhahaha … Lo itu kalau ngomong suka ngaco ya. Udah nggak usah buat lelucon yang nggak lucu. Gue udah maafin, Lo kok. Lagian Alea memang pantasnya sama Lo. Bukan sama gue, yang masih pecicilan," balas Yudha yang tertawa terpingkal. Aku sama sekali tidak membalas tawanya itu. Karena aku memang serius, tidak ada kebohongan di dalamnya."Udah deh, Al. Mending Lo pulang aja. Gue emang patah hati, tapi nggak sudi lah Gue dihibur sama orang yang sama. Dah sana pulang," sambung Yudha lagi sambil mengibaskan tangannya. Dia berusaha tersenyum, namun seiring waktu senyumnya memudar. Dai menatapku serius, karena sepertinya dia menyada
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 56Entah sudah berapa lama aku di sini, di depan rumah Yudha. Ketika aku tadi mengejar Yudha dari rumah Alea, ternyata dia sudah naik mobil dan pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya dari belakang. Karena aku takut dia malah pergi ke tempat maksiat seperti malam itu. Bagaimana pun aku sudah menganggapnya keluarga. Terlepas siapa Ibunya, tapi aku dan dia sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua."Yud, buka pintunya Yud. Aku pengen ngomong," teriakku sambil menggedor-gedor pintu rumah Yudha. Tapi sudah beberapa kali aku mengetuk pintu, tidak ada tanda-tanda dia akan keluar.DddrrttPonselku dari tadi bergetar, namun belum sekalipun aku mengangkat panggilan itu. Namun kali ini aku mencoba melihat siapa yang menghubungiku dari tadi. Ah, ternyata Salma. Dia pasti ingin menanyakan kenapa sampai jam segini aku belum juga datang untuk makan malam bersam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 55"Sejak kapan, Al?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Yudha ketika beberapa saat hening di antara kami.Tadi ketika aku ingin mengajak Alea untuk langsung berangkat ke rumah untuk makan malam. Tiba-tiba saja Yudha datang ke rumah Alea dengan membawa satu buket bunga. Namun ketika melihatku yang juga berada di dalam rumah Alea. Yudha mendadak diam dan menyembunyikan bunga tersebut di belakang tubuhnya.Aku mengajaknya untuk duduk di taman depan rumah Alea. Bukan tanpa sebab, aku hanya ingin menjelaskan semuanya pada Yudha agar dia tidak salah paham. Aku tidak ingin gara-gara masalah perasaan, hubunganku dengannya akan terputus. Apalagi mengingat hanya dia sahabat yang bisa mengerti keadaanku selama ini."Yud, aku nggak tau harus menjelaskan dari mana. Tapi ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapku yang membuat Yudha berdecak. Dia te
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 54"Kurang ajar kalian semua. Ingat ya, aku akan membalas semuanya," teriak Maya ketika sudah sampai di depan parkiran mobil. Dia masih saja berteriak seperti orang kesetanan sambil menunjuk-nunjuk ke arah Aini dan anak-anaknya.Beberapa pengunjung yang berada di sana melihat dengan heran ke arah Maya yang penampilannya sekarang seperti orang gila. Bajunya yang hanya berlengan pendek basah semua sehingga menampilkan bahan dalaman yang dia kenakan. Rambutnya sudah awutan dan mengeras karena telur yang dipecahkan oleh Salma. Tidak hanya itu, wajahnya penuh dengan tepung yang dilempari oleh Salma juga."Orang itu kenapa, Mbak? Kok keluar dari sini kayak gitu sih?" tanya salah satu pelanggan yang ada di sana. Mungkin dia merasa heran kenapa Maya keluar dari toko tapi penampilannya seperti orang gila."Ada sedikit masalah tadi, Bu. Mohon maaf jika memb
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Tega sekali kamu mengatakan jika aku hanya supir," gumam Rahman dengan nada kecewa terhadap Maya. Saat ini kamar sudah selesai dibersihkan dan juga sprei sudah diganti oleh staf kebersihan rumah sakit.Rahman pikir Maya sudah berubah dan mau menjenguk serta merawatnya dengan baik. Ternyata Maya bahkan malu jika harus mengakui dirinya sebagai suami. Miris."Aku nggak nyangka ini balasan kamu setelah aku mengorbankan semuanya," ucao Rahman lagi yang membuat Maya terpaksa menoleh ke arahnya. Dari tadi Maya hanya diam dan sibuk berselancar dengan ponsel pintarnya. Tidak memperdulikan bagaimana perasaan Rahman yang kecewa dengan ucapannya tadi. Maya sedikitpun tidak takut jika Rahman akan marah, toh nanti mereka akan baikan lagi."Mas, udah deh. Kamu jangan mempermasalahkan hal yang kecil kayak gini. Kamu itu lagi sakit, mending istirahat," j
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Yud, buka pintunya," teriak Maya sambil menggedor-gedor pintu kamar Yudha. Ini masih jam enam pagi, tapi Maya sudah bangun dan memanggil Yudha yang masih tertidur dengan pulas. Maklum, Yudha baru sampai ke rumah jam 2.30 dini hari."Yudha … kamu dengar nggak sih. Bangun dulu, nanti kamu tidur lagi juga nggak papa," teriak Maya lagi sambil terus menggedor pintu kamar. Namun sepertinya tidak ada jawaban atau harapan jika Yudha akan membukanya. Maya putus asa dan langsung kembali turun ke lantai bawah. Percuma membangunkan Yudha, jika dia sudah tidur maka tidak ada yang bisa membangunkan dia. Bahkan gempa bumi sekalipun."Tidur persis Ayahnya, bahkan kalau ada bom meledak sekalipun dia tidak akan bangun," gerutu Maya seraya turun menuruni tangga. Hampir saja dia terpeleset saat kakinya menginjak tangga yang sedikit basah."Rahman lag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 52"Kamu beneran mau pulang, Yud? Nggak mau temani Ayah semalam saja?" tanya Rahman dengan suara parau pada Yudha. Saat ini keadaan Rahman sudah agak membaik setelah dokter sudah menyuntikkan obat anti nyeri. Setelah dokter dan dua perawat tadi keluar, Yudha dan Ali juga berencana akan segera pulang. Apalagi mengingat besok mereka ada acara penting lainnya."Heh, nggak usah sok akrab deh Lo. Ayah Ayah! Gue bukan anak Lo, nggak sudi tau nggak!" sungut Yudha kesal. Dia menatap Rahman dengan tatapan sinis dan mengejek. Yudha sangat marah ketika Rahman menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah. Karena menurut Yudha, Rahman sama sekali tidak pantas disebut sebagai laki-laki yang bergelar Ayah. Tidak pantas."Tapi, Yud. Setidaknya sampai Mamamu datang," ucap Rahman lagi mengiba. Dia sangat takut sendirian, dan Ali mengetahui itu. Karena setiap kali Rahman mengalami sakit di bag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 51POV Ali"Al, Lo di sini bentar ya. Gue mau nelpon nyokap gue dulu. Kesel gue lama-lama," ucap Yudha sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu Yudha langsung keluar dari ruangan empat kali tiga meter ini. Ayah sudah ada di ruangan pasien, dia yang meminta sendiri untuk dimasukkan ke dalam ruangan VIP. Karena katanya dia tidak sanggup berdempetan dengan pasien lainnya. Aku dan Yudha hanya mengangguk mengiyakan, karena Yudha mengatakan jika ada mamanya yang akan membayar.Ternyata sakit ini tidak membuat Ayah sadar. Dia masih saja banyak permintaan dan keluhan, padahal dia melihat sendiri bagaimana wanita itu membiarkan dia tergeletak lemas di lantai. Aku memilih duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Padahal ini sudah tengah malam, seharusnya aku sudah berada di tempat tidur dan istirahat.&n